Ukiyo-e: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kemunduran (Akhir Abad ke-19) dan Pengenalan ke Dunia Barat
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(18 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 35:
==Sejarah==
===Pra-sejarah===
Seni Jepang sejak periodezaman [[Heian]] (794–1185) berkembang melalui dua aliran utama: tradisi {{transliteration|ja|[[Yamato-e]]}} yang berfokus pada tema-tema lokal Jepang, seperti yang terlihat dalam karya-karya dari [[Sekolah Tosa]]; dan {{transliteration|ja|kara-e}} yang dipengaruhi oleh seni Tiongkok dalam berbagai gaya, seperti lukisan tinta hitam putih karya [[Sesshū Tōyō]] dan murid-muridnya. [[Sekolah Kanō]] menggabungkan ciri-ciri dari kedua tradisi ini.{{sfn|Lane|1962|pp=8–9}}
 
Sejak zaman kuno, seni Jepang telah didukung oleh kalangan aristokrasi, pemerintahan militer, dan otoritas keagamaan.{{sfn|Kobayashi|1997|p=66}} Hingga abad ke-16, kehidupan rakyat jelata jarang menjadi subjek utama dalam lukisan. Kalaupun muncul, karya-karya tersebut umumnya merupakan barang mewah yang dibuat untuk kalangan penguasa [[samurai]] dan pedagang kaya.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=66–67}} Kemudian, muncullah karya-karya yang dibuat oleh dan untuk masyarakat kota, seperti lukisan monokrom sederhana yang menggambarkan perempuan cantik dan adegan dari teater serta distrik kesenangan. Sifat produksi manual dari karya-karya ini, yang dikenal sebagai {{nihongo||仕込絵|shikomi-e}}, membatasi skala produksinya, hingga akhirnya keterbatasan ini diatasi dengan beralih ke cetakan [[cetak balok kayu|balok kayu]] yang diproduksi massal.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=67–68}}
Baris 41:
[[Berkas:Kano Hideyori - Maple Viewers - Google Art Project.jpg|jmpl|pus|upright=3|alt=Gambar layar yang dilukis dengan enam panel menampilkan suasana taman tempat pengunjung menikmati pemandangan.|''Maple Viewing at Takao'' (pertengahan abad ke-16) karya [[Kanō Hideyori]] adalah salah satu lukisan Jepang pertama yang menampilkan kehidupan rakyat biasa.{{sfn|Kobayashi|1997|p=66}}]]
 
Selama periodezaman [[Sengoku]], yaitu masa perang saudara yang berkepanjangan pada abad ke-16, muncul kelas pedagang yang memiliki kekuasaan politik yang signifikan. Kelas ini dikenal sebagai {{illm|Machishū|ja|町衆|lt={{transliteration|ja|machishū}}}}, yang kemudian menjadi cikal bakal kelas {{transliteration|ja|[[chōnin]]}} pada zaman [[Edo]]. Mereka menjalin aliansi dengan pengadilan kekaisaran dan memiliki kekuasaan atas komunitas lokal; dukungan mereka terhadap seni mendorong kebangkitan seni klasik pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17.{{sfn|Kita|1984|pp=252–253}} Pada awal abad ke-17, [[Tokugawa Ieyasu]] (1543–1616) berhasil menyatukan Jepang dan diangkat sebagai [[shōgun]] yang memiliki kekuasaan tertinggi atas negeri tersebut. Ia membentuk [[Keshogunan Tokugawa|pemerintahannya]] di desa [[Edo]] (sekarang Tokyo),{{sfn|Penkoff|1964|pp=4–5}} dan mengharuskan para [[Daimyō|tuan tanah]] untuk [[Sankin-kōtai|berkumpul di sana setiap dua tahun sekali]] dengan membawa rombongan mereka. Kebutuhan ibu kota yang berkembang pesat menarik banyak pekerja laki-laki dari pedesaan, sehingga populasi laki-laki mencapai hampir tujuh puluh persen. Selama periodezaman Edo (1603–1867), populasi desa ini tumbuh dari sekitar 1.800 jiwa menjadi lebih dari satu juta pada abad ke-19.{{sfn|Penkoff|1964|pp=4–5}}
 
Pemerintahan shogun yang terpusat mengakhiri kekuasaan {{transliteration|ja|machishū}} dan membagi masyarakat ke dalam [[Empat klasifikasi masyarakat Jepang|empat kelas sosial]], dengan samurai sebagai kelas penguasa dan pedagang di posisi terbawah. Meskipun kehilangan pengaruh politiknya,{{sfn|Kita|1984|pp=252–253}} kelas pedagang justru paling diuntungkan oleh perkembangan ekonomi yang pesat pada masa Edo,{{sfn|Singer|1986|p=66}} dan peningkatan kesejahteraan mereka memungkinkan untuk menikmati waktu luang di distrik kesenangan—terutama di [[Yoshiwara]] di Edo{{sfn|Penkoff|1964|pp=4–5}}—dan mengoleksi karya seni untuk menghiasi rumah mereka, yang pada masa sebelumnya masih di luar jangkauan finansial mereka.{{sfn|Penkoff|1964|p=6}} Pengalaman menikmati hiburan di distrik kesenangan terbuka bagi siapa saja yang memiliki kekayaan, sopan santun, dan pendidikan yang memadai.{{sfn|Bell|2004|p=137}}
Baris 47:
[[Berkas:Tokugawa Ieyasu2.JPG|jmpl|alt=Lukisan seorang pria Asia zaman pertengahan yang duduk dan berpakaian mewah|[[Tokugawa Ieyasu]] membentuk pemerintahannya pada awal abad ke-17 di Edo (sekarang Tokyo). ''Potret Tokugawa Ieyasu'', lukisan Sekolah Kanō, karya [[Kanō Tan'yū]], abad ke-17]]
 
