Suku Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Nyilvoskt memindahkan halaman Etnis Aceh ke Suku Aceh dengan menimpa pengalihan lama Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(16 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
| group = Aceh
| native_name = ''{{lang|ace|
| image = LINTO PHON.jpg
| caption =
| region1 = {{flag|Indonesia}}
|
|
| pop2 = (640.000)<ref>{{Cite web|title=Warga Aceh di Malaysia Capai 640 Ribu Orang, 25 Ribu di Antaranya Sudah Punya Kedai|url=https://aceh.tribunnews.com/2018/02/21/warga-aceh-di-malaysiacapai-640-ribu-orang-25-ribu-diantaranya-sudah-punya-kedai|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2024-06-20}}</ref>
| langs = [[Bahasa Aceh|Aceh]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| rels
|
▲ |related = {{hlist|[[Suku Melayu|Melayu]]|[[Suku Cham|Cham]] |[[Suku Gayo|Gayo]]|[[Etnis Minangkabau|Minangkabau]]}}
}}
'''Etnis Aceh''' ({{lang-ace|اورڠ اچيه|
Pada masa modern, etnis Aceh terkenal sebagai para [[pedagang]] yang ulung dan juga mayoritas etnis Aceh kini merupakan pemeluk agama [[Islam di Indonesia|Islam]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}} Secara tradisional, etnis Aceh hidup secara matrilokal dan komunal, mereka tinggal di [[permukiman]] yang disebut ''[[gampong]]''. Masa keemasan peradaban etnis Aceh berpuncak pada masa sekitar abad ke-16 hingga abad ke-17, seiring dengan masa kejayaan [[Kesultanan Aceh Darussalam]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}}
== Asal keturunan ==
Baris 23 ⟶ 22:
Bukti-bukti arkeologis terawal penghuni Aceh adalah dari masa pasca [[Plestosen]], di mana mereka tinggal di pantai timur Aceh (daerah [[Langsa]] dan [[Tamiang]]), dan menunjukkan ciri-ciri [[Ras Australoid|Australomelanesid]].{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|volume=1|pp=147}} Mereka terutama hidup dari hasil laut, terutama berbagai jenis kerang, serta hewan-hewan darat seperti babi dan badak.{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|volume=1|pp=148}} Mereka sudah memakai api dan menguburkan mayat dengan upacara tertentu.{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|volume=1|pp=148}}
[[Berkas:Codice Casanatense Acehnese.jpg|300px|jmpl|kiri|Sebuah ilustrasi dari Portugis yang terdapat dalam buku [[w:en:Códice Casanatense|Códice Casanatense]] tahun 1540 yang menggambarkan orang Aceh. Inskripsi yang tertulis: "Orang-orang yang mendiami pulau Sumatra yang dikenal sebagai Orang Aceh
Selanjutnya terjadi perpindahan suku-suku asli [[Suku Mante|Mantir]]{{sfn|Ion|Errington|1993|pp=61}} dan Lhan ([[Melayu Proto|proto Melayu]]), serta suku-suku [[Kerajaan Champa|Champa]], Melayu, dan [[Orang Minangkabau|Minang]] ([[Melayu Deutero|deutro Melayu]]) yang datang belakangan turut membentuk penduduk pribumi Aceh. Bangsa asing, terutama bangsa India
=== Asal Muasal Suku Di Aceh ===
[[Legenda]] rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh pertama berasal dari [[suku Mante]] & Suku Lhan, Suku Mante merupakan etnis lokal yang merupakan bagian dari [[Suku Alas]] & [[Suku Karo]], sedangkan suku Lhan diduga masih berkerabat dengan [[Semang|suku Semang]] yang bermigrasi dari [[Semenanjung Malaya]] atau Hindia Belakang ([[Champa]], [[Burma]]).{{sfn|Alamsyah|2008|pp=201}} Suku Mante pada mulanya mendiami wilayah [[Aceh Besar]] dan kemudian menyebar ke tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secara [[etnologi]] tentang hubungan suku Mante dengan bangsa [[Funisia]] di [[Babilonia]] atau [[Dravida]] di lembah sungai [[Indus]] dan [[Sungai Gangga|Gangga]], namun hal tersebut belum dapat ditetapkan oleh para ahli kepastiannya.<ref>M. Zainuddin. 1961. Tarich Atjeh dan Nusantara. Medan. Pustaka Iskandar Muda</ref>
Ketika [[Kerajaan Sriwijaya]] memasuki masa kemundurannya, diperkirakan sekelompok [[suku Melayu]] mulai berpindah ke tanah Aceh.<ref>{{Citation | title=Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik |first=Abdul Rani |last=Usman | title=Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik |url=http://books.google.co.id/books?id=szBwAAAAMAAJ&q=tamiang+sriwijaya&dq=tamiang+sriwijaya&hl=en&sa=X&ei=F4ScU6f7CdS58gXK9YGgAQ&ved=0CFoQ6AEwCQ |publisher=Yayasan Obor Indonesia |year= 2003 |isbn=9789794614280 }}, hlm. 40.</ref> Di lembah [[sungai Tamiang]] yang subur mereka kemudian menetap, dan selanjutnya dikenal dengan sebutan [[suku Tamiang]].<ref>{{Citation| first=Ismail |last=Suny | year=1980 | title=Bunga rampai tentang Aceh |url=http://books.google.co.id/books?ei=F4ScU6f7CdS58gXK9YGgAQ&id=XsoLAAAAIAAJ&dq=tamiang+sriwijaya&focus=searchwithinvolume&q=Melayu | publisher=Bhratara Karya Aksara }}, hlm. 146.</ref> Setelah mereka ditaklukkan oleh [[Samudera Pasai|Kerajaan Samudera Pasai]] (1330), mulailah integrasi mereka ke dalam masyarakat Aceh, walau secara adat dan [[Bahasa Tamiang|dialek]] tetap terdapat kedekatan dengan budaya Melayu.
