Musa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
k →Khidir: redaksi |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 84:
}}
{{Musa}}
'''Musa ({{Lang-he|מֹשֶׁה}})''' adalah tokoh dalam [[Yudaisme]], [[Kekristenan]] dan [[Islam]] yang merupakan seorang ''[[nabi]]''.
Musa<ref group="catatan">{{lang-he|מֹשֶׁה}}, <nowiki>''</nowiki>Mōshé<nowiki>''</nowiki>; dikenal juga sebagai <nowiki>'''</nowiki>Moshe Rabbenu<nowiki>'''</nowiki> ({{lang-he|מֹשֶׁה רַבֵּנוּ}} {{abbr|lit.|literally}} "Moshe our Teacher"); {{lang-syr|ܡܘܫܐ}}, ''Mūše''; {{lang-ar|موسى}} ''{{transl|ar|DIN|Mūsā}}''; {{lang-el|Mωϋσῆς}}, ''{{transl|grc|Mōÿsēs}}''</ref> adalah sosok yang dianggap sebagai [[Nabi]] terpenting dalam [[Agama Yahudi|Yudaisme]] atau agama Yahudi,<ref name="aaa">{{Bibleref|Deuteronomy|34:10|HE}}</ref><ref>{{Citation|author=Maimonides|author-link=Maimonides|title=13 principles of faith|at=7th principle|title-link=Maimonedes#The 13 principles of faith}}.</ref> dan salah satu Nabi terpenting dalam agama [[Kekristenan|Kristen]], [[Islam]], [[Baháʼí|Baha'i]] dan [[Agama Abrahamik|agama-agama Abrahamik]] lainnya. Menurut [[Alkitab Ibrani|Alkitab Perjanjian Lama]], [[Perjanjian Baru]] dan [[Al-Qur'an]], Musa adalah pemimpin dari bangsa [[Israel]] dan pemberi hukum yang dianggap sebagai penulis [[Taurat]].
Baris 92:
Tuhan memerintahkan Musa untuk kembali ke Mesir untuk menuntut pembebasan bangsa Israel dari perbudakan. Namun, Musa berkata kalau dirinya tidak dapat berbicara secara fasih,<ref>Keluaran 4:10</ref> maka Tuhan mengizinkan [[Harun (tokoh Alkitab)|Harun]], yang merupakan abangnya Musa,<ref>Keluaran 7:7</ref> untuk menjadi juru bicaranya. Setelah terjadinya [[Sepuluh tulah|Sepuluh Tulah]], Musa menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah. Setelah itu mereka berdiam di Gunung Sinai, di mana Musa menerima Sepuluh Perintah Tuhan. Pasca 40 tahun mengembara di padang pasir, Musa wafat di Gunung Nebo, di dekat Tanah Perjanjian.
Diakibatkan tidak adanya bukti [[arkeologi]]s maupun catatan sejarah selain dari Kitab-Kitab [[Agama Abrahamik|Samawi]] mengenai dirinya,<ref>{{Cite news|title=Was Moses real?|url=https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2014/12/10/was-moses-real/|newspaper=Washington Post|language=en-US|issn=0190-8286|access-date=2021-11-25}}</ref><ref>{{Cite web|date=2014-11-30|title=Man versus myth: does it matter if the Moses story is based on fact?|url=http://www.theguardian.com/film/2014/nov/30/moses-man-versus-myth-ridley-scott|website=the Guardian|language=en|access-date=2021-11-25}}</ref> banyak [[ilmuwan]] dan agamawan menganggap cerita Musa sebagai cerita dongeng, dengan beberapa tetap memegang kemungkinan bahwa Musa atau sosok seperti Musa pernah ada di abad ke-13 [[SM]].<ref>{{cite journal|last1=Nigosian|first1=S.A.|date=1993|title=Moses as They Saw Him|journal=Vetus Testamentum|volume=43|issue=3|pages=339–350|doi=10.1163/156853393X00160|quote="Three views, based on source analysis or historical-critical method, seem to prevail among biblical scholars. First, a number of scholars, such as Meyer and Holscher, aim to deprive Moses all the prerogatives attributed to him by denying anything historical value about his person or the role he played in Israelite religion. Second, other scholars,.... diametrically oppose the first view and strive to anchor Moses the decisive role he played in Israelite religion in a firm setting. And third, those who take the middle position... delineate the solidly historical identification of Moses from the superstructure of later legendary accretions….Needless to say, these issues are hotly debated unresolved matters among scholars. Thus, the attempt to separate the historical from unhistorical elements in the Torah has yielded few, if any, positive results regarding the figure of Moses or the role he played on Israelite religion. No wonder J. Van Seters concluded that "the quest for the historical Moses is a futile exercise. He now belongs only to legend"|issn=0042-4935}}</ref><ref name="Dever2001">{{cite book|author=William G. Dever|year=2001|url=https://books.google.com/books?id=6-VxwC5rQtwC&pg=PA99|title=What Did the Biblical Writers Know and When Did They Know It?: What Archeology Can Tell Us About the Reality of Ancient Israel|publisher=Wm. B. Eerdmans Publishing|isbn=978-0-8028-2126-3|page=99|quote=A Moses-like figure may have existed somewhere in southern Transjordan in the mid-late 13th century s.c., where many scholars think the biblical traditions concerning the god Yahweh arose.}}</ref><ref name="Enclyc Brit Moses">{{cite web|last1=Beegle|first1=Dewey|title=Moses|url=https://www.britannica.com/biography/Moses-Hebrew-prophet|publisher=Encyclopædia Britannica}}</ref><ref>{{cite web|title=Moses|url=http://www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t94/e1284|website=Oxford Biblical Studies Online}}</ref><ref name="Miller">{{cite book|last=Miller II|first=Robert D.|date=25 November 2013|url=https://books.google.com/books?id=bXZfAgAAQBAJ&pg=PA21|title=Illuminating Moses: A History of Reception from Exodus to the Renaissance|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-25854-9|pages=21, 24|quote=Van Seters concluded, 'The quest for the historical Moses is a futile exercise. He now belongs only to legend.' ... "None of this means that there is not a historical Moses and that the tales do not include historical information. But in the Pentateuch, history has become memorial. Memorial revises history, reifies memory, and makes myth out of history.}}</ref> Yudaisme Rabbinikal mengkalkulasi bahwa Musa hidup dari tahun 1391 sampai 1271 [[SM]];<ref>''[[Seder Olam Rabbah]]''{{full citation needed|date=November 2012}}</ref> sedangkan menurut Jerome, Musa lahir di tahun 1592 SM,<ref>[[Jerome]]'s ''[[Chronicon (Jerome)|Chronicon]]'' (4th century) gives 1592 for the birth of Moses</ref> dan James Ussher mengatakan Musa lahir di tahun 1571 SM.<ref>The 17th-century [[Ussher chronology]] calculates 1571 BC (''Annals of the World'', 1658 paragraph 164)</ref>
== Ayat ==
Baris 103:
:Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."<ref name="World Publishing">{{Cite book|last =|first =|authorlink =|coauthors =|title = New World Dictionary-Concordance to the New American Bible|publisher = World Publishing|year = 1970|location =|page =[https://archive.org/details/newworlddictiona00newy/page/461 461]|url =https://archive.org/details/newworlddictiona00newy|doi =|id =|isbn = 0-529-04540-0 }}</ref>
Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar", yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" ({{lang-la|Soter}}; {{lang-en|saviour, deliverer}}).<ref>HAW Theological Wordbook of the Old Testament</ref> Bentuk nama yang tertulis dalam [[Teks Masoret]] sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata [[bahasa Ibrani]].<ref>Lambdin, T.O., ''Intro. to Biblical Hebrew''. NY:Charles Scribner's Sons, 1971. pp. 18-19</ref> Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, [[Flavius Yosefus]] (37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah [[bahasa Koptik]] ''mo'' yaitu "air" dan ''`uses'' "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".<ref>[[Gesenius' Lexicon]] (1906), s.v.
Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ''ms'' -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian"—yang ditemukan dalam nama-nama "''Thut-'''m'''o'''s'''e''", "anak dari (dewa) [[Thoth]]") dan "''Ra-'''m'''e'''s'''ses''", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) [[Ra]].<ref name="World Publishing"/><ref>So BDB Theological Dictionary and HAW Theological Wordbook of the Old Testament; lihat {{cite web|url=http://www.abarim-publications.com/Meaning/Moses.html|title=Meaning, origin and etymology of the name Moses}}</ref>
Baris 170:
=== Keluarga ===
{{Lihat pula|Kehidupan pribadi Musa}}
Musa adalah seorang [[Bani Israel]], yakni mereka yang merupakan keturunan [[Ya'qub]] atau [[Yakub (Alkitab)|Yakub]] (juga disebut "Israel"<ref>{{Alkitab|Kejadian 32:28}}</ref>). Disebutkan bahwa Ya'qub awalnya tinggal di Palestina (tanah Kanaan). Putra kesebelas Ya'qub, [[Yusuf]], yang telah menjadi orang kepercayaan raja kemudian mengundang Ya'qub dan keluarganya yang ada di Palestina untuk tinggal di Mesir lantaran paceklik hebat. Mereka kemudian beranak-pinak di sana.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/12?from=92&to=102 Yusuf (12):
Alkitab menyebutkan bahwa ayah Musa bernama [[Amram]] (Imran dalam sumber Islam), salah seorang keturunan [[Lewi]], putra ketiga Yakub. Ibu Musa adalah [[Yokhebed]], keturunan Lewi yang juga merupakan saudari dari ayah Amram.<ref>{{Alkitab|Keluaran 6:20}}</ref> Silsilah keluarga Musa dari adalah:
Baris 189:
=== Kelahiran dan masa muda ===
Yokhebed mendapat ilham untuk memasukkan Musa ke dalam peti pandan dan meletakkannya di tengah-tengah teberau (tanaman papirus) di tepi [[sungai Nil]], sementara kakak perempuan Musa mengawasinya dari jauh.<ref>{{Alkitab|Keluaran 2:2-4}}</ref> Peti berisi Musa tersebut kemudian ditemukan oleh perempuan istana keluarga Fir'aun. Perempuan istana itu kemudian mengangkat Musa sebagai anaknya. Menurut Al Qur'an, Musa menolak semua perempuan yang dijadikan ibu susunya. Sumber Al Qur'an dan Alkitab mencatat bahwa kakak perempuan Musa itu kemudian mengajukan kepada keluarga Fir'aun agar Yokhebed menjadi ibu susu Musa. Perempuan istana itu setuju dan Musa kembali pada Yokhebed selama beberapa waktu.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=37&to=40 Thaha (20):
Al-Qur'an dan Alkitab tidak mencatat riwayat kehidupan Musa antara masa belia sampai dewasa. Sejarawan Yahudi pada akhir abad ke-3 SM dan penulis "''Peri Iudaion''", [[Artapanus dari Aleksandria|Artapanus]], menyebutkan riwayat masa muda Musa, yang dilestarikan dalam tulisan sejarawan [[Kristen]], [[Eusebius]],<ref name=artapanus>Eusebius Pamphilis, Buku 9, Bab 27:1-37. Terjemahan Inggris oleh (a) E.H. Gifford, 1903, dan (b) J.J. Collins, 1985, halaman 889-903. Dikutip dalam: {{cite book|last = Rohl|first = David|title = A Test of Time: The Bible - from Myth to History|url = https://archive.org/details/testoftime0000rohl|publisher = Century|location = London|year = 1995|isbn = 0-7126-5913-7 }} Diterbitkan di Amerika Serikat sebagai {{cite book|last = Rohl|first = David|title = Pharaohs and Kings: A Biblical Quest|publisher = Crown Publishers|location = New York|year = 1995|isbn = 0-517-70315-7 }} Bab 12</ref> antara lain:
Baris 198:
=== Melarikan diri dari Mesir ===
Saat Musa dewasa, berusia 40 tahun menurut Alkitab,<ref>{{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:23}}</ref> dia bertemu seorang bangsa Mesir (disebut bangsa Qibthi dalam literatur Muslim) yang menyiksa seorang bangsa Israel (orang Ibrani). Musa kemudian membunuh orang Mesir tersebut. Pada kesempatan berikutnya, Musa kembali melihat dua orang bangsa Israel sedang berkelahi. Saat Musa berusaha memperingatkannya, salah satu orang Israel itu justru menanyakan apakah Musa hendak membunuhnya juga seperti Musa telah membunuh orang Mesir kemarin.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=14&to=19 Al-Qashash (28): 14-19]</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 2:11-14}}; {{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:24-28}}</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=436-439}} Terkait peristiwa ini, Al-Qur'an menggambarkan bahwa Musa sangat menyesal telah membunuh orang Mesir tersebut dan merasa sangat takut setelahnya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=15&to=17 Al-Qashash (28): 15-17]</ref> Alkitab menyebutkan bahwa dengan membunuh orang Mesir tersebut Musa mengira bangsa Israel tahun bahwa Allah akan menyelamatkan mereka melalui Musa, tetapi bangsa Israel tidak memahami maksud perbuatan Musa.<ref>{{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:25}}</ref>
Setelah mengetahui perbuatan Musa, Fir'aun bermaksud membunuh Musa. Musa kemudian melarikan diri ke [[Midian]] ([[Madyan]]). Saat sampai di sumber air Midian, terdapat beberapa perempuan yang kesulitan memberi minum ternak-ternak mereka dan Musa membantu mereka. Setelahnya, ayah dari para perempuan tersebut meminta putrinya untuk mengundang Musa ke kediaman mereka. Musa kemudian bekerja menjadi penggembala pada lelaki tersebut dan menikahi putrinya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=20&to=28 Al-Qashash (28): 20-28]</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 2:14-22}}</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=439-443}}
Al-Qur'an memberikan keterangan bahwa Musa keluar dari Mesir lantaran ada seseorang yang memperingatkannya bahwa para pembesar berencana membunuhnya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=20&to=20 Al-Qashash (28): 20]</ref> Terkait lelaki di Midian yang kemudian menjadi mertua Musa, Al-Qur'an tidak menyebutkan jati diri lelaki tersebut selain bahwa dia adalah seorang yang usianya sudah sangat lanjut.<ref name="Al-Qashash 28: 23">Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=23&to=23 Al-Qashash (28): 23]</ref> Banyak literatur Muslim menyebutkan bahwa mertua Musa adalah [[Syu'aib]], meski keterangan ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah seorang imam (pendeta), namanya [[Rehuel]]<ref>{{Alkitab|Keluaran 2:18}}</ref> atau [[Yitro]].<ref>{{Alkitab|Keluaran 3: 1}}</ref> Al-Qur'an menyebutkan bahwa putri lelaki tua tersebut yang ditemui Musa di sumber air berjumlah dua orang,<ref name="Al-Qashash 28: 23"/> sementara Alkitab menyebutkan bahwa Rehuel atau Yitro memiliki tujuh putri.<ref>{{Alkitab|Keluaran 2:16}}</ref> Ibnu Katsir menyebutkan bahwa bisa jadi lelaki tersebut memiliki tujuh putri, tetapi yang sedang meminumkan ternak saat itu dua orang.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=440}} Al-Qur'an menyebutkan bahwa lelaki tua itu akan menikahkan Musa dengan putrinya jika Musa mau bekerja padanya selama delapan tahun atau digenapkan sepuluh tahun.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=27&to=28 Al-Qashash (28): 27-28]</ref> Alkitab menyebutkan bahwa putri Rehuel atau Yitro yang dinikahkan dengan Musa bernama [[Zipora]]. Mereka dikaruniai dua putra,<ref>{{Alkitab|Kisah Para Rasul 7: 29}}</ref> bernama [[Gersom]]<ref name=gersom/> dan [[Eliezer]].<ref name=eliezer/> Sumber Alkitab juga menyebutkan bahwa Firaun yang ingin membunuh Musa kemudian wafat, sehingga Firaun berikutnya merupakan orang yang berbeda.<ref>{{Alkitab|Keluaran 2:23}}</ref>