[[Cetak balok kayu di Jepang]] pertama kali muncul pada masa {{transliteration|ja|[[Hyakumantō Darani]]}} sekitar tahun 770 Masehi. Hingga abad ke-17, teknik cetak ini hanya digunakan untuk segel dan gambar Buddha.{{sfn|Kobayashi|1997|p=68}} [[Cetak huruf lepas]] mulai dikenal sekitar tahun 1600, tetapi karena sistem penulisan Jepang memerlukan sekitar 100.000 karakter huruf,{{efn|Sebagian besar karakter ini adalah pengulangan; karena karakter tertentu digunakan berkali-kali pada satu halaman, beberapa salinan dari karakter tersebut diperlukan bagi pencetak.}} ukiran teks pada balok kayu lebih efisien. Di {{Interlanguage link multi|Saga, Kyoto|ja|3=嵯峨野}}, kaligrafer [[Hon'ami Kōetsu]] dan penerbit {{Interlanguage link multi|Suminokura Soan|ja|3=角倉素庵}} menggabungkan teks cetakan dan gambar dalam adaptasi ''[[Ise Monogatari]]'' (1608) dan karya sastra lainnya.{{sfn|Harris|2011|p=37}} Pada erazaman [[Kan'ei]] (1624–1643), buku bergambar cerita rakyat yang dikenal sebagai {{transliteration|ja|tanrokubon}} ('buku jingga-hijau') adalah buku pertama yang diproduksi secara massal menggunakan teknik cetak balok kayu.{{sfn|Kobayashi|1997|p=68}} Ilustrasi balok kayu terus berkembang sebagai penggambaran cerita dalam genre {{transliteration|ja|[[kanazōshi]]}} yang menggambarkan kehidupan urban hedonistik di ibu kota baru.{{sfn|Kobayashi|1997|p=69}} Pembangunan kembali Edo setelah [[Kebakaran Besar Meireki]] pada tahun 1657 mempercepat modernisasi kota, dan penerbitan buku bergambar berkembang pesat di lingkungan urban yang cepat berubah ini.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=69–70}}
 
Istilah {{nihongo||浮世|ukiyo}}, yang berarti 'dunia yang mengapung', memiliki bunyi yang sama dengan istilah Buddhis kuno {{nihongo||憂き世|ukiyo}}, yang berarti 'dunia penuh duka dan penderitaan'. Istilah baru ini kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada makna 'erotis' atau 'bergaya', serta berbagai makna lainnya, dan kemudian digunakan untuk menggambarkan semangat hedonistik pada masa itu di kalangan kelas bawah. [[Asai Ryōi]] menggambarkan semangat ini dalam novel {{transliteration|ja|Ukiyo Monogatari}} (''Kisah Dunia yang Mengapung'', sekitar tahun 1661):{{sfn|Hickman|1978|pp=5–6}}
Baris 59:
[[Berkas:Hikone Screen.jpg|thumb|center|upright=3|alt=Layar lipat yang dilukis dengan figur-figur Jepang yang sedang bermain di latar belakang emas.|[[Layar Hikone]] mungkin merupakan karya ukiyo-e tertua yang masih ada, dibuat {{circa|1624–1644}}.]]
 
Sekitar tahun 1661, gulungan lukisan yang disebut ''Potret Kecantikan Kanbun'' menjadi populer. Lukisan-lukisan dari periodezaman [[Kanbun (zaman)|Kanbun]] (1661–1673), yang kebanyakan tidak bertanda tangan, menandai awal ukiyo-e sebagai aliran seni yang mandiri.{{sfn|Kikuchi|Kenny|1969|p=31}} Seorang seniman bernama [[Iwasa Matabei]] (1578–1650) membuat karya yang mirip dengan ukiyo-e. Beberapa ahli percaya bahwa Matabei adalah pendiri ukiyo-e,{{sfn|Kita|1999|p=39}} terutama para peneliti dari Jepang.{{sfn|Kita|2011|pp=149, 154–155}} Kadang-kadang, Matabei dianggap sebagai seniman di balik ''Layar Hikone'' yang tidak bertanda tangan.{{sfn|Kita|1999|pp=44–45}} Layar ini adalah {{transliteration|ja|[[byōbu]]}} atau layar lipat dan mungkin salah satu contoh ukiyo-e tertua. Layar ini menggunakan gaya Kanō yang halus dan menggambarkan kehidupan sehari-hari, bukan tema tradisional pada lukisan waktu itu.{{sfn|Yashiro|1958|pp=216, 218}}
 
[[Berkas:Moronobu b-w shunga.jpg|left|thumb|alt=Ilustrasi hitam-putih sepasang kekasih dalam pakaian mewah yang sedang bercumbu.|Cetakan balok kayu awal karya [[Hishikawa Moronobu]], akhir 1670-an atau awal 1680-an]]<!-- there is a really nice coloured version of this print on Commons. Please don't replace this one with it, as there are few monochrome prints in the article. -->
Baris 79:
=== Cetakan Berwarna (Pertengahan Abad ke-18) ===
 
Pada cetakan monokrom dan buku-buku paling awal, warna sering ditambahkan secara manual untuk pesanan khusus. Pada awal abad ke-18, permintaan akan warna dipenuhi dengan cetakan ''tan-e''{{efn|{{nihongo||丹|tan}}: a pigment made from red lead mixed with sulphur and [[Niter|saltpetre]]{{sfn|Kobayashi|1997|p=76}} }} yang diwarnai tangan dengan oranye dan kadang-kadang hijau atau kuning.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=76–77}} Tren penggunaan warna ini kemudian berkembang pada 1720-an dengan munculnya cetakan ''beni-e'' berwarna merah muda,{{efn|{{Nihongo||紅|beni}}: a pigment produced from [[safflower]] petals.{{sfn|Kobayashi|1997|p=77}}}} disusuldiikuti oleh cetakan {{transliteration|ja|[[urushi-e]]}} yang menggunakan tinta menyerupai pernis. Pada tahun 1744, cetakan {{transliteration|ja|[[benizuri-e]]}} berhasil menjadi cetakan berwarna pertama yang dicetak dengan beberapa balok kayu—masing-masing balok untuk satu warna, denganmenggunakan warna awal seperti merah muda ''beni'' dan hijau dari bahan alami.{{sfn|Kobayashi|1997|p=77}}
 
