Dayah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara) |
k foto |
||
(39 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Pendidikan di Indonesia}}
'''Dayah''' (dalam [[bahasa Arab]]; زاوية zawiyah. Arti harfiahnya adalah sudut, karena pengajian pada masa [[Rasulullah]] dilakukan di sudut-sudut [[masjid]]). Dibeberapa negara muslim lain
Dayah setara juga pesantren yang berasal dari kata santri yang diberi awalan ''pe'' dan akhiran ''an'' yang menunjukkan arti tempat, jadi berarti tempat santri. Kata santri itu sendiri merupakan gabungan dua suku kata, yaitu sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata dayah dapat berarti tempat pendidikan untuk membina manusia menjadi orang baik.
Dari segi terminologis, dayah diberi pengertian oleh Mastuhu adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami,menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pengertian ini dapat dikatakan lengkap apabila di dalam dayah terdapat elemen-elemen seperti pondok, masjid, Teungku, Abu atau Abi (pimpinan/guru) dan pengajaran kitab-kitab klasik.<ref>{{Cite web|url=http://portalsatu.com/read/oase/dayah-dalam-perspektif-sejarah-31848|title=Dayah Dalam Perspektif Sejarah - PORTALSATU.com|website=portalsatu.com|language=id|access-date=2020-05-21}}{{Pranala mati|date=Juli 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=b3DsCgAAQBAJ&pg=PA146&lpg=PA146&dq=Dayah&source=bl&ots=J36wXUjKZ5&sig=ACfU3U3xjArZO3Zqv_LMzPhcnBN-XP7QWQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi948a0o8TpAhVTU30KHf-uA8w4PBDoATAIegQIDBAB#v=onepage&q=Dayah&f=false|title=Islam and the Limits of the State: Reconfigurations of Practice, Community and Authority in Contemporary Aceh|last=Feener|first=R. Michael|last2=Kloos|first2=David|last3=Samuels|first3=Annemarie|date=2015-10-30|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-30486-4|language=en}}</ref>
== Dayah di Aceh ==
[[Berkas:Dayah near mosque.JPG|
Dayah adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang sudah sangat mengakar sejak Islam bertapak di Aceh pada abad pertama Hijriyah. Dimulai dari pendirian Dayah Cot Kala Langsa, kemudian lembaga dayah menyebar ke berbagai penjuru daerah bahkan sampai ke Nusantara, Malaysia dan Thailand.<ref>{{Cite web|url=https://waspada.co.id/2017/05/peran-dayah-di-aceh-simbol-pendidikan-islam-tertua-di-indonesia/|title=Peran Dayah di Aceh Simbol Pendidikan Islam Tertua di Indonesia|last=Sandy Waradewa|date=2017-05-21|website=Waspada Online|language=id-ID|access-date=2020-05-21}}</ref>
Pada zamana pra-kolonial di Aceh, dayah adalah satu-satunya institusi pendidikan resmi [[Kesultanan Aceh Darussalam]]. Dayah berdiri hampir disetiap gampong (desa) dan menjadi tempat anak-anak belajar aksara Arab. Struktur kelembagaan dayah di Aceh dari yang terendah hingga tertinggi adalah sebagai berikut: Meunasah, Rangkang, Dayah, Dayah Teungku Chik, terakhir Jami'ah.▼
Sejarah dayah pertama yang diyakini hingga sekarang adalah Dayah Cot Kala di Aceh bagian timur, dianggap juga sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di [[Asia Tenggara]]. Dayah Cot Kala didirikan pada masa awal berkembangnya agama Islam di Nusantara. Pada masa berikutnya ada dayah Seureule yang diasuh oleh Teungku Sirajuddin, berdiri sekitar tahun 1012-1059 M. Kemudian dayah Blang Peuriya yang didirikan oleh Teungku Ya'kob pada 1153 M, berdiri sampai dengan tahun 1233 M. Dayah Batu Karang di Kerajaan Tamiang yang didirikan oleh Teungku Ampon Tuan. Terakhir dayah Keuneu'eun di [[Aceh Besar]] yang didirikan oleh Syaikh Abdullah Kan'an seorang ulama berkebangsaan [[Palestina]].<ref>[http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=dayah| Sejarah Dayah| http://aceh1.kemenag.go.id| akses 29-05-2013]</ref>▼