[[Suku Minang]] yang bermigrasi ke Aceh banyak yang menetap di sekitar [[Meulaboh]] dan lembah ''[[Krueng Seunagan]]''.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp = 183}} Umumnya daerah subur ini mereka kelola sebagai persawahan basah dan kebun lada, serta sebagian lagi juga berdagang.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp = 183}} Penduduk campuran Aceh-Minang ini banyak pula terdapat di wilayah bagian selatan, yaitu di daerah sekitar [[Susoh, Aceh Barat Daya|Susoh]], [[Tapaktuan]], dan [[Labuhan Haji]]. Mereka banyak yang sehari-harinya berbicara baik dalam bahasa Aceh maupun [[bahasa Aneuk Jamee]], yaitu dialek khusus mereka sendiri.
[[Berkas:Flag of the Aceh Sultanate.png|alt=|jmpl|252x252px|Bendera [[Kesultanan Aceh]]]]
Akibat politik ekspansi dan hubungan diplomatik [[Kesultanan Aceh Darussalam]] ke wilayah sekitarnya, maka suku Aceh juga bercampur dengan suku-suku [[Gayo]], [[Nias]], dan [[Kluet]]. Pengikat kesatuan budaya suku Aceh yang berasal dari berbagai keturunan itu terutama ialah dalam [[bahasa Aceh]], agama [[Islam]], dan [[Budaya Aceh|adat-istiadat khas]] setempat, sebagaimana yang dirumuskan oleh [[Sultan Iskandar Muda]] dalam undang-undang ''Adat Makuta Alam''.<ref>{{Cite web|url=https://www.romadecade.org/suku-aceh/|title=Suku Aceh|date=2019-04-16|website=RomaDecade|language=id-ID|access-date=2019-11-23|archive-date=2019-01-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20190126013755/http://romadecade.org/suku-aceh/|dead-url=yes}}</ref>
Baris 124 ⟶ 123:
== Tokoh ==
{{main|Daftar tokoh suku Aceh}}
* [[Sultan Malikussaleh]],
* [[Sultan Ali Mughayat Syah]], pendiri [[Kesultanan Aceh]]
* [[Laksamana Malahayati]],
* [[Sultan Iskandar Muda]], sultan Aceh terbesar
* [[Teungku Chik Di Tiro]], mujahid besar penghidup kembali perjuangan Aceh melawan Belanda
Baris 133 ⟶ 134:
* [[Cut Nyak Meutia]], pahlawan perempuan melawan Belanda
* [[Teungku Fakinah]], ulama perempuan dan pahlawan Aceh melawan Belanda
* Teuku Abdullah Paloh, Pimpinan Kepolisian
* [[Daud
* [[Teuku Mohammad Hasan]], gubernur Sumatra pertama
* [[Teuku Nyak Arief]], gubernur pertama Aceh
Baris 139 ⟶ 141:
* [[Ismail al-Asyi]], ulama besar Aceh
* [[Teuku Jacob]], bapak paleoantropologi Indonesia
* [[Teuku Markam]], pejuang kemerdekaan, pengusaha dan penyumbang 38
* [[Ibrahim Alfian]], sejarawan dan mantan dekan Fakultas Sastra, UGM
* [[P. Ramlee]], artis legenda Malaysia
* [[Tan Sri Sanusi Juned]], mantan menteri Malaysia
* [[Surya Paloh]], Pengusaha dan Politikus
▲* [[Laksamana Malahayati]], Laksamana Perang Wanita Pertama di Dunia.
▲* [[Sultan Malikussaleh]], Sultan Kerajaan Islam Pertama di [[Nusantara]]
== Lihat pula ==
|