=== Utusan Allah ===
Setelahnya, Allah berfirman pada Musa saat dia berada di gunung. Al-Qur'an dan Alkitab memiliki narasi serupa terkait percakapan antara Allah dan Musa, yakni bahwa Allah memerintahkan Musa menanggalkan alas kakinya karena tempat itu adalah tempat suci, kemudian memerintahkan agar Musa menyeru kepada Fir'aun dan membiarkan Bani Israel keluar dari Mesir. Allah memberikan Musa mukjizat, yakni tongkatnya dapat berubah menjadi ular dan tangannya dapat berubah menjadi putih. Namun Musa masih merasa takut, dan kakak Musa, Harun, juga diutus Allah untuk mendampingi Musa.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=9&to=36 Thaha (20): 9-36]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=29&to=35 Al-Qashash (28): 29-35]</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 3:1-22}}; {{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:30-34}}</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 4: 1-17}}</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=447-455}}
Terkait waktu, Al-Qur'an menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi setelah Musa menyelesaikan waktu perjanjian kerja dengan mertuanya dan saat Musa pergi bersama keluarganya. Ulama tafsir menyebutkan bahwa mereka dalam perjalanan menuju Mesir.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=448}} Disebutkan bahwa saat dalam perjalanan bersama keluarganya, Musa melihat api di lereng gunung, sehingga dia mendatangi tempat tersebut untuk mencari kabar atau membawa api untuk keluarganya. Selanjutnya, Allah berfirman kepadanya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=29&to=30 Al-Qashash (28): 29-30]</ref> Dalam Alkitab, ketika sudah menetap 40 tahun di Midian, Musa menggembalakan ternak mertuanya di dekat gunung Horeb, kemudian takjub melihat api muncul dari [[Semak duri berapi|suatu semak duri]], tapi semak tersebut tidak terbakar. Allah kemudian berfirman pada Musa.<ref>{{Alkitab|Keluaran 3:1-4}}</ref> Setelahnya, Musa kembali ke kediaman mertuanya untuk meminta izin kembali ke Mesir, kemudian dia membawa istri dan anak-anaknya pergi ke Mesir bersamanya.<ref>{{Alkitab|Keluaran 4: 18-20}}</ref> Al-Qur'an menyebutkan bahwa tempat Allah berfirman pada Musa adalah lembah Thuwa,<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=12&to=13 Thaha (20): 12]</ref> sedangkan Alkitab menyebutnya [[gunung Horeb]] (juga ditulis sebagai "[[Gunung Sinai dalam Alkitab|gunung Sinai]]"<ref>Coogan, Michael David. The Old Testament: A historical and literary introduction to the Hebrew Scriptures. Oxford University Press, USA, 2017: pg. 108</ref><ref>Coogan, Michael David. [https://books.google.com/books?id=gM-tZeEO4wgC&pg=PA67 The Oxford history of the biblical world]. Oxford University Press, USA, 2001: pg. 67.</ref><ref name="Wright 2018 p.63 ">{{cite book | last=Wright | first=N. T. | title=Paul : a biography | publisher=Society for Promoting Christian Knowledge (SPCK | publication-place=London | year=2018 | isbn=978-0-281-07875-2 | oclc=994933821 | page=63}}</ref>).<ref>{{Alkitab|Keluaran 3:1}}; {{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:30}}</ref> Beberapa tempat di kawasan [[semenanjung Sinai]], [[Jazirah Arab|Arab barat laut]], dan sekitarnya diidentifikasikan sebagai tempat Allah berfirman pada Musa (lihat "[[Gunung Sinai dalam Alkitab]]").
Dalam Alkitab disebutkan bahwa saat Musa dan keluarganya bermalam di tengah perjalanan menuju Mesir, Tuhan hendak membunuh Musa, tetapi setelah Zipora mengambil pisau batu dan menyunat anak Musa, maka Musa dibiarkan hidup. Namun, Zipora mengatakan bahwa Musa adalah "pengantin darah",<ref>{{Alkitab|Keluaran 4:24-26}}</ref> lalu membawa kedua anak Musa pulang ke [[Madyan]].<ref>{{Alkitab|Keluaran 18:5-6}}</ref>
Baris 215:
[[Berkas:Pharaoh watches a serpent devour a person in the presence of the Moses (6125069974).jpg|jmpl|kiri|Fir'aun melihat ular memakan setan di hadapan Musa, dari manuskrip ''Qishash al-Anbiya''', sekitar. 1540.]]
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun, menyatakan diri sebagai utusan Allah, dan meminta agar Fir'aun membebaskan Bani Israel. Terjadi dialog di antara mereka mengenai Allah. Fir'aun mengungkit masa lalu Musa yang dibesarkan di istana dan kesalahan Musa dulu, yakni membunuh seorang bangsa Mesir. Fir'aun menganggap Musa dan Harun sebagai orang yang gila dan menyatakan bahwa siapa yang menyembah selain padanya akan dipenjara. Selanjutnya, Musa menunjukkan mukjizatnya, yakni tongkat yang menjadi ular dan tangannya yang menjadi putih. Fir'aun dan pengikutnya menertawakannya dan menganggap bahwa hal itu hanyalah sihir belaka. Fir'aun menolak beriman pada Musa dan Harun yang dianggap berusaha memalingkannya dari kepercayaan leluhur, juga menganggap mereka berusaha merebut kekuasaan di Mesir dan akan mengusir Fir'aun dan pengikutnya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=104&to=110 Al-A'raf (7): 104-110]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/10?from=75&to=78 Yunus (10): 75-78]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=47&to=57 Thaha (20): 47-57]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/26?from=16&to=34 Asy-Syu'ara' (26): 16-34]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/43?from=46&to=47 Az-Zukhruf (43): 46-47]</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=455-465}}
Kedua belah pihak kemudian menyepakati perjanjian untuk mengadakan pertandingan terbuka di hari raya antara Musa dan Harun dengan ahli-ahli sihir Mesir. Kepada para ahli sihir Mesir, Fir'aun menjanjikan kedudukan yang dekat dengannya bila mereka memenangkan pertandingan. Para penyihir itu kemudian melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka dan menyihirnya menjadi ular. Musa sempat gentar, tetapi Allah menguatkannya. Musa kemudian melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Ular Musa memakan ular-ular para penyihir itu. Para penyihir tersebut kemudian bersujud dan beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun. Fir'aun mengancam akan menyiksa para penyihir itu, tetapi mereka tetap teguh mengimani Musa.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=111&to=126 Al-A'raf (7): 111-126]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/10?from=79&to=82 Yunus (10): 79-82]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=61&to=73 Thaha (20): 61-73]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/26?from=35&to=51 Asy-Syu'ara' (26): 35-51]</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=465-477}}