Dayah Cot Kala merupakan Pusat Pendidikan Tinggi Islam pertama di Asia Tenggara. Lembaga ini banyak berjasa dalam menyebarkan Islam serta melahirkan ulama dan alumni yang kemudian menjadi pendakwah Islam sampai ke berbagai penjuru hingga seberang selat Malaka.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=zcq2DwAAQBAJ&pg=PA77&lpg=PA77&dq=Dayah&source=bl&ots=0N-qCI8rhK&sig=ACfU3U2PlM0UVV7OEjRyQyreDTsQHB5iAQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjWmuzLosTpAhUQgUsFHQ9qBWM4KBDoATAGegQIChAB#v=onepage&q=Dayah&f=false|title=Ilmu Dakwah: Edisi Revisi|last=M.Ag|first=Prof Dr Moh Ali Aziz|date=2019-05-01|publisher=Prenada Media|isbn=978-979-3465-59-3|language=id}}</ref>
Pada masa berikutnya banyak berdiri dayah-dayah tua di Aceh, di antaranya yang besar adalah: Dayah Tanoh Abee berdiri tahun 1823 M di Aceh Besar. Dayah Tiro di kecamatan Tiro Pidie didirikan pada tahun 1781 M oleh ulama Tiro yang kelak keturunannya menjadi keluarga besar pahlawan nasional [[Teungku Chik Di Tiro]].<ref>[http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=dayah| Sejarah Dayah| http://aceh1.kemenag.go.id| akses 29-05-2013]</ref>▼
Dakwah yang mereka lakukan merangsang lahirnya kerajaan Islam di daerah seperti Kerajaan Islam Samudera Pasai, Islam Benua, Islam Lingga, Islam Darussalam, dan Kerajaan Islam Indra Jaya. Hampir semua tokoh perjuangan kemerdekaan di Aceh adalah berasal dari Dayah. Seperti Teungku Chik Di Tiro, Teungku Chik Kuta Karang, Teungku Fakinah, Teungku Daud Bereu-eh dan seumpama beliau. Mereka ini adalah insan pilihan yang merupakan hasil dari didikan dayah.<ref>{{Cite news|url=https://aceh.tribunnews.com/2013/02/08/kelebihan-pendidikan-berbasis-dayah|title=Kelebihan Pendidikan Berbasis Dayah|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2020-05-21|last=Bakri}}</ref>
▲Pada
▲Sejarah dayah pertama yang diyakini hingga sekarang adalah Dayah Cot Kala di Aceh bagian timur, dianggap juga sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di [[Asia Tenggara]]. Dayah Cot Kala didirikan pada masa awal berkembangnya agama [[Islam di Indonesia|Islam di Nusantara]]. Pada masa berikutnya ada dayah Seureule yang diasuh oleh Teungku Sirajuddin, berdiri sekitar tahun 1012-1059 M. Kemudian dayah [[Blang Peuria, Samudera, Aceh Utara|Blang Peuriya]] yang didirikan oleh Teungku Ya'kob pada 1153 M, berdiri sampai dengan tahun 1233 M. Dayah Batu Karang di Kerajaan Tamiang yang didirikan oleh Teungku Ampon Tuan. Terakhir dayah Keuneu'eun di [[Aceh Besar]] yang didirikan oleh Syaikh Abdullah Kan'an seorang ulama berkebangsaan [[Palestina]].<ref name="akses 29-05-2013">[http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=dayah| Sejarah Dayah| http://aceh1.kemenag.go.id| akses 29-05-2013]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
▲Kesultanan Aceh pada masa kejayaannya juga mengelola sebuah lembaga resmi dayah tertinggi di ibu kota Kesultanan Aceh yang disebut sebagai Jami'ah Baiturrahman. Pada masa berikutnya banyak berdiri dayah-dayah tua di Aceh, di antaranya yang besar adalah: Dayah Tanoh Abee berdiri tahun 1823 M di Aceh Besar. Dayah Tiro di kecamatan Tiro Pidie didirikan pada tahun 1781 M oleh ulama Tiro yang kelak keturunannya menjadi keluarga besar pahlawan nasional [[Teungku Chik Di Tiro]].<ref