[[File:Okumura Masanobu - Taking the Evening Cool by Ryōgoku Bridge.png|thumb|left|[[Perspektif (grafis)|Gaya perspektif]] grafis ala Barat dan penggunaan warna cetak yang semakin banyak adalah beberapa inovasi yang diklaim oleh [[Okumura Masanobu]].{{pb}}''Taking the Evening Cool by Ryōgoku Bridge'', {{circa|1745}}]]
 
[[Okumura Masanobu]] (1686–1764), seorang seniman dan pemasar ulung, memainkan peran penting dalam perkembangan teknik cetak yang pesat dari akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18.{{sfn|Kobayashi|1997|p=77}} Ia mendirikan toko pada tahun 1707{{sfn|Penkoff|1964|p=16}} dan memadukanmenggabungkan berbagai gaya dari aliran seni kontemporer dalam berbagai genre, meskipun tidak bergabung dalam aliran seni tertentu. Inovasi karya-karyanya mencakup penggunaan [[Perspektif (grafis)|perspektif geometris]] dalam genre {{transliteration|ja|[[uki-e]]}}{{efn|{{Interlanguage link|Torii Kiyotada|ja|3=鳥居清忠}} is said to have made the first {{transliteration|ja|uki-e}};{{sfn|King|2010|p=47}} Masanobu advertised himself as its innovator.{{sfn|Kobayashi|1997|p=78}}{{pb}}''A Layman's Explanation of the Rules of Drawing with a Compass and Ruler'' introduced Western-style geometrical perspective drawing to Japan in the 1734, based on a Dutch text of 1644 (see [[Rangaku]], "Dutch learning" during the Edo period); Chinese texts on the subject also appeared during the decade.{{sfn|King|2010|p=47}}{{pb}}Okumura likely learned about geometrical perspective from Chinese sources, some of which bear a striking resemblance to Okumura's works.{{sfn|Suwa|1998|pp=64–68}} }} pada tahun 1740-an,{{sfn|Suwa|1998|p=64}} cetakan {{transliteration|ja|[[hashira-e]]}} yang panjang dan sempit, serta penggabungan elemen grafis dan sastra dalam cetakan yang disertai puisi [[haiku]] ciptaannya sendiri.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=77–79}}
 
Ukiyo-e mencapai puncaknya pada akhir abad ke-18 dengan kemunculan cetakan berwarna penuh yang berkembang setelah Edo kembali makmur di bawah pemerintahan [[Tanuma Okitsugu]].{{sfn|Kobayashi|1997|pp=80–81}} Cetakan-cetakan berwarna ini dikenal sebagai ''nishiki-e'' atau “gambar brokat,” karena warna-warnanya yang cerah dianggap mirip dengan [[Brokade|brokat]] Shuchiang dari Tiongkok, yang dikenal dalam bahasa Jepang sebagaidisebut ''Shokkō nishiki''.{{sfn|Kobayashi|1997|p=82}} Cetakan-cetakan pertama yang diproduksi adalah cetakan kalender mewah yang dicetak dengan beberapa balok kayu pada kertas berkualitas tinggi dan, menggunakan tinta tebal dan buram. Kalender ini menampilkan jumlah hari setiap bulan yang tersembunyi dalam desain dan dikirim sebagai salam Tahun Baru,{{efn|Until 1873 the [[Japanese calendar]] was [[Lunisolar calendar|lunisolar]], and each year the [[Japanese New Year]] fell on different days of the [[Gregorian calendar]]'s January or February.}} menampilkandengan mencantumkan nama pemberi salam alih-alih senimannyaseniman. Balok cetakan ini kemudian dipakai ulang untuk produksi komersial dengan mengganti nama pemberi salam dengan nama seniman.{{sfn|Lane|1962|pp=150, 152}}
 
Karya [[Suzuki Harunobu]] (1725–1770) merupakan cetakan awal yang menampilkan desain warna yang ekspresif dan kompleks,{{sfn|Kobayashi|1997|p=81}} dicetak dengan hingga dua belas balok terpisah untuk tiapberbagai warna{{sfn|Michener|1959|p=89}} dan gradasi.{{sfn|Munsterberg|1957|p=155}} Cetakan-cetakannya yang lembut dan elegan mencerminkan gaya klasik puisi {{transliteration|ja|[[waka (puisi)|waka]]}} dan lukisan {{transliteration|ja|Yamato-e}}. Harunobu yang sangat produktif menjadi seniman ukiyo-e utama pada masanya.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=82–83}} KesuksesanSejak 1765, kesuksesan {{transliteration|ja|nishiki-e}} berwarna karya Harunobu sejak 1765 menyebabkan penurunan minat pada cetakan {{transliteration|ja|benizuri-e}} dan {{transliteration|ja|urushi-e}} yang berpalet terbatas, serta pada cetakan yang diwarnai secara manual.{{sfn|Michener|1959|p=89}}
 
Setelah kematian Harunobu pada tahun 1770, muncul kecenderungan yang menolak idealisme cetakan Harunobu dan aliran Torii. [[Katsukawa Shunshō]] (1726–1793) dan [[Aliran Katsukawa|alirannya]] menghasilkan potret para aktor kabuki dengan menampilkan ciri-ciri nyata sang aktor.{{sfn|Kobayashi|1997|p=83}} Rekannya, [[Koryūsai]] (1735&nbsp;– {{circa|1790}}) dan [[Kitao Shigemasa]] (1739–1820), dikenal dalam seni ukiyo-e yang berfokus pada mode urban masa itu serta menggambarkan para pelacur kelas atas dan [[geisha]] terkenal.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=84–85}} Koryūsai, salah satu seniman ukiyo-e paling produktif abad ke-18, menghasilkan lebih banyak seri cetakan dan lukisan daripada seniman sebelumnya.{{sfn|Hockley|2003|p=3}} [[Aliran Kitao]], yang didirikan oleh Shigemasa, menjadi salah satu aliran berpengaruh pada dekade akhir abad ke-18.{{sfn|Kobayashi|1997|p=85}}
 