Alkitab menyebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun dan memintanya agar membiarkan orang Israel bersama mereka untuk pergi ke padang gurun sejauh perjalanan tiga hari untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Namun Fir'aun menolak permintaan mereka dan berkata bahwa dia tidak mengenal Tuhan yang dimaksud Musa dan Harun. Tidak hanya melarang mereka keluar, Fir'aun bahkan menitahkan untuk memperberat pekerjaan orang Israel. Bani Israel diperintahkan mencari jerami sendiri, sebelumnya mereka menerima pasokan, tetapi tetap harus menyelesaikan jumlah batu bata sesuai target seperti sebelumnya. Lantaran hal ini, mandor-mandor Bani Israel menyalahkan Musa dan Harun.<ref>{{Alkitab|Keluaran 5:1-23}}</ref> Alkitab juga menyebutkan bahwa ketika Musa dan Harun menghadap Fir'aun lagi, Harun melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Fir'aun kemudian memanggil ahli-ahli sihir. Mereka melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular, tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli sihir itu. Meski demikian, Fir'aun tetap berkeras hati. Disebutkan bahwa Musa saat itu berusia 80 tahun dan Harun berusia 83 tahun.<ref>{{Alkitab|Keluaran 7:1-13}}</ref>
Al-Qur'an menyebutkan tanggapan Bani Israel terhadap Musa dan seruannya. Disebutkan bahwa keturunan kaum Musa beriman, juga takut bahwa Fir'aun dan pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/10?from=83&to=83 Yunus (10): 83]</ref> Sebagian mengeluh dan menyebutkan bahwa mereka ditindas baik sebelum maupun sesudah Musa datang.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=129&to=129 Al-A'raf (7): 129]</ref> Sebagian menyatakan bahwa mereka bertawakal pada Allah dan berdoa untuk diselamatkan dari orang-orang kafir.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/10?from=84&to=86 Yunus (10): 84-86]</ref>
Fir'aun sendiri tetap tidak beriman pada seruan Musa dan Harun. Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Fir'aun menyatakan bahwa kerajaan Mesir adalah miliknya dan sungai-sungai mengalir di bawahnya. Dia juga mengejek Musa yang tidak ahli dalam berbicara, juga karena Musa tidak memakai gelang dari emas atau tidak diiringi para malaikat. Perkataan Fir'aun tersebut berhasil mempengaruhi para pengikutnya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/43?from=51&to=54 Az-Zukhruf (43): 51-54]</ref> Lebih jauh, Fir'aun menyatakan tidak ada tuhan bagi kaumnya selain dirinya sendiri dan memerintahkan tangan kanannya, Haman, untuk mendirikan bangunan tinggi agar dapat melihat Tuhannya Musa.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=38&to=38 Al-Qashash (28): 38]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/40?from=36&to=37 Ghafir (40): 36-37]</ref> Disebutkan pula bahwa ada ada seorang dari keluarga Fir'aun yang beriman pada Musa dan menyeru bangsa Mesir agar turut beriman.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/40?from=28&to=44 Ghafir (40): 28-44]</ref>
Dalam Alkitab tertulis bahwa Allah mengeraskan hati Fir'aun dan para pegawainya, supaya Dia dapat menunjukkan mukjizat-mukjizat pada bangsa Mesir dan dapat dikisahkan Bani Israel dari generasi ke generasi, bagaimana Allah mempermain-mainkan orang Mesir agar kekuasaan Allah diketahui semua orang.<ref>{{Alkitab|Keluaran 10:1-2}}</ref>
Baris 228 ⟶ 229:
==== Azab dan bencana ====
{{Lihat pula|Sepuluh tulah Mesir}}
Al-Qur'an menyebutkan bahwa Mesir ditimpa kemarau bertahun-tahun sebagai salah satu peringatan Allah, tetapi Fir'aun dan para pengikutnya menyalahkan Musa dan pengikutnya sebagai sebab kesialan yang mereka terima. Jika mereka mendapat kemakmuran, para penentang Musa menyebutkan bahwa itu karena usaha mereka. Mereka juga menegaskan bahwa bukti apa saja yang dibawa Musa dan Harun untuk menyihir mereka, mereka tetap tidak akan beriman. Negeri Mesir kemudian dilanda topan, serangan belalang, wabah kutu, menyebarnya katak-katak di sepenjuru negeri, dan air minum bangsa Mesir berubah menjadi darah. Fir'aun dan pengikutnya memohon pada Musa agar dia dapat mendoakan mereka agar terbebas dari segala bencana tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi bersamanya. Namun setelah azab tersebut hilang, mereka mengingkari janjinya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=130&to=135 Al-A'raf (7): 130-135]</ref>
Dalam Alkitab disebutkan bahwa Allah menimpakan [[sepuluh tulah]] atau azab kepada bangsa Mesir. Tulah pertama, darah. Harun memegang tongkat dan mengulurkan tangannya ke atas sungai, selokan, kolam, dan semua sumber air Mesir, dan semua air tersebut berubah menjadi darah. Namun ahli-ahli sihir Fir'aun juga dapat membuat hal yang sama sehingga Fir'aun tetap menolak permintaan Musa.<ref>{{Alkitab|Keluaran 7: 14-25}}</ref> Tulah kedua, katak. Harun mengulurkan tangannya dengan tongkat ke perairan Mesir dan keluarlah katak-katak dalam jumlah besar dan memenuhi Mesir. Fir'aun kemudian meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi. Namun Fir'aun mengingkari janjinya setelah katak-katak tersebut hilang.<ref>{{Alkitab|Keluaran 8: 1-15}}</ref> Tulah ketiga, nyamuk. Harun memukulkan tongkatnya pada debu tanah dan muncullah nyamuk yang menghinggapi manusia dan binatang.<ref>{{Alkitab|Keluaran 8: 16-19}}</ref> Tulah keempat, lalat. Lalat pikat mengerubuti negeri Mesir, termasuk istana Fir'aun dan pegawai-pegawainya, tapi tidak dengan kediaman Bani Israel. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.<ref>{{Alkitab|Keluaran 8: 20-32}}</ref>
Baris 238 ⟶ 239:
=== Hijrah dari Mesir ===
{{Lihat pula|Keluar dari Mesir|Penyeberangan Laut Merah}}
Al-Qur'an menyebutkan bahwa rombongan Bani Israel keluar pada malam hari. Fir'aun kemudian mengirim utusan ke kota-kota guna menghimpun pasukan untuk mengejar Bani Israel dan mereka berhasil menyusul saat matahari terbit. Maka saat kedua kelompok tersebut dapat saling melihat, sebagian Bani Israel ketakutan, "Kita benar-benar akan tersusul." Allah mewahyukan agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan laut terbelah. Setiap bagian laut tersebut seperti gunung dan Bani Israel melewati jalan kering di antara laut yang terbelah tersebut. Fir'aun dan pasukannya mengejar Bani Israel, tetapi sebelum sampai di tepi, laut tersebut menutup kembali sehingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam. Di saat-saat terakhir, Fir'aun berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan Yang dipercayai Bani Israel dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Para ulama memberikan beberapa keterangan tambahan yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Saat laut terbelah, Fir'aun justru menyombongkan diri dan menyatakan bahwa laut itu terbelah demi dirinya agar bisa mengejar Bani Israel. Sebenarnya pasukan Fir'aun dan kuda-kuda mereka ragu untuk maju, tetapi Jibril kemudian muncul dalam wujud seorang pemuda yang menunggang kuda betina sehingga kuda-kuda jantan Fir'aun dan pasukannya mengejarnya. Saat Fir'aun bertobat, Jibril mengambil pasir lautan dengan sayapnya, kemudian memukulkan pada wajah Fir'aun dan menguburnya.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=507-512}}
