Angklung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
memperbaiki huruf kapital |
merapikan kata-kata, banyak berantakan |
||
(23 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Instrument
| name me
| names =
| image
| image_capt =
| background =
| classification
| hornbostel_sachs
| hornbostel_sachs_desc = [[Idiofon]] tabung
| inventors =
| developed =
| range =
| related
| musicians
|
|
| caption =
}}
{{Infobox intangible heritage
| Image = [[File:Angklung (2315119130).jpg|300px]]
Baris 32 ⟶ 33:
| Note = Angklung ({{lang-en|''Angklung''}} dan {{lang-su|{{Sund|ᮃᮀᮊᮣᮥᮀ}}}}) adalah alat musik Indonesia yang terdiri dari dua sampai empat tabung bambu yang digantung dalam rangka bambu, diikat dengan tali rotan. Tabung kemudian dipangkas dan dipotong dengan hati-hati oleh seorang pengrajin ahli untuk menghasilkan nada tertentu ketika kerangka bambu diguncang atau diketuk.
}}
'''Angklung''' ([[Aksara Sunda Baku]]: {{sund|ᮃᮀᮊᮣᮥᮀ}}) adalah [[alat musik]] multitonal (bernada ganda) yang berkembang dari [[Suku Sunda|masyarakat Sunda]]. Alat musik ini dibuat dari [[bambu]], dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. ''Dictionary of the Sunda Language'' karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu yang dipotong ujung-ujungnya menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan atau digoyangkan untuk menghasilkan bunyi.<ref>{{Cite book|last=Rigg|first=Jonathan|year=1862|url=https://en.wikisource.org/wiki/A_Dictionary_of_the_Sunda_language|title=A Dictionary of the Sunda language|location=Batavia|publisher=Batavia Lange & Co.|pages=17|url-status=live}}</ref>
Angklung terdaftar sebagai [[Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia]] dari [[UNESCO]] sejak November 2010.<ref>{{Cite
== Asal-usul angklung ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Jonge angklungspelers West-Java TMnr 10017867.jpg|jmpl|Anak-anak Sunda bermain angklung di awal abad ke-20.]]
Tidak ada petunjuk akan sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.<ref name=":0">{{Cite web|date=2013|title=Angklung|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=73|website=Warisan Budaya Takbenda Indonesia|access-date=30 September 2023}}</ref>
Catatan mengenai angklung yang baru muncul merujuk pada masa [[Kerajaan Sunda]] (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu seperti angklung berdasar pada pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (''paré'') sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap [[Dewi Sri|Nyai Sri Pohaci]] sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (''hirup-hurip'').
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah [[bambu hitam]] (''awi wulung'') dan [[bambu ater]] (''awi temen''), yang jika mengering berwarna kuning keputihan. Tiap nada dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah tiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.<ref name=":0" />
Di antara fungsi angklung yang dikenal oleh masyarakat Sunda sejak masa kerajaan Sunda adalah sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah [[Hindia Belanda]] sempat melarang masyarakat menggunakan angklung. Pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak-anak pada waktu itu.
Selanjutnya, lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana, dan kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan ''Seren Taun'' dipersembahkan permainan angklung. Pada penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong, Dongdang, dan Jampana (usungan pangan) juga sebagainya.<ref name=":0" />
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatra. Pada [[1908]], tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke [[Thailand]], antara lain ditandai dengan penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.<ref name=":0" />
Bahkan sejak [[1966]], [[Udjo Ngalagena]], tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda, mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.<ref name=":0" />
== Jenis angklung ==
=== Angklung Kanekes ===
Angklung di daerah Kanekes (sering disebut [[
Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di ''buruan'' (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: ''Lutung Kasarung'', ''Yandu Bibi'', ''Yandu Sala'', ''Ceuk Arileu'', ''Oray-orayan'', ''Dengdang'', ''Yari Gandang'', ''Oyong-oyong Bangkong'', ''Badan Kula'', ''Kokoloyoran'', ''Ayun-ayunan'', ''Pileuleuyan'', ''Gandrung Manggu'', ''Rujak Gadung'', ''Mulung Muncang'', ''Giler'', ''Ngaranggeong'', ''Aceukna'', ''[[Marengo]]'', ''Salak Sadapur'', ''Rangda Ngendong'', ''Celementre'', ''Keupat Reundang'', ''Papacangan'', dan ''Culadi Dengdang''. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.
Baris 64 ⟶ 65:
=== Angklung Reyog ===
{{Main article|Angklung Reog}}
▲angklung Reyog memiliki khas dari segi suara yang sangat keras, memiliki dua nada serta bentuk yang lengkungan rotan yang menarik (tidak seperti angklung umumnya yang berbentuk kubus) dengan hiasan benang berumbai-rumbai warna yang indah.