Pada tahun 1770-an, [[Utagawa Toyoharu]] membuat beberapa cetakan perspektif {{transliteration|ja|uki-e}}{{sfn|Marks|2012|p=68}} yang menunjukkan penguasaan teknik perspektif Barat yang tidak dikuasai pendahulunya.{{sfn|King|2010|p=47}} Karya Toyoharu membantu memperkenalkan lanskap sebagai subjek ukiyo-e yang mandiri, bukan sekadar latar belakang untuk figur manusia.{{sfnm|1a1=Stewart|1y=1922|1p=224|2a1=Neuer|2a2=Libertson|2a3=Yoshida|2y=1990|2p=259}} Pada abad ke-19, teknik perspektif Barat menyatu dalam budaya seni Jepang dan dipakai dalam karya lanskap yang halus dari seniman seperti [[Hokusai]] dan [[Hiroshige]].{{sfn|Thompson|1986|p=44}} Hiroshige, anggota [[aliran Utagawa]] yang didirikan oleh Toyoharu, menghasilkan karya dalam lebih banyak genre daripada aliran seni ukiyo-e lainnya,{{sfn|Salter|2006|p=204}} danmenjadikan menjadikannyaaliran Utagawa salah satu aliranyang paling berpengaruh di zamannya.{{sfn|Bell|2004|p=105}}
 
<gallery mode="packed" heights="230px" caption="Ukiyo-e Berwarna Awal">
Baris 105:
[[Berkas:Kitagawa Utamaro - Two Beauties with Bamboo - Google Art Project.jpg|thumb|alt=A colour print of a close-up of the head and upper torso of a finely dressed Japanese woman. Behind her is a bamboo screen on which is depicted a similar woman's head and upper torso.|''Dua Wanita Cantik dengan Bambu''{{pb}}[[Utamaro]], {{circa|1795}}]]
 
Meskipun akhir abad ke-18 ditandai oleh kesulitan ekonomi,{{sfn|Neuer|Libertson|Yoshida|1990|p=145}} seni ukiyo-e mencapai puncak dalam hal jumlah dan kualitas karya, terutama selama erazaman [[Kansei]] (1789–1791).{{sfn|Kobayashi|1997|p=91}} Pada masa [[Reformasi Kansei]], ukiyo-e berfokus pada keindahan dan harmoni,{{sfn|Kobayashi|1997|p=85}} namun seiring merosotnya reformasi dan meningkatnya ketegangan sosial, fokus ini berubah menjadi kemewahan dan ketidakharmonisan pada abad berikutnya, yang berpuncak pada [[Restorasi Meiji]] pada tahun 1868.{{sfn|Kobayashi|1997|p=91}}
 
Pada tahun 1780-an, [[Torii Kiyonaga]] (1752–1815){{sfn|Kobayashi|1997|p=85}} dari aliran Torii{{sfn|Kobayashi|1997|p=91}} menciptakan karya yang menggambarkan subjek-subjek tradisional ukiyo-e seperti perempuan cantik dan pemandangan perkotaan dalam cetakan besar, sering kali dalam format [[diptych]] atau [[triptych]] horizontal. Berbeda dengan gaya puitis Harunobu, Kiyonaga memilih pendekatan realis dengan menggambarkan sosok perempuan ideal dalam busana terbaru yang berpose di latar pemandangan indah.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=85–86}} Ia juga menciptakan potret aktor kabuki dengan gaya realistis yang menampilkan musisi dan paduan suara pendamping.{{sfn|Kobayashi|1997|p=87}}
Baris 115:
[[Sharaku]] adalah sosok misterius yang muncul tiba-tiba pada tahun 1794 dan menghilang sepuluh bulan kemudian. Karya-karyanya, yang menjadi salah satu karya ukiyo-e paling terkenal, menggambarkan potret aktor kabuki dengan realisme yang tinggi, menonjolkan perbedaan antara aktor dan karakter yang mereka perankan.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=91–92}} Wajah-wajah ekspresif yang ditampilkan Sharaku kontras tajam dengan wajah tenang dan seperti topeng yang umum pada karya seniman seperti Harunobu dan Utamaro.{{sfn|Munsterberg|1957|p=155}} Diterbitkan oleh Tsutaya,{{sfn|Neuer|Libertson|Yoshida|1990|p=40}} karya Sharaku mendapatkan penolakan, dan pada tahun 1795 produksinya terhenti secara misterius; identitas aslinya masih tidak diketahui.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=89–91}} Utagawa Toyokuni (1769–1825) menciptakan potret kabuki dengan gaya yang lebih disukai warga Edo, dengan pose dramatis dan menghindari realisme yang diperkenalkan Sharaku.{{sfn|Kobayashi|1997|pp=91–92}}
 
Periodezaman akhir abad ke-18 ditandai dengan kualitas karya yang konsisten tinggi, tetapi karya-karya Utamaro dan Sharaku sering kali membayangi seniman lainnya pada masa itu.{{sfn|Neuer|Libertson|Yoshida|1990|p=40}} Salah satu pengikut Kiyonaga,{{sfn|Kobayashi|1997|p=91}} [[Eishi]] (1756–1829), meninggalkan posisinya sebagai pelukis resmi shōgun [[Tokugawa Ieharu]] untuk menekuni ukiyo-e. Potret pelacur yang elegan dan ramping menjadi ciri khas Eishi, dan ia meninggalkan sejumlah murid terkenal.{{sfn|Neuer|Libertson|Yoshida|1990|p=40}} [[Eishōsai Chōki]] ({{abbr|fl.|floruit}} 1786–1808) dikenal dengan potret pelacur lembut dan anggun yang digambarnya dengan garis halus. Pada masa ini, aliran Utagawa mulai mendominasi produksi ukiyo-e.{{sfn|Neuer|Libertson|Yoshida|1990|pp=40–41}}
 