Baris 248 ⟶ 249:
Alkitab mencatat bahwa pada waktu Bani Israel keluar dari Mesir ini banyak orang dari berbagai bangsa juga ikut pergi bersama mereka. Disebutkan bahwa Bani Israel tinggal di Mesir selama 430 tahun.<ref>{{Alkitab|Keluaran 12: 30-51}}</ref>
Al-Qur'an menyebutkan bahwa setelah menyeberang lautan, rombongan Bani Israel melewati kaum penyembah berhala. Sebagian Bani Israel meminta agar Musa juga membuatkan tuhan berhala untuk mereka sebagaimana kaum tersebut. Musa menolak dan memperingatkan mereka.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=138&to=140 Al-A'raf (7): 138-140]</ref>
=== Perjalanan ===
Baris 255 ⟶ 256:
Alkitab menyebutkan bahwa setelah menyeberang laut, Bani Israel berjalan di gurun selama tiga hari tanpa menemukan air. Saat menemukannya di tempat bernama [[Mara (Alkitab)|Mara]], airnya terasa pahit. Allah kemudian menunjukkan sepotong kayu dan kayu tersebut dilemparkan ke dalam air sehingga air di tempat itu menjadi tawar dan dapat diminum. Di tempat tersebut, Allah mengajarkan berbagai peraturan pada mereka. Setelahnya, mereka pergi dan berkemah di [[Elim]] dan di sana terdapat 12 mata air dan 70 pohon kurma.<ref>{{Alkitab|Keluaran 15: 22-27}}</ref>
Al-Qur'an menyebutkan secara singkat bahwa Bani Israel juga dikaruniai [[manna]] dan salwa untuk makan.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=57&to=57 Al-Baqarah (2): 57]</ref><ref name="Al-A'raf 7: 160">Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=160&to=160 Al-A'raf (7): 160]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=80&to=80 Thaha (20): 80]</ref> Ulama tafsir menyebutkan bahwa salwa adalah sejenis [[burung puyuh]] dan manna adalah makanan yang berasa seperti [[madu]]. Allah memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya pada batu dan memancarlah dua belas mata air untuk minum.<ref name="Al-A'raf 7: 160"/><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=60&to=60 Al-Baqarah (2): 60]</ref>
Alkitab menyebutkan setelah berangkat dari Elim dan berkemah di [[padang gurun Sin]] (pada tanngal 15 bulan ke-2), Bani Israel terus mengeluh lantaran lelahnya perjalanan dan ingin makan roti dan daging seperti saat mereka masih hidup di Mesir. Saat sore, datanglah [[burung puyuh]] banyak sekali sampai memenuhi perkemahan. Paginya, turunlah embun di sekeliling perkemahan. Saat embun tersebut menguap, tampaklah sesuatu yang tipis seperti sisik dan halus seperti embun beku, bentuknya biji-biji kecil berwarna putih dan rasanya seperti kue dari madu. Embun tersebut disebut "[[manna]]" oleh Bani Israel. Makanan tersebut turun setiap pagi. Jumlahnya menjadi berlipat saat hari keenam. Pada hari ketujuh, hari [[Sabat]], Bani Israel dilarang keluar kemah untuk menghormati Tuhan dan manna juga tidak turun, sehingga mereka makan dari persediaan yang sudah disiapkan pada hari sebelumnya.<ref>{{Alkitab|Keluaran 16: 1-36}}</ref> Bani Israel melanjutkan perjalanan sampai [[Rafidim]] dan mereka kembali mengeluh karena tidak mendapat air. Allah kemudian memerintahkan Musa memukul sebuah batu dan memancarlah air dari tempat tersebut.<ref>{{Alkitab|Keluaran 17: 1-7}}</ref>
Baris 266 ⟶ 267:
Alkitab menyebutkan bahwa pada tanggal satu bulan ke-3 setelah meninggalkan Mesir, Bani Israel mendirikan perkemahan di depan gunung Sinai, dan Musa menaiki gunung itu untuk berbicara dengan Allah. Allah memerintahkan Bani Israel untuk bersuci, mandi, dan mencuci pakaian mereka untuk bersiap menghadapi hari ketiga. Pada pagi hari ketiga, seluruh gunung ditutupi asap dan terdengar bunyi sangkakala dengan keras. Allah memerintahkan Musa naik ke puncak gunung. Bani Israel lain, juga hewan ternak, dilarang mendekati gunung.<ref>{{Alkitab|Keluaran 19:1-25}}</ref> Allah kemudian memberikan beberapa perintah pada Musa, yang dikenal dengan [[Sepuluh Perintah Allah|Sepuluh Perintah]].<ref>{{Alkitab|Keluaran 20:1-17}}</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=527-529}} Allah juga menyampaikan perintah dan hukum terkait pembangunan mezbah,<ref>{{Alkitab|Keluaran 20:22-26}}</ref> budak,<ref>{{Alkitab|Keluaran 21:1-11}}</ref> berbagai tindakan kekerasan,<ref>{{Alkitab|Keluaran 21:12-27}}</ref> tanggung jawab para pemilik ternak,<ref>{{Alkitab|Keluaran 21:28-36}}</ref> ganti rugi,<ref>{{Alkitab|Keluaran 22:1-15}}</ref> kesusilaan dan ibadah,<ref>{{Alkitab|Keluaran 22:16-31}}</ref> keadilan dan kejujuran,<ref>{{Alkitab|Keluaran 23:1-9}}</ref> tahun ketujuh dan hari ketujuh,<ref>{{Alkitab|Keluaran 23:10-13}}</ref> dan hari-hari raya.<ref>{{Alkitab|Keluaran 23:14-19}}</ref> Besok paginya, Musa mendirikan mezbah (altar persembahan) dengan dua belas tugu di kaki gunung, kemudian memerintahkan para pemuda untuk menyembelih beberapa ekor sapi untuk kurban.<ref>{{Alkitab|Keluaran 24:1-11}}</ref>
Al-Qur'an dan Alkitab menjelaskan bahwa Allah kemudian memerintahkan Musa untuk naik ke atas gunung selama empat puluh hari empat puluh malam. Selama Musa pergi, Harun dan Hur dipasrahi untuk mengurus Bani Israel. Di atas gunung itu Allah menuliskan hukum-hukum-Nya pada dua loh atau keping batu.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=142&to=147 Al-A'raf (7): 142-147]</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 24:12-18}}</ref> Al-Qur'an menyebutkan bahwa saat itu Musa memohon agar Allah menunjukkan diri. Allah kemudian meminta agar Musa melihat ke sebuah gunung dan jika gunung itu tetap berdiri, maka Musa dapat melihat Allah. Saat menampakkan keagungan-Nya pada gunung yang dimaksud, gunung tersebut hancur. Musa jatuh pingsan dan setelah sadar, dia bertobat pada Allah atas permintaannya.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=143&to=143 Al-A'raf (7): 143]</ref> Sebagian ulama menjelaskan bahwa awalnya Allah memerintahkan Musa untuk berdiam selama tiga puluh hari di gunung dan Allah akan berfirman padanya di hari terakhir. Musa berpuasa selama tiga puluh hari tersebut dan setelahnya dia menggosok giginya dengan siwak sebelum bermunajat pada Allah untuk menghilangkan bau mulutnya. Namun Allah justru menyatakan bahwa bau mulut orang berpuasa lebih harum dari minyak kasturi, sehingga Allah memerintahkan Musa untuk berpuasa sepuluh hari lagi.{{sfn|Al-Qarni|2006|p=93}}{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=533-534}} Alkitab menjelaskan bahwa saat itu Allah memberikan hukum dan perintah terkait [[Kemah Suci]]<ref>{{Alkitab|Keluaran 25:1-9}}</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 26:1-37}}</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 30:11-16}}</ref> dan pelatarannya,<ref>{{Alkitab|Keluaran 27:9-19}}</ref> peti perjanjian,<ref>{{Alkitab|Keluaran 25:10-22}}</ref> meja untuk roti sajian,<ref>{{Alkitab|Keluaran 25:23-30}}</ref> kaki lampu,<ref>{{Alkitab|Keluaran 25:31-40}}</ref> mezbah,<ref>{{Alkitab|Keluaran 27:1-8}}</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 30:1-10}}</ref> pengurusan lampu,<ref>{{Alkitab|Keluaran 27:20-21}}</ref> pakaian imam (pendeta),<ref>{{Alkitab|Keluaran 28:1-43}}</ref> [[penahbisan]] Harun dan keturunannya menjadi imam,<ref>{{Alkitab|Keluaran 29:1-37}}</ref> kurban harian,<ref>{{Alkitab|Keluaran 29:38-46}}</ref> bak perunggu,<ref>{{Alkitab|Keluaran 30:17-21}}</ref> minyak upacara,<ref>{{Alkitab|Keluaran 30:22-38}}</ref> dan hari Sabat.<ref>{{Alkitab|Keluaran 31:12-18}}</ref>