▲di kisahkan angklung merupakan sebuah senjata dari kerajaan bantarangin ketika melawan kerajaan lodaya pada abad ke 9, ketika kemenangan oleh kerajaan bantarangin para prajurit gembira tak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan yang luar biasa penguat dari tali tersebut lenggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu klong- klok dan klung-kluk bila didengar akan merasakan getaran spiritual.
Dalam sejarahnya angklung Reyog ini digunakan soundtrack pada film: Matahari dan Rembulan (1979) Singa Lodaya (1979), Warok Singo Kobra (1982), Suromenggolo (1991), Tendangan Dari Langit (2011), The Raid 2 (2014)
Dan penggunaan angklung Reyog pada musik seperti: tahu opo tempe, sumpah palapa,
=== Angklung
Merupakan jenis Angklung Reyog dari Sambit, Ponorogo. Bentuknya seperti [[Angklung Reog|Angklung Reyog]] namun ditata dari angklung kecil hingga yang paling besar dengan berbagai nada, Angklung Gong Gumbeng merupakan jenis angklung bernada pertama dan tertua. Seperangkat Angklung Gong Gumbeng bernada yang berusia lebih 250 Tahun kini disimpan di Museum Sri Baduga Bandung.
=== Angklung Kongkil ===
Merupakan jenis Angklung Reyog dari Bungkal, Ponorogo. Bentuknya seperti [[Angklung Reog|Angklung Reyog]] dan Angklung gong gumbeng bernada, hanya saja dalam penyajiannya angklung kongkil diiringi gamelan logam.
=== Angklung Bali ===
Angklung Bali memiliki bentuk dan nada yang khas [[bali]] yang disebut Rindik dan Jegog Tingklik. Cara memainkan Angklung jenis bali ini dengan memukul bambu seperti gamelan. Angklung Bali mulanya adalah [[Angklung Reog|Angklung Reyog]] dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] yang di bawa pejabat [[Majapahit]] akhir. yang membedakan keduanya terletak pada nada suara, bila angklung rindik bersuara kecil dan nyaring dimainkan dengan cara duduk dengan orenamen minimalis, sedangklan angklung Jegog Tingklik bersuara besar menggema dimainkan dengan cara berbeda dengan oranamen khas bali.
Musik angklung bali jenis Jegog Tingklik digunakan sondtrack pada film anime Akira (1988)
=== Angklung Banyuwangi ===
Angklung banyuwangi ini disebut ''Caruk'' memiliki bentuk seperti angklung Bali jenis Jegog Tingklik, hanya saja dengan nada budaya [[Banyuwangi, Banyuwangi|Banyuwangi]]. Angklung Caruk mendapatkan pengaruh dari dari Bali karena Banyuwangi pernah dibawah kekuasan kerajaan Bali.
=== Angklung Gubrag ===
Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, [[Cigudeg, Bogor|kecamatan Cigudeg]], [[Kabupaten Bogor|Bogor]]. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke ''[[leuit]]'' ([[lumbung]]).
Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.
=== Angklung Badeng ===
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, [[Malangbong, Garut|Kecamatan Malangbong]], [[Garut]]. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah [[Islam]]. Tetapi diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi.
Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen, belajar agama Islam ke [[kerajaan Demak]]. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.
Baris 94 ⟶ 102:
=== Angklung Buncis ===
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros ([[Arjasari, Bandung|Arjasari]], [[Kabupaten Bandung|Bandung]]). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu ''cis kacang buncis nyengcle...'', dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.
Baris 101 ⟶ 109:
Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.
Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis ([[Priangan]]/Bandung), Angklung Badud ([[Parahyangan Timur|Priangan Timur]]/[[Kabupaten Ciamis|Ciamis]]), Angklung Bungko ([[Kabupaten Indramayu|Indramayu]]), Angklung Gubrag ([[Kabupaten Bogor|Bogor]]), Angklung Ciusul ([[Banten]]), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung Badeng ([[Malangbong, Garut]]), dan Angklung Padaeng yang identik dengan Angklung Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun [[1938]]. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh [[Daeng Sutigna]] alias Si Etjle (1908–1984) diubah nadanya menjadi [[tangga nada]] Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.
=== Angklung Padaeng ===
{{Main article|Angklung Padaeng}}
Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh [[Daeng Soetigna]] sejak sekitar tahun 1938. Terobosan pada angklung padaeng adalah digunakannya laras nada [[Diatonik]] yang sesuai dengan sistem musik barat. Dengan demikian, angklung kini dapat memainkan lagu-lagu internasional, dan juga dapat bermain dalam [[Ensembel]] dengan alat musik internasional lainnya.
