Nepotisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: nn:Nepotisme
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(42 revisi perantara oleh 35 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Nepotisme''' berartiadalah lebihtindakan yang cenderung memilih, saudaramengutamakan, atau temanmenguntungkan akrab[[kerabat]] berdasarkanatau hubungannya[[sanak bukan berdasarkansaudara]].<ref>{{cite kemampuannyaweb|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/{{urlencode:nepotisme|WIKI}}|title=Arti kata nepotisme|website=[[KBBI Daring]]|department=[[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]], [[Kemendikbudristek]]|access-date=3 Agustus 2024}}</ref> Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori.
 
Sebagai contoh, kalau seorang manajerpejabat mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara/keluarga, bukannya seseorang yang lebih berkualifikasi namundan bukan saudara, [[manajer]] tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar-pakar [[biologi]] telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari [[pemilihan saudara]].
 
Kata ''nepotisme'' berasal dari kata Latin ''nepos'', yang berarti "keponakan" atau "cucu". Pada [[Abad Pertengahan]] beberapa [[Paus (Katolik Roma)|paus]] [[Katolik]] dan [[uskup]]- yang telah mengambil janji "''chastity''" , sehinggayang biasanya tidak mempunyai anak kandung, -sehingga memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri.<ref name="nepotisme">{{cite web
|last=
|first=
|authorlink=
|coauthors=
|title=Artikel Nepotisme
|work=New Catholic Dictionary
|publisher=
Baris 15:
|format=
|doi=
|accessdate=22-10-2008}}
|archive-date=2013-08-31
</ref>. Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara lainnya menjadi [[kardinal]]. Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk melanjutkan "dinasti" kepausan. Contohnya, [[Paus Kallistus III]], dari keluarga Borja, mengangkat dua keponakannya menjadi kardinal; salah satunya, Rodrigo, kemudian menggunakan posisinya kardinalnya sebagai batu loncatan ke posisi paus, menjadi [[Paus Aleksander VI]]<ref>{{cite web
|archive-url=https://web.archive.org/web/20130831022038/http://catholic-forum.com/saints/ncd05726.htm
|dead-url=yes
}}</ref>. Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara lainnya menjadi [[kardinal]]. Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk melanjutkan "dinasti" kepausan. Contohnya, [[Paus Kallistus III]], dari keluarga Borja, mengangkat dua keponakannya menjadi kardinal; salah satunya, Rodrigo, kemudian menggunakan posisinya kardinalnya sebagai batu loncatan ke posisi paus, menjadi [[Paus Aleksander VI]].<ref>{{cite web
|last=
|first=
Baris 29 ⟶ 32:
|doi=
|accessdate=22-10-2008}}
</ref>.
Kebetulan, Alexander mengangkat Alessandro Farnese, adik kekasih gelapnya, menjadi kardinal; Farnese kemudian menjadi [[Paus Paulus III]].<ref>{{cite web
|last=
|first=
Baris 43 ⟶ 46:
|doi=
|accessdate=22-10-2008}}
</ref>. Paul juga melakukan nepotisme, dengan menunjuk dua keponakannya (umur 14 tahun dan 16 tahun) sebagai Kardinal. PraktekPraktik seperti ini akhirnya diakhiri oleh [[Paus Innosensius XII]] yang mengeluarkan [[bulla kepausan]] ''Romanum decet pontificem'' pada tahun [[1692]].<ref name="nepotisme" />. Bulla kepausan ini melarang semua paus di seluruh masa untuk mewariskan tanah milik, kantor, atau pendapatan kepada saudara, dengan pengecualian bahwa seseorang saudara yang paling bermutu dapat dijadikan seorang Kardinal.
 
Di [[Indonesia]], tuduhan adanya nepotisme bersama dengan [[korupsi]] dan [[kolusi]] (ketiganya disingkat menjadi [[KKN]]) dalam pemerintahan [[Orde Baru]], dijadikan sebagai salah satu pemicu gerakan [[reformasi]] yang mengakhiri kekuasaan presiden [[Soeharto]] dipada tahun [[1998]] dan nepotisme didalam pemerintahan dan perusahaan masih ada hingga saat ini.<ref>{{Cite news|date=2018-11-30|title=Sekjen PSI: Soeharto Simbol Korupsi, Kolusi dan Nepotisme|url=https://nasional.kompas.com/read/2018/11/30/17241551/sekjen-psi-soeharto-simbol-korupsi-kolusi-dan-nepotisme|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=|editor-last=Krisiandi|last=Ihsanuddin}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 54 ⟶ 57:
[[Kategori:Korupsi]]
[[Kategori:Diskriminasi]]
[[Kategori:Kasus hukum]]
 
[[Kategori:Kriminalitas]]
[[ar:محسوبية]]
[[Kategori:Kebijakan domestik]]
[[bg:Непотизъм]]
[[caKategori:NepotismeBias media]]
[[Kategori:Korupsi di Indonesia]]
[[ckb:خزمگەریەتی]]
[[Kategori:Berita televisi di Indonesia]]
[[cs:Nepotismus]]
[[daKategori:Nepotisme Keluarga]]
[[msKategori:Nepotisme Regional]]
[[de:Nepotismus]]
[[Kategori:Kolusi tender]]
[[el:Νεποτισμός]]
[[Kategori:Ketidakadilan]]
[[en:Nepotism]]
[[Kategori:Hilangnya kepercayaan publik]]
[[eo:Nepotismo]]
[[es:Nepotismo]]
[[eu:Nepotismo]]
[[fa:خویشاوندسالاری]]
[[fi:Nepotismi]]
[[fr:Népotisme]]
[[gl:Nepotismo]]
[[he:נפוטיזם]]
[[hr:Nepotizam]]
[[hu:Nepotizmus]]
[[hy:Ընտանեվարություն]]
[[io:Nepotismo]]
[[is:Frændhygli]]
[[it:Nepotismo]]
[[ja:縁故主義]]
[[ka:ნეპოტიზმი]]
[[ko:네포티즘]]
[[la:Nepotismus]]
[[ms:Nepotisme]]
[[nl:Nepotisme]]
[[nn:Nepotisme]]
[[no:Nepotisme]]
[[pl:Nepotyzm]]
[[pt:Nepotismo]]
[[ru:Непотизм]]
[[simple:Nepotism]]
[[sk:Nepotizmus]]
[[sl:Nepotizem]]
[[sr:Непотизам]]
[[sv:Nepotism]]
[[th:คติเห็นแก่ญาติ]]
[[tl:Nepotismo]]
[[uk:Непотизм]]
[[zh:裙帶關係]]