==== Patung sapi ====
Di tempat lain, Bani Israel merasa Musa terlalu lama berada di gunung. Perhiasan-perhiasan emas yang dibawa Bani Israel kemudian dilemparkan ke api dan dibuatlah [[anak lembu emas|patung sapi emas]] dan dinyatakan bahwa patung tersebut adalah tuhan. Banyak Bani Israel kemudian menyembahnya. Saat turun dari gunung, Musa sangat marah dengan perbuatan Bani Israel sampai melemparkan lauh-lauh atau kepingan batunya dan kemudian menghancurkan patung sapi tersebut. Musa juga memarahi Harun lantaran dianggap lalai menjaga Bani Israel.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=148&to=154 Al-A'raf (7): 148-154]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=83&to=98 Thaha (20): 83-98]</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 32:1-25}}</ref>
Terdapat perbedaan pendapat mengenai pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Alkitab menyebutkan bahwa Harun sendirilah yang membuat patung tersebut.<ref>{{Alkitab|Keluaran 32:4}}</ref> Al-Qur'an menyebutkan bahwa seseorang yang disebut [[Samiri]] yang melakukannya,<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=85&to=85 Thaha (20): 85]</ref> sementara Harun sendiri sudah berusaha mencegah Bani Israel melakukan penyembahan sapi tersebut, tapi peringatan tersebut tidak diindahkan lantaran dia dipandang lemah dan diancam akan dibunuh.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=150&to=150 Al-A'raf (7): 150]</ref> Saat Musa menanyai alasan Samiri melakukan perbuatan tersebut, dijawab bahwa dirinya mengetahui hal yang tidak orang lain ketahui, jadi dia mengambil segenggam jejak rasul, kemudian melemparkannya ke dalam api tempat membakar perhiasan emas tersebut.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=96&to=96 Thaha (20): 96]</ref> Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud jejak rasul adalah tanah bekas tapak kaki kuda Jibril saat menyeberangi laut. Saat tanah tersebut dimasukkan ke dalam tubuh patung, patung tersebut dapat bersuara seperti suara sapi. Ulama lain menjelaskan bahwa tanah itu membuat patung tersebut menjadi seperti sapi sungguhan yang memiliki daging dan darah, juga bersuara selayaknya sapi hidup.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=542}} Al-Qur'an menyebutkan bahwa Musa kemudian mengusir Samiri.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/20?from=97&to=97 Thaha (20): 97]</ref>
Al-Qur'an menyebutkan bahwa setelahnya, Musa memerintahkan Bani Israel untuk bertobat dan membunuh diri mereka sebagai bentuk pertobatan.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=54&to=54 Al-Baqarah (2): 54]</ref> Alkitab menjelaskan bahwa suku Lewi kemudian mengelilingi Musa dan mereka kemudian diperintahkan menghunus pedang, kemudian berjalan dari satu gerbang perkemahan ke gerbang lainnya sambil membunuh saudara, sahabat, dan tetangga mereka. Sekitar tiga ribu orang tewas. Musa kemudian kembali naik ke gunung untuk memintakan ampun perbuatan Bani Israel pada Allah.<ref>{{Alkitab|Keluaran 32:26-35}}</ref>
Al-Qur'an menjelaskan bahwa setelahnya, Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk bertobat pada Allah. Saat mereka ditimpa gempa, Musa memohon pengampunan pada Allah dan meminta agar Allah jangan membinasakan kaumnya lantaran perbuatan sebagian dari mereka.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=155&to=155 Al-A'raf (7): 155]</ref> Para ulama menjelaskan bahwa di antara ketujuh puluh orang tersebut adalah Harun, Yusya', Nadab, dan Abihu.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=547-548}} Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa sebagian Bani Israel menyatakan tidak akan beriman kalau tidak melihat Allah secara langsung, maka mereka mati disambar petir, tetapi Allah menghidupkan mereka kembali.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=55&to=56 Al-Baqarah (2): 55-56]</ref> Muhammad bin Ishaq menjelaskan bahwa tujuh puluh orang terbaik dipilih
Alkitab menjelaskan bahwa setelah kejadian penyembahan patung sapi tersebut, Musa mendirikan kemah pertemuan jauh di luar perkemahan Bani Israel, supaya setiap orang yang mencari Allah dapat pergi ke sana.<ref>{{Alkitab|Keluaran 33:12-22}}</ref> Musa kemudian membuat ulang kepingan batu yang baru karena yang lama sudah dia pecahkan.<ref>{{Alkitab|Keluaran 34:1-4}}</ref>
Baris 281 ⟶ 282:
==== Kemah Suci ====
[[Berkas:Stiftshuette Modell Timnapark.jpg|jmpl|260px|ka|Model Kemah Suci di Timna Park, Israel]]
Pada tanggal 1 bulan pertama tahun ke-2 setelah keluar dari Mesir, Kemah Suci resmi didirikan, terdiri dari alas, tiang, atap kemah, [[Tabut Perjanjian]] berisi loh hukum Allah, tabir penudung, meja roti sajian, kandil, mezbah ukupan, tirai pintu kemah, mezbah korban bakaran, bejana pembasuhan di antara Kemah Pertemuan dan mezbah korban bakaran, tiang-tiang pelataran sekeliling Kemah Suci dan mezbah serta dan tirai pintu gerbang pelataran.<ref>{{Alkitab|Keluaran 40:17-33}}</ref> Ketika selesai didirikan maka tiang awan Allah menutupi Kemah Suci dan Musa tidak dapat memasuki kemah itu, selama awan itu ada di atas kemah. Awan itu berada di atas Kemah Suci pada siang hari dan muncul api di dalamnya pada malam hari. Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah rombongan Bani Israel dari tempat mereka berkemah, tetapi selama awan itu tidak naik, maka mereka menetap di tempat itu
Setelah mendirikan Kemah Suci, Musa [[penahbisan|menahbiskan]] Harun dan keempat putranya menjadi imam-imam untuk melayani persembahan korban umat bagi Allah dan memimpin ibadah umat. Karena [[Nadab dan Abihu]], kedua putra tertua Harun, menyalahi aturan pembuatan ukupan, mereka dihukum mati oleh Allah. Berikutnya dirinci aturan-aturan kehidupan dan ibadah untuk seluruh umat Israel.<ref>[[Kitab Imamat]] [[Imamat 1|1]]-[[Imamat 27|27]]</ref>
=== Upaya Memasuki Palestina ===
Al-Qur'an menjelaskan bahwa Musa memerintahkan Bani Israel untuk masuk ke negeri yang telah ditentukan Allah untuk mereka. Namun mereka tidak mau memasukinya dengan alasan penduduk di sana sangat kuat dan kejam. Dua orang di antara Bani Israel berusaha meyakinkan yang lain bahwa mereka akan memperoleh kemenangan melawan penduduk negeri tersebut, tetapi tetap saja Bani Israel yang lain tidak tergerak. Puncaknya, mereka justru meminta Allah dan Musa berperang sendiri melawan penduduk tersebut, sementara mereka akan menanti. Maka Allah mengharamkan negeri itu pada Bani Israel selama empat puluh tahun dan selama itu, mereka akan berputar-putar kebingungan di muka bumi.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/5?from=21&to=26 Al-Ma'idah (5): 21-26]</ref>