Dayah Teungku Chik Tanoh Abee sendiri merupakan merupakan salah satu dayah tertua di Aceh dan Asia Tenggara yang didirikan oleh seorang cendekiawan islam dari Baghdad, yaitu Fairus Al Bagdadi, Dayah Teungku Chik Tanoh Abee ini didirikan pada masa Kesultanan Iskandar Muda pada 1625 TM. Dayah Teungku Chik Tanoh Abee terletak di di Kecamatan Seulimuem, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Aceh, Dayah ini merupakan salah satu dayah yang sampai saat ini menjadi tujuan utama masyarakat Aceh Khususnya dan Indonesia umumnya untuk menuntut ilmu agama.<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/share/q5kjur282|title=Ulama Dayah, Benteng Masyarakat Aceh dari Penjajah Belanda|date=2020-02-12|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-05-21}}</ref>
== Bentuk fisik dayah ==
Dayah adalah sebuah lembaga otonom yang menangani pembelajaran dan pendidikan agama. Dayah didirikan dan dikelola oleh seorang
Dalam sebuah dayah, baik salafi maupun modern terdapat sebuah balai mushala tempat
Antara lingkungan santri pria dan wanita dipisahkan oleh pagar tinggi yang dihubungkan oleh satu gerbang kecil yang menghubungkan dua kompleks. Rumah pimpinan berada dilingkungan dayah wanita sementara pada dayah pria biasanya lebih bebas akses keluar masuknya. Interaksi bebas antara santri pria dan wanita sangat jarang terjadi, sehingga meskipun berasal dari almamater yang sama di antara mereka sangat jarang bisa saling mengenal.<ref>{{Cite web|url=http://disdikdayah.bandaacehkota.go.id/post/mengenal-makna-dayah-dan-teungku-di-aceh|title=Mengenal Makna Dayah Dan Teungku Di Aceh|website=Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh|language=en-US|access-date=2020-05-21}}</ref>
== Pendidikan dan kegiatan ==
Santri dayah salafi menjalankan sistem belajar mengajarnya dengan sistem yang nyaris tak berubah sejak ratusan tahun. Mereka mempelajari kitab kuning berbahasa Arab karangan para ulama abad pertengahan dan menyesuaikan konteksnya dengan masa kini. Sumber ilmu rujukan adalah dari ulama bermazhab Syafi'i dan beraliran Ahlussunnah wal Jama'ah.
Proses belajar mengajar dilakukan hingga beberapa kali dalam satu hari satu malam. Dimulai pertama sejak usai
Dalam setiap tahun ajaran akan dilaksanakan dua kali ujian yang disebut dengan ujian semester. Meskipun pada beberapa dayah ujian ini disesuaikan waktu pelaksanaannya dengan jadwal hari besar Islam berupa datangnya awal bulan ramadhan dan hari raya idul adha. Biasanya ujian selalu dilaksanakan pada menjelang keduanya.
[[Berkas:RQ Dayah.jpg|jmpl|265x265px]]
Sementara hari libur ditetapkan seragam disemua dayah baik modern maupun salafi, yaitu pada hari Jum'at. Pada hari ini beberapa santri yang datang dari kampung terdekat biasanya diizinkan untuk menjenguk keluarganya. Sedangkan mereka yang datang dari tempat jauh akan cukup gembira menerima kunjungan keluarganya. Kegiatan wajib santri pada hari libur pekanan adalah bekerja bakti membersihkan lingkungan dayah.<ref>{{Cite web|url=https://www.ajnn.net/news/jumlah-dayah-di-aceh-mencapai-2-ribu-terdaftar-hanya-1-136-dayah/index.html|title=Jumlah Dayah di Aceh Mencapai 2 Ribu, Terdaftar Hanya 1.136 Dayah|last=Network|first=AJNN net-Aceh Journal National|website=AJNN.net|language=id-ID|access-date=2020-05-21}}</ref>▼
[[Berkas:Dayah belajar.JPG|
Dayah di Aceh merupakan lembaga [[pendidikan]] tradisional [[Islam]] yang bertujuan untuk membimbing generasi Islam secara umum melalaui pendidikannya untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami. Lulusan dan alumni dayah dididik sanggup menjadi sosok yang berguna bagi kehidupan masyarakat luas secara total.<ref>{{Cite web|url=http://abulyatama.ac.id/?p=6405|title=Sejarah Dayah di Aceh Sejak Zaman Sultan Hingga Sekarang – Universitas Abulyatama|last=Ilham|first=Aldian|language=en-US|access-date=2020-05-21}}</ref>▼