Baris 136 ⟶ 144:
Angklung solo ini digagas oleh Yoes Roesadi tahun 1964, dan dimainkan bersama
alat musik basanova dalam grup Aruba (Alunan Rumpun Bambu).
Sekitar tahun 1969, nama Aruba ini disesuaikan menjadi [[Arumba]]<ref>{{cite web|url=http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=133378|title=Sejarah Aruba|accessdate=2010-08-22|archive-date=2010-12-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20101230133142/http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=133378|dead-url=no}}</ref>
=== Arumba ===
Baris 159 ⟶ 167:
# Konduktor mengajarkan isyarat tangan untuk nada-nada tertentu pada penonton, kemudian memimpin suatu lagu dengan memberikan isyarat yang tepat secara berurutan untuk diikuti para peserta. Isyarat tangan ini di-adaptasi oleh Mang Udjo, berdasar isyarat yang dikembangkan oleh [[John Curwen]].
# Sebelumnya, Pak Daeng Soetigna menggunakan isyarat gambar binatang untuk melatih anak-anak TK.<ref>{{cite web|url=http://klungbot.com/rahasia-angklung-padaeng-3-sarinande-dan-tk///|title=Angklung Sarinande dan TK|accessdate=2012-12-29|archive-date=2013-07-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20130725031559/http://klungbot.com/rahasia-angklung-padaeng-3-sarinande-dan-tk/|dead-url=yes}}</ref>
== Modernisasi angklung ==
Secara esensial, angklung adalah alat musik bambu yang dimainkan dengan digetar. Hal tersebut tidak boleh diubah. Meski demikian, berbagai upaya kreatif untuk memodernisasinya terus berlangsung, seperti:
* Angklung elektrik karya Agus Suhardiman <ref>{{cite web|url=http://asephadiyana.tripod.com/Angklung.htm|title=Angklung Elektrik|accessdate=2012-03-31|archive-date=2012-10-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20121003181819/http://asephadiyana.tripod.com/Angklung.htm|dead-url=yes}}</ref>
* Angklung otomatis, Tugas akhir Kadek Kertayasa di STIKOM Surabaya <ref>{{
* Tra-digi, angklung robot yang dikontrol oleh i-pod, ciptaan Hasim Ghozali.<ref>{{cite web|url=http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/10/angklung-plus-apple-tra-digi|title=Angklung+Apple=Tra-Digi|accessdate=2012-03-31|archive-date=2012-07-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20120704192216/http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/10/angklung-plus-apple-tra-digi|dead-url=yes}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.pikiran-rakyat.com/node/160439|title=Tra-Digi|accessdate=2012-03-31|archive-date=2011-10-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20111014112842/http://www.pikiran-rakyat.com/node/160439|dead-url=yes}}</ref>
* Klungbot, robot angklung yang mula-mula dikreasi oleh Krisna Diastama dan Karismanto Rahmadika,<ref>{{
== Daftar pustaka ==
Baris 176 ⟶ 182:
== Pranala luar ==
{{commonscat}}
* [http://kpa.unit.itb.ac.id/ Keluarga Paduan Angklung Institut Teknologi Bandung] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131101060620/http://kpa.unit.itb.ac.id/ |date=2013-11-01 }}
* [http://www.angklung3.info/ Keluarga Paduan Angklung SMA Negeri 3 Bandung] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181211140445/http://www.angklung3.info/ |date=2018-12-11 }}
* [http://www.arumba.net/ Arumba Angklung Music Edutainment] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100218043837/http://www.arumba.net/ |date=2010-02-18 }}
* [http://www.kabumi-upi.org/category/performances/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140808044410/http://www.kabumi-upi.org/category/performances/ |date=2014-08-08 }}
* [http://angklung-web-institute.com/ AWI (Angklung Web Institute) di Bandung, Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150101110002/http://angklung-web-institute.com/ |date=2015-01-01 }}
* [http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0711/14/utama/3988155.htm Jangan Ambil Angklung Kami, Pakcik…] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071115141638/http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0711/14/utama/3988155.htm |date=2007-11-15 }}, Kompas
* [http://angklung-udjo.co.id/sau/history.php Sejarah Saung Angklung Udjo] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090329050613/http://www.angklung-udjo.co.id/sau/history.php |date=2009-03-29 }}
Baris 193 ⟶ 200:
[[Kategori:Kesenian Sunda]]
[[Kategori:Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia]]
[[Kategori:Reka cipta Indonesia]]
|