Alkitab menjelaskan bahwa Musa mengutus dua belas orang pengintai untuk meninjau tanah Kanaan (Palestina). Setelah kembali, mereka melaporkan bahwa negeri itu memiliki susu dan madu yang melimpah, juga bangsa yang tinggal di sana sangat kuat dan tinggal di kota besar berbenteng. Sepuluh pengintai di antara mereka menyebutkan bahwa Bani Israel tidak akan mampu melawan bangsa tersebut, menyebarkan cerita bohong bahwa penduduk negeri itu adalah penduduk negeri tersebut seperti raksasa sehingga mustahil untuk direbut.<ref>{{Alkitab|Bilangan 13:1-33}}</ref> Laporan tersebut menjadikan Bani Israel mengeluh dan marah, bahkan mereka hendak mengangkat seorang pemimpin baru dan kembali ke Mesir. Dua di antara pengintai tersebut, Yosua bin Nun dari suku Efraim dan Kaleb bin Yefune dari suku Yehuda berusaha keras meyakinkan Bani Israel yang lain bahwa mereka bisa mengalahkan penduduk tersebut karena Tuhan menyertai mereka, tetapi orang-orang tersebut justru mengancam akan melempari mereka dengan batu. Allah kemudian menghukum Bani Israel. Mereka semua yang berusia di atas dua puluh tahun, kecuali Yosua dan Kaleb, akan mati di gurun dan tidak akan bisa memasuki negeri yang dijanjikan tersebut. Setelah Musa menyampaikan hukuman Allah tersebut, Bani Israel menjadi sedih dan keesokan harinya, mereka berusaha merebut negeri tersebut tanpa restu Musa. Meski Musa telah melarang, mereka tetap nekat dan mereka dikalahkan oleh bangsa Amalek dan penduduk Kanaan.<ref>{{Alkitab|Bilangan 14:1-45}}</ref>
Baris 301 ⟶ 302:
=== Kejadian lain ===
==== Perselisihan internal ====
Al-Qur'an menyebutkan bahwa salah seorang kaum Musa bernama [[Qarun]] dianugerahi kekayaan yang sangat banyak. Saat sebagian orang memperingatkannya agar jangan terlalu membanggakan diri, Qarun membalas bahwa dia dikaruniai semua kekayaan tersebut karena ilmunya. Suatu hari, dia keluar dengan menunjukkan kemegahannya. Mereka yang cenderung pada dunia menjadi iri dan ingin seperti Qarun, tetapi orang-orang saleh justru membenci yang dilakukan Qarun. Allah kemudian membenamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/28?from=76&to=82 Al-Qashash (28): 76-82]</ref> Para ulama memberikan beberapa keterangan tambahan. Disebutkan bahwa Qarun memiliki suara yang merdu saat membaca Taurat, tapi dia termasuk orang munafik seperti Samiri.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=597}} Qarun membayar seorang wanita pelacur untuk mengatakan di depan khalayak bahwa Musa telah melakukan perbuatan tidak senonoh terhadapnya. Musa kemudian mendatangi wanita tersebut dan dia akhirnya mengaku bahwa Qarun yang memerintahkannya berbuat demikian. Musa kemudian mendoakan keburukan pada Qarun.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=599-600}}
Kisah Qarun dipersamakan dengan kisah Korah dalam Alkitab, dan dicatat bahwa ketika Bani Israel masih dalam pengembaraan di padang gurun, Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi (putra paman Musa),<ref>{{Alkitab|Keluaran 6:21}}</ref> Datan dan Abiram (keduanya putra Eliab), serta On bin Pelet, ketiganya dari [[suku Ruben]], mengajak 250 orang termasuk pemimpin-pemimpin umat dan orang ternama untuk memberontak melawan Musa. Mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun untuk menggugat kepemimpinan kedua orang itu. Musa menyatakan bahwa Korah dan para pengikutnya harus datang di depan Kemah Suci sambil membawa tempat-tempat api pada besok hari, mengisinya dengan bara api dan dupa, dan membawanya ke mezbah. Besoknya, cahaya muncul dan Tuhan berfirman pada Musa, memerintahkan agar Bani Israel menjauhi kemah-kemah Korah dan pengikutnya. Setelahnya, tanah terbelah, menelan Korah dan segala harta bendanya. Lalu Tuhan mendatangkan api dan menghanguskan 250 orang pengikut Korah.<ref>{{Alkitab|Bilangan 16:1-35}}</ref>
Baris 308 ⟶ 309:
==== Menghidupkan orang mati ====
Al-Qur'an menyebutkan bahwa Musa memerintahkan Bani Israel untuk menyembelih seekor sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, berwarna kuning tua, belum pernah dipakai membajak tanah atau mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang. Dari salah satu anggota tubuh sapi tersebut kemudian dipukulkan ke jasad dari seseorang yang mati dibunuh, kemudian dia dapat hidup kembali.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=67&to=73 Al-Baqarah (2): 67-73]</ref>
Sebagian ulama mengisahkan bahwa ada salah seorang Bani Israel yang kaya raya, sudah berusia lanjut, dan memiliki banyak keponakan. Mereka mengharapkan kematiannya agar segera mewarisi hartanya. Salah seorang dari mereka kemudian membunuhnya dan kemudian terjadi perdebatan mengenai jati diri pelakunya. Saat perkara itu dibawa ke hadapan Musa, dia memerintahkan mereka menyembelih sapi yang berwarna kuning kemerahan, dan ciri-ciri lainnya. Setelahnya, jenazah dipukul dengan menggunakan bagian dari tubuh sapi tersebut. Jenazah tersebut hidup kembali dan memberitahukan pembunuhnya.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=558-562}}
Baris 315 ⟶ 316:
Al-Qur'an mengisahkan bahwa Musa berguru pada seorang saleh. Namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an dan ulama ahli tafsir menyebutkan bahwa dia adalah [[Khidir]]. Disebutkan dalam sebuah riwayat hadits bahwa suatu hari, Bani Israel bertanya pada Musa mengenai siapa orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi. Musa menjawab bahwa dia adalah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi. Allah menegur Musa dan menyebutkan bahwa ada orang yang lebih berilmu dari Musa dan dia sedang ada di pertemuan dua lautan.<ref>HR. Al-Bukhari (4725)</ref>
Al-Qur'an dengan ditambah keterangan para ulama menyebutkan bahwa Musa dan pembantunya, dia adalah Yusya' (Yosua) menurut ahli tafsir, menuju tempat yang dimaksud. Saat sedang beristirahat, ikan yang menjadi bekal mereka kembali hidup dan melompat mengambil jalan ke laut. Saat mereka sudah cukup jauh melanjutkan perjalanan, Musa meminta bekalnya pada Yusya' dan barulah Yusya' yang tadi lupa kemudian menceritakan mengenai ikan tersebut. Akhirnya mereka kembali ke tempat ikan tersebut pergi dan di sana mereka melihat Khidir. Musa kemudian meminta pada Khidir agar dia bisa ikut dengannya untuk menimba sebagian ilmu darinya, tapi Khidir mengingatkan Musa bahwa dia tidak akan sabar saat ikut dengannya. Meski demikian, Musa tetap berkeras. Akhirnya Khidir mengabulkan permintaan Musa dengan syarat Musa tidak boleh bertanya tentang
Saat mereka menaiki perahu, tiba-tiba Khidir melubangi perahu tersebut. Musa protes karena perbuatan tersebut dapat membahayakan penumpangnya, tetapi Khidir hanya mengingatkan tentang perjanjian mereka sebelumnya. Saat mereka berpapasan dengan seorang anak, Khidir membunuh anak tersebut. Musa kembali protes dan menyatakan bahwa Khidir telah melakukan suatu kemungkaran. Khidir kembali mengingatkan perjanjian mereka di awal. Saat mereka tiba di suatu kawasan, Khidir dan Musa meminta dijamu penduduk setempat, tetapi mereka menolaknya.