Dayah menjadi pusat pendidikan yang terorganisir dan menyebar secara luas ke hampir semua daerah di Aceh. Tidaklah mengejutkan bahwa saat [[Christiaan Snouck Hurgronje|Snouck Hurgronje]] datang ke Aceh pada akhir abad ke-19, dia menyaksikan terdapat cukup banyak dayah yang didirkan diantero negeri, dengan pengaruh besar dan langsung terhadap masyarakat.<ref>{{Cite book|title=Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim Dalam Sejarah Indonesia|url=https://books.google.co.id/books?id=smWGAwAAQBAJ&pg=PA91&dq=dayah+bagi+masyarakat+aceh&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwij2Luv0rDgAhVFpo8KHQWSAYQQ6AEIKTAA#v=onepage&q=dayah%20bagi%20masyarakat%20aceh&f=false|publisher=NouraBooks|date=2012-06-01|isbn=9789794336915|language=en|first=Jajat|last=Burhanudin}}</ref>
Secara historis dan kultural masyarakat Aceh, dayah di Aceh telah sejak lama dijadikan sebagai pusat pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat berkembangnya agama dan budaya Islam yang berlaku ditengah [[masyarakat]] di Aceh
Para pendiri dan pengasuh dayah merupakan tokoh sentral dalam sebuah masyarakat. Para teungku dayah bahkan memimpin masyarakat baik secara sosial maupun politik. Tidak sedikit ulama-ulama dayah yang terkenal, baik dari segi keilmuannya juga dari sumbangsihnya kepada negara. Dayah
Aceh yang nyaris tak pernah sepi dari konflik semenjak ekspedisi militer Belanda di Aceh pada penghujung abad ke-19 membuat posisi teungku dayah menjadi sosok utama ditengah masyarakat. Banyak ulama-ulama Aceh yang syahid, gugur di medan perang melawan penjajah, membela negara dan tanah air, seperti [[Teungku Chik Di Tiro]], [[Teungku Chik Kuta Karang]], [[Teungku Fakinah]] dan seumpama
▲Sementara hari libur ditetapkan seragam disemua dayah baik modern maupun salafi, yaitu pada hari Jum'at. Pada hari ini beberapa santri yang datang dari kampung terdekat biasanya diizinkan untuk menjenguk keluarganya. Sedangkan mereka yang datang dari tempat jauh akan cukup gembira menerima kunjungan keluarganya. Kegiatan wajib santri pada hari libur pekanan adalah bekerja bakti membersihkan lingkungan dayah.
Sekarang sudah banyak dayah-dayah di Aceh, dari berbagai jenis. Dayah Salafiyah masih bertahan dengan sistem pendidikan yang diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi. Sosok yang mempelopori reformasi dayah di Aceh hingga memiliki kurikulum seperti saat ini adalah [[Abuya Muda Waly]] pendiri [[Dayah Darussalam Labuhan Haji]]. Salah satu dayah yang bersanad ke Dayah Darussalam Labuhan Haji adalah Dayah [[MUDI Mesjid Raya Samalanga|MUDI Mesra]] [[Samalanga, Bireuen|Samalanga]]. Sistem manajemen dan pengajaran dayah ini menjadi salah satu yang terbaik di Aceh saat ini.<ref>{{Cite web|url=https://mediaaceh.co/2019/10/24/dayah-dan-santri-bagian-penting-dari-pembangunan-aceh/|title=Dayah dan Santri Bagian Penting dari Pembangunan Aceh|date=2019-10-24|website=MEDIAACEH.CO|language=id-ID|access-date=2020-05-21}}</ref>
▲== Peran dayah dalam masyarakat Aceh ==
▲[[Berkas:Dayah belajar.JPG|thumb|right|240px|Suasana belajar pada sebuah dayah di Kabupaten Bireun]]
▲Dayah di Aceh merupakan lembaga [[pendidikan]] tradisional [[Islam]] yang bertujuan untuk membimbing generasi Islam secara umum melalaui pendidikannya untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami. Lulusan dan alumni dayah dididik sanggup menjadi sosok yang berguna bagi kehidupan masyarakat luas secara total.