Edo adalah pusat utama produksi ukiyo-e sepanjang periodezaman Edo, sementara wilayah [[Kamigata]] ([[Kyoto]] dan [[Osaka]]) berkembang sebagai pusat lainnya. Berbeda dengan subjek ukiyo-e di Edo, cetakan Kamigata sebagian besar menggambarkan potret aktor kabuki. Gaya Kamigata tidak banyak berbeda dari gaya Edo hingga akhir abad ke-18, sebagian karena seniman sering berpindah antara kedua wilayah.{{sfn|Harris|2011|p=38}} Warna dalam cetakan Kamigata cenderung lebih lembut dengan pigmen yang lebih tebal dibandingkan cetakan Edo.{{sfn|Salter|2001|pp=12–13}} Pada abad ke-19, banyak cetakan di Kamigata dibuat oleh penggemar kabuki dan seniman amatir.{{sfn|Winegrad|2007|pp=18–19}}
{{Clear}}
 
Baris 136:
[[Hokusai]] (1760–1849), yang menyebut dirinya sebagai "pelukis gila," dikenal karena karier panjangnya yang beragam. Karya-karyanya ditandai dengan absennya sentimentalitas khas ukiyo-e dan berfokus pada formalitas yang dipengaruhi seni Barat. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain ilustrasi untuk novel ''{{Interlanguage link|Crescent Moon (novel)|ja|3=椿説弓張月|lt=Crescent Moon}}'' karya [[Takizawa Bakin]], buku sketsa ''[[Hokusai Manga]]'', dan serial ''[[Thirty-six Views of Mount Fuji]]'',{{sfn|Kobayashi|1997|pp=92–93}} termasuk karya terkenalnya, ''[[The Great Wave off Kanagawa]]'',{{sfnm|1a1=Lewis|1a2=Lewis|1y=2008|1p=385|2a1=Honour|2a2=Fleming|2y=2005|2p=709|3a1=Benfey|3y=2007|3p=17|4a1=Addiss|4a2=Groemer|4a3=Rimer|4y=2006|4p=146|5a1=Buser|5y=2006|5p=168}} salah satu karya seni Jepang paling ikonik.{{sfnm|1a1=Lewis|1a2=Lewis|1y=2008|1p=385|2a1=Belloli|2y=1999|2p=98}} Berbeda dengan karya seniman sebelumnya, warna dalam karya Hokusai lebih tegas, datar, dan abstrak, dengan subjek yang menggambarkan kehidupan rakyat biasa.{{sfn|Munsterberg|1957|p=158}} Pada 1830-an, seniman-seniman besar seperti [[Keisai Eisen|Eisen]], [[Utagawa Kuniyoshi|Kuniyoshi]], dan [[Kunisada]] mengikuti jejak Hokusai dalam pembuatan cetakan lanskap yang kuat dalam komposisi dan efek.{{sfn|King|2010|pp=84–85}}
 
Meskipun tidak sepopuler pendahulunya, aliran Utagawa menghasilkan beberapa seniman hebat pada periodezaman akhir ini. Kunisada (1786–1865) adalah salah satu seniman yang paling produktif dalam potret pelacur dan aktor.{{sfn|Lane|1962|pp=284–285}} Saingannya, Eisen (1790–1848), juga mahir dalam menciptakan cetakan lanskap.{{sfn|Lane|1962|p=290}} Kuniyoshi (1797–1861), anggota penting aliran ini, menciptakan beragam tema dan gaya, mirip dengan Hokusai. Karya-karya pertempuran yang penuh kekerasan,{{sfn|Lane|1962|p=285}} terutama dari serial pahlawan {{transliteration|ja|[[Batas Air|Suikoden]]}} (1827–1830) dan {{transliteration|ja|[[Chūshingura]]}} (1847).{{sfn|Harris|2011|pp=153–154}} Kuniyoshi juga mahir membuat lanskap dan adegan satir—tema yang jarang dieksplorasi dalam suasana diktatorial zaman Edo; keberaniannya menangani tema satir mencerminkan melemahnya kekuasaan shogun pada masa itu.{{sfn|Lane|1962|p=285}}
 
Hiroshige (1797–1858) dianggap sebagai saingan utama Hokusai. Ia berspesialisasi dalam gambar burung, bunga, dan lanskap tenang, serta terkenal dengan seri perjalanannya seperti ''[[The Fifty-three Stations of the Tōkaidō]]'' dan ''[[The Sixty-nine Stations of the Kiso Kaidō|The Sixty-nine Stations of the Kisokaidō]]'',{{sfn|Kobayashi|1997|pp=94–95}} yang terakhir adalah hasil kolaborasi dengan Eisen.{{sfn|Lane|1962|p=290}} Karya Hiroshige lebih realistis dengan warna yang halus dan atmosfer yang lembut; elemen alam seperti kabut, hujan, salju, dan cahaya bulan sering kali menjadi bagian utama komposisinya.{{sfn|Munsterberg|1957|pp=158–159}} Para pengikutnya, termasuk anak [[Adopsi dewasa Jepang|angkatnya]] [[Hiroshige II]] dan menantunya [[Hiroshige III]], melanjutkan gaya lanskap Hiroshige hingga zaman Meij.{{sfn|King|2010|p=116}}
Baris 163:
===Pengenalan ke Dunia Barat===
 