Khidir kemudian berpisah dengan Musa, tetapi sebelumnya, dia menjelaskan alasan perbuatan-perbuatannya. Khidir merusak
==== Harun meninggal ====
Baris 333 ⟶ 334:
Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa saat waktu kematian Musa tiba, malaikat maut mendatanginya terang-terangan, tetapi Musa langsung menamparnya hingga buta. Malaikat maut kembali dan mengadu pada Allah. Allah mengembalikan penglihatan malaikat maut, memerintahkannya untuk menyampaikan pada Musa agar dia meletakkan tangannya di atas kulit sapi, maka setiap bulu yang tertutupi tangannya merupakan tambahan satu tahun untuk umur Musa. Setelah pesan tersebut disampaikan, Musa menanyakan yang terjadi setelah masa tambahan tersebut. Malaikat maut menjawab bahwa Musa akan meninggal. Setelahnya Musa memilih untuk meninggal saat itu juga.<ref>Tarikh Ath-Thabari (1/432)</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=618}}
Alkitab menerangkan bahwa Musa meninggal di Moab dan dikuburkan di sebuah lembah di Moab di seberang kota Bet-Peor. Musa meninggal pada usia 120 tahun dengan
== Kedudukan ==
Baris 351 ⟶ 352:
=== Islam ===
[[Berkas:Musa with a cane in his hand.jpg|jmpl|"Musa dengan tongkat di tangannya", [[miniatur Persia]] abad ke-15]]
Musa dipandang sebagai [[Nabi dan Rasul|nabi dan rasul]].<ref>Maryam (19): 51</ref> Dia termasuk satu dari lima rasul ''[[ulul azmi]]'' dan mendapat julukan ''kalīmullāh'' ({{lang-ar|كليم الله}}) yang bermakna "orang yang berbicara dengan Allah."<ref>{{cite web|title=Chapter 7: Account of the death of Prophet Musa, occultation of Successors and Divine Proofs till the period of Prophet Isa|url=https://www.al-islam.org/kamaaluddin-wa-tamaamun-nima-vol-1-shaykh-saduq/chapter-7-account-death-prophet-musa-occultation|publisher=Al-Islam|accessdate=2019-09-22}}</ref><ref>{{cite book|title=Daily Life In The Medieval Islamic World|author=James E. Lindsay|page=[https://archive.org/details/dailylifeinmedie00lind/page/178 178]|year=2005|url=https://archive.org/details/dailylifeinmedie00lind|url-access=registration|publisher=Greenwood Publishing Group|isbn=9780313322709}}</ref> Dia merupakan tokoh manusia yang namanya paling banyak disebutkan dalam Al-Qur'an, yakni sejumlah 136 kali. Al-Qur'an menyebutkan Musa sebagai seseorang yang membawa bukti-bukti kebenaran,<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=92&to=92 Al-Baqarah (2): 92]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=103&to=103 Al-A'raf (7): 103]</ref> diberi petunjuk oleh Allah,<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/6?from=84&to=84 Al-An'am (6): 84]</ref> dilebihkan atas manusia yang lain,<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/7?from=144&to=144 Al-A'raf (7): 144]</ref> dan memiliki kedudukan terhormat di sisi Allah.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/33?from=69&to=69 Al-Ahzab (33): 69]</ref> Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, termasuk di antaranya adalah Musa, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=136&to=136 Al-Baqarah (02): 136]</ref><ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/3?from=84&to=84 Ali 'Imran (03): 84]</ref> Sebagaimana rasul yang lain, peran Musa dalam menyerukan keesaan Allah juga tersurat jelas.
Kehidupan Musa kerap disamakan dengan [[Muhammad]].<ref>{{cite book|title=Encyclopedia of Islam|author=Juan Eduardo Campo|page=483|url=https://books.google.com/books?id=OZbyz_Hr-eIC&pg=PA483|isbn=9781438126968|year=2009|publisher=Infobase Publishing}}</ref><ref>{{cite book|title=Abraham's Children: Jews, Christians, and Muslims in Conversation|author1=Norman Solomon |author2=Richard Harries |author3=Tim Winter |page=67|url=https://books.google.com/books?id=9A4JZ8CSJJwC&pg=PA67|isbn=9780567081612|year=2006|publisher=Continuum International Publishing Group}}</ref> Keduanya merupakan seorang pemimpin keagamaan, pimpinan militer, dan hakim. Beberapa literatur Islam juga menyamakan antara pengikut kedua tokoh tersebut terkait perjalanan sejarah mereka. Keluarnya Bani Israel dari Mesir disepadankan dengan hijrahnya para sahabat Nabi dari Makkah. Tenggelam dan kehancuran Fir'aun dan pasukannya juga disejajarkan dengan [[Pertempuran Badr]].<ref name="EOI">{{cite book|title=Encyclopedia of Islam|author=Juan Eduardo Campo|page=483|url=https://books.google.com/books?id=OZbyz_Hr-eIC&pg=PA483&lpg=PA483|isbn=9781438126968|year=2009|publisher=Infobase Publishing}}</ref>
Baris 364 ⟶ 365:
* [[Akhenaten]] (berkuasa 1353–1349 SM). [[Sigmund Freud]] berpendapat bahwa Musa adalah seorang pendeta [[Atenisme]] yang dipaksa meninggalkan Mesir bersama para pengikutnya setelah kematian Akhenaten.<ref>''[[Musa dan Monoteisme]]'', {{ISBN|0-394-70014-7}}</ref>
* [[Ramses II]] (berkuasa 1279–1213 SM). Fir'aun yang paling kerap disamakan dengan Fir'aun dalam kitab suci, utamanya setelah penayangan film ''[[The Ten Commandments (film 1956)|The Ten Commandments]]'' yang dirilis pada tahun 1956. Namun sebagaimana Fir'aun lainnya, belum ada bukti dokumenter atau arkeologis bahwa dia mengejar budak yang melarikan diri dari Mesir.<ref>Stephen L. Caiger, "Archaeological Fact and Fancy," ''Biblical Archaeologist'', ('''9''', 1946).</ref><ref>''I Will Show You: Essays in History and Archaeology of the Ancient Near East in Honor of J. Maxwell Miller'', Sheffield Academic Press, 1997, p. 261–262, {{ISBN|978-1-85075-650-7}},[https://books.google.com/books?id=YzQe_4Waz34C&pg=PA261]</ref><ref>{{cite book|last1=Long|first1=V. Philips|title=Israel's past in present research: essays on ancient Israelite historiography|year=2000|publisher=Eisenbrauns|isbn=978-1-57506-028-6|url=https://books.google.com/books?id=ZJjgv3PmvkIC&pg=PA398 |author2=Neils Peter Lemche|authorlink=|page=398}}</ref>
* [[Merneptah]] (berkuasa 1213–1203 SM)<ref>Isaac Asimov, ''Asimov's Guide to the Bible'', Random House, 1981, p. 130–131, {{ISBN|0-517-34582-X}}</ref> Berdasarkan penelitian [[Maurice Bucaille]], diyakini bahwa Firaun Merneptah adalah Firaun yang mengejar-ngejar [[Musa]] dan rombongan Bani Israil; yang jasadnya dapat diselamatkan orang-orang Mesir setelah mati ditenggelamkan dalam peristiwa [[Penyeberangan Laut Merah]].<ref>{{aut|[[Maurice Bucaille|Bucaille, M.]]}} (1987). ''Les Momies des pharaons et la médecine'', Séguier, 1987 (<nowiki>ISBN 2906284475</nowiki>). [https://archive.org/details/mummies-pharaohs-bucaille Mummies of the Pharaohs: Modern Medical Investigations by Maurice Bucaille]. Terjemahan bahasa Inggris oleh Alastair D. Pannell dan pengarang. New York: St. Martin's Press, 1990. 236 pp. illust.</ref>{{rp|148-155, 156-160,}}<ref>{{aut|Bucaille, M.}} (1976). ''La Bible, le Coran et la Science : Les Écritures Saintes examinées à la lumière des connaissances modernes'', Seghers, 1976, (<nowiki>ISBN 978-2221501535</nowiki>) [https://archive.org/details/the-bible-the-quran-and-science/page/237/mode/2up The Bible, The Qur'an and Science: The Holy Scriptures Examined in the Light of Modern Knowledge (Dr Maurice Bucaille)]. Terjemahan bahasa Inggris oleh Alastair D. Pannell dan pengarang. Lahore: Islamic Book Service, 1998.</ref>{{rp|237-239}}
* [[Setnakhte]] (berkuasa 1189–1186 SM)<ref>Igor P. Lipovsky, ''Early Israelites: Two Peoples, One History: Rediscovery of the Origins of Biblical Israel'' {{ISBN|0-615-59333-X}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.thetorah.com/article/exodus-the-history-behind-the-story|title=Exodus: The History Behind the Story}}</ref>
* [[Senusret III]] (berkuasa 1878 – 1839 SM)<ref>{{Cite web|url=https://answersingenesis.org/archaeology/ancient-egypt/pharaohs-of-the-oppression/|title=Pharaohs of the Oppression|website=Answers in Genesis|access-date=2019-09-16}}</ref>
|