Kebanyakan dari
▲Secara historis dan kultural masyarakat Aceh, dayah di Aceh telah sejak lama dijadikan sebagai pusat pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat berkembangnya agama dan budaya Islam yang berlaku ditengah [[masyarakat]] di Aceh. Dayah-dayah di Aceh dapat dikatakan sebagai "bapak" dari pendidikan Islam yang didirikan berdasarkan tuntutan dan kebutuhan zaman. Bagi mastarakat Aceh adanya dayah adalah sebagai salah satu poin pelaksanaan kewajiban agama Islam dalam hal ini tentang pendidikan agama. Dari dayah bermunculan ulama dan kadernya yang menjadi penentu keberhasilan dakwah dalam agama Islam.
Di Aceh juga terdapat dayah/pesantren terpadu seperti [[Dayah Darul Ihsan Krueng Kalee|Dayah Darul Ihsan Krueng Kale]],
▲Para pendiri dan pengasuh dayah merupakan tokoh sentral dalam sebuah masyarakat. Para teungku dayah bahkan memimpin masyarakat baik secara sosial maupun politik. Tidak sedikit ulama-ulama dayah yang terkenal, baik dari segi keilmuannya juga dari sumbangsihnya kepada negara. Dayah seringkali menjadi tempat rujukan setiap permasalahan sosial dan politik ditengah masyarakat Aceh. Teungku-teungku dayah senantiasa menjadi penasehat utama pemerintah yang berkuasa, bahkan penjajah Belanda pada masa setelah memadamkan perlawanan gerilya pejuang Aceh juga ikut menerima beberapa saran dan arahan dari teungku dayah.
== Referensi ==▼
▲Aceh yang nyaris tak pernah sepi dari konflik semenjak ekspedisi militer Belanda di Aceh pada penghujung abad ke-19 membuat posisi teungku dayah menjadi sosok utama ditengah masyarakat. Banyak ulama-ulama Aceh yang syahid, gugur di medan perang melawan penjajah, membela negara dan tanah air, seperti [[Teungku Chik Di Tiro]], [[Teungku Chik Kuta Karang]], [[Teungku Fakinah]] dan seumpama beliau. Mereka ini adalah lulusan dayah yang mengabdikan hidupnya menjadi pemimpin masyarakat pejuang pada masanya. Setelah kemerdekaan Indonesia para teungku dayah sebagian meleburkan diri kedalam gerakan memperjuangkan berdirinya negara Indonesia di Aceh. Demikian juga gerakan perlawanan yang terus terjadi di Aceh hingga tahun 2005, tak urung dalam banyak peristiwa bersejarah para teungku dayah juga terlibat didalamnya.
{{Reflist}}
== Lihat pula ==
* [[Islam di Aceh]]
▲Kebanyakan dari [[dayah tradisional]] masih dikelola oleh seorang pimpinan dayah yang bila sudah wafat kemudian digantikan oleh pimpinan yang lain setelahnya, biasanya digantikan oleh anak-anak dari pimpinan dayah tersebut, atau juga dapat digantikan oleh menantu dan mungkin juga kerabat yang lain. Ini dikarenakan dayah tradisional di Aceh kebanyakannya milik pribadi seseorang pimpinan dayah atau milik orang lain yang dikelola oleh seorang [[teungku]] chik atau abu pimpinan dayah.
* [[Surau]]
* [[Pesantren]]
== Pranala luar ==
▲Di Aceh juga terdapat dayah/pesantren terpadu, dimana lembaga yang satu ini sudah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang lebih modern, dengan fasilitas yang lebih maju, manajemen yang teratur. Dengan penambahan-penambahan pada materi pendidikannya, bahkan menyamai [[sekolah]]. Pada umumnya dayah terpadu ini lebih banyak diminati.
* {{Id}} ''[https://dpd.acehprov.go.id/ Dinas Pendidikan Dayah Aceh] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200603105127/https://dpd.acehprov.go.id/ |date=2020-06-03 }}''
▲==Referensi==
* {{Id}} ''[https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/103252/qanun-prov-nad-no-9-tahun-2018 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 9 Tahun 2018 Penyelenggaraan Pendidikan Dayah]''
{{Authority control}}
[[Kategori:Islam di Aceh]]
[[Kategori:Pendidikan Islam]]
[[Kategori:Sekolah Islam]]
[[Kategori:Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Mazhab Syafi'i]]
|