SelainSebelum pertengahan abad ke-19, seni Jepang jarang mendapat perhatian dari orang Barat selain para pedagang Belanda, yang telah menjalin [[Hubungan Belanda dengan Jepang|hubungan dagang]] dengan Jepang sejak awal zaman Edo,.{{sfn|Watanabe|1984|p=667}} orangSeni BaratJepang hanyasering sedikitkali memperhatikantidak senidibedakan Jepangdari sebelumseni pertengahanTimur abadlainnya ke-19,oleh danorang jarangBarat membedakannyapada darimasa seni dari Timur lainnyaitu.{{sfn|Watanabe|1984|p=667}} AhliSalah satu orang Barat pertama yang mengumpulkan cetakan Jepang adalah ahli botani Swedia, [[Carl Peter Thunberg]], yang pernah tinggal di pemukiman dagang Belanda di [[Dejima]], dekat Nagasaki, adalah salah satu orang Barat pertama yang mengumpulkan cetakan Jepang. Ekspor ''ukiyo-e'' meningkat secara perlahan, dan pada awal abad ke-19, koleksi milik pedagang Belanda [[Isaac Titsingh]] mulai menarik perhatianminat para penikmatpecinta seni di Paris.{{sfn|Neuer|Libertson|Yoshida|1990|p=48}}
 
[[Berkas:Japanese Satsuma pavillion at the French expo 1867.jpg|thumb|left|alt=Black-and-white photo of a traditional-style Japanese building|Paviliun Satsuma Jepang pada [[Pameran Universal Paris (1867)|Pameran Internasional tahun 1867 di Paris]]]]
 
Kedatangan Komodor Amerika Serikat [[Matthew C. Perry|Matthew Perry]] di Edo pada tahun 1853 membawaberujung pada [[Persetujuan Kanagawa|Perjanjian Kanagawa]] tahun 1854, yang membuka Jepang kekepada dunia luar setelah [[Sakoku|lebih dari dua abad isolasi]]. Cetakan ''ukiyo-e'' termasuk di antara barang-barang yang dibawa Perry kembali ke Amerika Serikat.{{sfn|Harris|2011|p=163}} CetakanSejak setidaknya tahun 1830-an, cetakan Jepang telah muncul di Paris, setidaknyadan sejakjumlahnya 1830-an, danmeningkat pada tahun 1850-an jumlahnya meningkat;.{{sfn|Meech-Pekarik|1982|p=93}} Meskipun penerimaannya beragam, dan meskipun dipuji, ukiyo-e umumnyasering dianggap lebih rendah dibandingkan seni Barat yang menonjolkan perspektif naturalistik dan anatomi.,{{sfn|Watanabe|1984|pp=680–681}} Seniseni Jepang mendapat perhatian pada [[Pameran Universal Paris (1867)|Pameran Internasional tahun 1867 di Paris]],.{{sfn|Watanabe|1984|p=667}} Pada tahun 1870-an dan 1880-an, seni Jepang menjadi mode di Prancis dan Inggris, padadengan 1870-an dan 1880-an.{{sfn|Watanabe|1984|p=667}} Cetakancetakan Hokusai dan Hiroshige memainkan peran penting dalam membentuk persepsi Barat terhadap seni Jepang.{{sfn|Watanabe|1984|p=675}} Pada masa pengenalannya di Barat, cetakan balok kayu di Jepang adalah media massa yang umum di Jepang, dan dianggap memiliki nilai estetika yang tidak bertahan lama.{{sfn|Salter|2001|p=12}}
 
Para pendukung awal dan cendekiawan seni ukiyo-e di Eropa antara lain penulisPenulis [[Edmond de Goncourt]] dan kritikus seni [[Philippe Burty]], adalah beberapa pendukung awal dan cendekiawan seni ''ukiyo-e'' di Eropa.{{sfn|Weisberg|Rakusin|Rakusin|1986|p=7}} yangBurty menciptakan istilah ''[[Japonisme|Japonism]]'' untuk menggambarkan pengaruh seni Jepang pada seni Barat.{{sfn|Weisberg|1975|p=120}}{{efn|Burty coined the term {{lang|fr|le Japonisme}} in French in 1872.{{sfn|Weisberg|1975|p=120}}}} Toko-toko yang menjual barang-barang Jepang mulai dibukabermunculan, termasukseperti toko Édouard Desoye pada tahun 1862 dan toko pedagang seni [[Siegfried Bing]] pada tahun 1875.{{sfn|Jobling|Crowley|1996|p=89}} DariAntara tahun 1888 hinggadan 1891, Bing menerbitkan majalah ''[[Artistic Japan]]''{{sfn|Meech-Pekarik|1982|p=96}} dalam edisi bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman,{{sfn|Weisberg|Rakusin|Rakusin|1986|p=6}} serta mengkurasi pameran ''ukiyo-e'' di {{Lang|fr|[[École des Beaux-Arts]]|italic=no}} pada tahun 1890, yang dihadiri oleh seniman-seniman seperti [[Mary Cassatt]].{{sfn|Jobling|Crowley|1996|p=90}}
 
[[Berkas:Debussy - La Mer - The great wave of Kanaga from Hokusai.jpg|thumb|alt=Cover of book of sheet music depicting a stylized wave|Bukan hanya seni visual, tetapi juga musik yang mendapat inspirasi dari ukiyo-e di Barat: sampul partitur orkestra {{lang|fr|[[La mer (Debussy)|La mer]]}} karya [[Claude Debussy|Debussy]] (1905).]]
 
