Qiraat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(2 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 160:
==== Tiga setelah yang tujuh ====
Pada akhir abad ke-14, [[Ibnu al-Jazari]] mencatat dan menyahihkan sepuluh qiraat,{{Efn|Disebut dengan istilah ''Qiraat 'Asyar'' ({{lang-ar|القراءات العشر}}).{{sfn|Nasser|2013|p=98}}{{sfn|Jamal|Putra|2020|p=12}}}} terdiri atas tujuh qiraat yang telah diakui Ibnu Mujahid ditambah tiga qiraat lain. "Tiga setelah yang tujuh" adalah istilah bagi tiga qiraat tersebut.{{Sfn|Nasser|2013|p=36}} Meskipun baru disahihkan tujuh abad setelah Ibnu Mujahid, qiraat ini telah luas digunakan pada masa tersebut.{{Sfn|Melchert|2008|p=75}} Qiraat ini disebut sebagai ''Qiraat Masyhur'', yakni qiraat yang
{| class="wikitable"
|+Qiraat Masyhur dan perawinya
Baris 223:
=== Bentuk lain ===
Selain sepuluh qiraat yang disahihkan di atas, terdapat banyak metode membaca Al-Qur'an lainnya. Banyak di antara qiraat tersebut tidak sesuai dengan syarat-syarat qiraah dapat diterima. Qiraat ini disebut dengan ''Qiraat Syaẓẓ'' (qiraah yang tidak lazim).<ref name="Khatib-variant-2019" /> Qiraat
Sementara itu, menurut [[az-Zarqani]],{{Sfn|Jamal|Putra|2020|pp=8–10}} qiraat selain sepuluh tersebut dapat dikategorikan sebagai:
# ''Ahad'': qiraah yang tidak mencapai derajat masyhur, sanadnya kuat, tetapi tidak sesuai dengan Rasm Utsmani ataupun tata bahasa Arab;
# ''Syaẓẓ'': qiraah yang jalur riwayatnya tidak kuat;
# ''Maudhu''': qiraah yang tidak bersumber dari Muhammad;
# ''Mudraj'': qiraah dengan bacaan yang menambahkan sisipan ke dalam Al-Qur'an, biasanya sebagai penjelasan atau tafsir, sehingga tidak dapat dianggap sebagai qiraah yang sah.
== Catatan kaki dan referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{notelist}}
|