[[Ernest Fenollosa]] dari Amerika Serikat adalah salah satu pengagum awal budaya Jepang di Barat, dan berperan penting dalam mempromosikan seni Jepang—karya Hokusai ditampilkan dalam pameran perdananyaJepang. sebagaiSebagai kurator pertama seni Jepang di [[Museum of Fine Arts, Boston|Museum of Fine Arts]], Boston, dania padamenampilkan karya Hokusai dalam pameran perdananya. Pada tahun 1898, iaFenollosa mengkurasi pameran ''ukiyo-e'' pertama di Tokyo, Jepang.{{sfn|Meech-Pekarik|1982|pp=101–103}} Pada akhir abad ke-19, popularitas ''ukiyo-e'' di Barat menyebabkan harga karya tersebut melambungmelonjak hingga di luar jangkauan banyak kolektor—beberapakolektor. Beberapa seniman, seperti [[Edgar Degas|Degas]], bahkan menukar lukisan mereka dengan cetakan tersebut. [[Tadamasa Hayashi]], seorang dealerpedagang seni ternama di Paris, bertanggung jawab mengevaluasiatas evaluasi dan mengeksporekspor cetakan ''ukiyo-e'' dalam jumlah besar ke Barat,. sehingga paraPara kritikus Jepang kemudian menuduhnya menguras harta nasional Jepang.{{sfn|Meech-Pekarik|1982|pp=96–97}} Pada saat itu, eksodus karya seni ini sebagian besar tidak diperhatikan di Jepang, karena para seniman Jepang sedang terpesona mempelajari teknik lukisan klasik Barat.{{sfn|Merritt|1990|p=15}}
 
SeniPengaruh seni Jepang, khususnya cetakan ''ukiyo-e'', mulai mempengaruhiterasa dalam seni Barat sejak masa awal para [[Impresionisme|Impresionis]].{{sfn|Mansfield|2009|p=134}} Para pelukis yang juga kolektor menggabungkanmengintegrasikan tema dan teknik komposisi Jepang ke dalam karya mereka sejak tahun 1860-an:.{{sfn|Meech-Pekarik|1982|p=93}} polaPola dalampada wallpaper dan karpet padadalam lukisan [[Édouard Manet|Manet]], misalnya, terinspirasi dari kimono padadalam gambar ''ukiyo-e, dan''. [[James Abbott McNeill Whistler|Whistler]] berfokus padamenekankan elemen alam yang efemeral seperti dalam lanskap ''ukiyo-e''.{{sfn|Ives|1974|p=17}} [[Vincent van Gogh|Van Gogh]] adalah kolektor yang bersemangatantusias dan melukis salinanulang cetakan Hiroshige dan [[Keisai Eisen|Eisen]] dalam [[Salinan karya Vincent van Gogh|medium minyak]].{{sfn|Sullivan|1989|p=230}} Degas dan Cassatt menggambarkan momen-momen sehari-hari dalamdengan komposisi dan perspektif yang terinspirasi dari Jepang.{{sfn|Ives|1974|p=37–39, 45}} Perspektif datar dan warna tanpa gradasi pada ''ukiyo-e'' memberikan pengaruh besar pada desainer grafis dan pembuat poster.{{sfn|Jobling|Crowley|1996|pp=90–91}} Litografi [[Henri de Toulouse-Lautrec|Toulouse-Lautrec]] menunjukkan ketertarikannya tidak hanya pada warna datar dan bentuk berbingkai ''ukiyo-e'', tetapi juga pada subjeknya: penghibur dan pelacur.{{sfn|Ives|1974|p=80}} Ia menandatangani banyak karyanya dengan inisialnyainisial dalam lingkaran, meniru segel pada cetakan Jepang.{{sfn|Ives|1974|p=80}} Seniman lain pada masa itu yang dipengaruhi ''ukiyo-e'' termasuk [[Claude Monet|Monet]],{{sfn|Mansfield|2009|p=134}} [[John La Farge|La Farge]],{{sfn|Meech-Pekarik|1982|p=99}} [[Paul Gauguin|Gauguin]],{{sfn|Ives|1974|p=96}} serta anggota [[Les Nabis]] seperti [[Pierre Bonnard|Bonnard]]{{sfn|Ives|1974|p=56}} dan [[Édouard Vuillard|Vuillard]].{{sfn|Ives|1974|p=67}} Komposer Prancis [[Claude Debussy]] juga terinspirasi dari cetakan Hokusai dan Hiroshige, terutama dalam karyanya ''{{lang|fr|[[La mer (Debussy)|La mer]]}}'' (1905).{{sfn|Gerstle|Milner|1995|p=70}} Penyair aliran [[Imagisme]] seperti [[Amy Lowell]] dan [[Ezra Pound]] juga mendapatmendapatkan inspirasi dari cetakan ''ukiyo-e''; Lowell bahkan menerbitkan buku puisi ''Pictures of the Floating World'' (1919) yang bertema atau bergaya oriental.{{sfn|Hughes|1960|p=213}}
 
<gallery mode="packed" heights="230px" caption="Pengaruh Ukiyo-e pada Seni Barat">
Baris 187:
 
 
===Tradisi PeriodeTurunan akhir(Abad ke-20)===
[[Berkas:Yoshitoshi Onogawa 1865.jpg|jmpl|150px|Pegulat sumo Onogawa Kisaburo, karya Tsukioka Yoshitoshi]]
Periode akhir ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun 6 zaman [[Ansei]] sampai tahun 45 zaman [[Meiji]].
 
[[Berkas:Yamamoto 1904.jpg|thumb|alt=Monochromatic print of a man in a heavy coat standing, looking away from the viewer at the ocean|''Fisherman (Nelayan)''{{pb}}[[Kanae Yamamoto (artist)|Kanae Yamamoto]], 1904]]
Lukisan ukiyo-e yang populer pada masa ini adalah genre lukisan orang asing yang disebut Yokohama-e, karena orang Jepang menaruh minat pada budaya asing yang dibawa oleh [[Kapal Hitam]].
Sketsa perjalanan menjadi genre populer sekitar tahun 1905, seiring dengan upaya pemerintah Meiji mempromosikan perjalanan domestik agar warga Jepang lebih mengenal negaranya.{{sfn|King|2010|pp=119, 121}} Pada tahun 1915, penerbit [[Shōzaburō Watanabe]] memperkenalkan istilah {{transl|ja|[[shin-hanga]]}} ("cetak ulang baru") untuk menggambarkan gaya cetakan yang ia terbitkan, yang menampilkan subjek tradisional Jepang dan ditujukan untuk audiens asing serta kalangan Jepang kelas atas.{{sfn|Seton|2010|p=81}} Seniman terkemuka dalam gaya ini termasuk [[Goyō Hashiguchi]], yang dijuluki "Utamaro dari [[zaman Taishō]]" karena cara penggambarannya terhadap perempuan; [[Shinsui Itō]], yang membawa kepekaan modern pada citra perempuan;{{sfnm|1a1=Brown|1y=2006|1p=22|2a1=Seton|2y=2010|2p=81}} dan [[Hasui Kawase]], yang menciptakan lanskap modern.{{sfnm|1a1=Brown|1y=2006|1p=23|2a1=Seton|2y=2010|2p=81}} Watanabe juga menerbitkan karya seniman non-Jepang, salah satu kesuksesan awalnya adalah cetakan bertema India dan Jepang pada tahun 1916 oleh seniman Inggris [[Charles W. Bartlett]] (1860–1940). Keberhasilan Watanabe diikuti oleh penerbit lain, dan beberapa seniman {{transliteration|ja|shin-hanga}} seperti Goyō dan [[Hiroshi Yoshida]] mendirikan studio sendiri untuk menerbitkan karya mereka.{{sfn|Brown|2006|p=21}}
 
Para seniman dari gerakan {{transliteration|ja|[[sōsaku-hanga]]}} ('cetak kreatif') mengambil kendali penuh atas setiap aspek proses pencetakan—desain, pengukiran, dan pencetakan dilakukan oleh tangan yang sama.{{sfn|Seton|2010|p=81}} [[Kanae Yamamoto (artist)|Kanae Yamamoto]] (1882–1946), yang saat itu adalah seorang mahasiswa di [[Tokyo University of the Arts|Sekolah Seni Rupa Tokyo]], dianggap sebagai pencetus pendekatan ini. Pada tahun 1904, ia membuat cetakan ''Fisherman'' (Nelayan) menggunakan teknik cetak balok kayu, sebuah teknik yang hingga saat itu dianggap ketinggalan zaman dan terkait dengan produksi massal komersial oleh lembaga seni Jepang.{{sfn|Merritt|1990|p=109}} Berdirinya [[Japanese Woodcut Artists' Association|Asosiasi Seniman Cetak Kayu Jepang]] pada tahun 1918 menandai permulaan pendekatan ini sebagai sebuah gerakan.{{sfn|Munsterberg|1957|p=181}} Gerakan ini mengutamakan keunikan dalam setiap seniman, sehingga tidak memiliki tema atau gaya yang dominan.{{sfn|Statler|1959|p=39}} Karya-karya mereka mencakup cetakan abstrak sepenuhnya dari [[Kōshirō Onchi]] (1891–1955) hingga penggambaran figuratif tradisional dari pemandangan Jepang oleh [[Un'ichi Hiratsuka]] (1895–1997).{{sfn|Munsterberg|1957|p=181}} Para seniman ini membuat cetakan bukan untuk menjangkau audiens massal, tetapi sebagai tujuan kreatif itu sendiri, dan mereka tidak membatasi media cetak hanya pada balok kayu tradisional ukiyo-e.{{sfn|Statler|1959|pp=35–38}}
Akibat kekacauan yang ditimbulkan [[Restorasi Meiji]], lukisan ukiyo-e mulai banyak yang mengetengahkan tema-tema lukisan kabuki yang mengumbar brutalisme dan lukisan makhluk "aneh tetapi nyata." [[Tsukioka Yoshitoshi]] yang merupakan murid [[Utagawa Kuniyoshi]] dan [[Ochiai Yoshiiku]] membuat kumpulan lukisan berjudul {{nihongo|28 Pembunuhan Terkenal dan Prosa|英名二十八衆句|Eimei nijūhachi shūku}}. Kumpulan lukisan bertema sadis berlumuran darah seperti ini digolongkan ke dalam genre Muzan-e.
 
<!-- let's avoid using "kindai hanga" -- the term isn't set in stone the way "shin-hanga" and "sōsaku-hanga" are -->Cetakan dari akhir abad ke-20 dan abad ke-21 berkembang dari prinsip-prinsip gerakan sebelumnya, terutama penekanan gerakan {{transliteration|ja|sōsaku-hanga}} pada ekspresi individu. Teknik seperti [[sablon]], [[etsa]], [[mezzotint]], [[media campuran]], dan metode Barat lainnya telah ditambahkan ke teknik potong kayu tradisional dalam repertoar para seniman cetak modern..{{sfn|Fiorillo|1999}}
[[Kawanabe Kyōsai]] dari aliran Kanō juga banyak melahirkan karya-karya legendaris pada masa ini.
{{Clear}}
 
<gallery mode="packed" heights="210px" caption="Descendants of ukiyo-e">
Genre baru ukiyo-e yang disebut [[Kōsenga]] dimulai [[Kobayashi Kiyochika]] dengan ciri khas objek lukisan yang digambar tanpa garis tepi (''outline'').
'Taj Mahal' by Charles W. Bartlett, 1916, woodblock print.JPG|''Taj Mahal'', [[Charles W. Bartlett]], 1916
Hashiguchi Goyo - Woman in Blue Combing Her Hair - Walters 95880.jpg|''Combing the Hair (Menyisir Rambut)''{{pb}}[[Goyō Hashiguchi]], 1920
Kawase Zôjôji.jpg|{{transliteration|ja|Shiba Zōjōji}}, [[Hasui Kawase]], 1925
Hiroshi Yoshida, Hikaru umi, 1926.jpg|''Glittering Sea (Laut yang Berkilauan)'', [[Hiroshi Yoshida]], 1926
'Lyric No. 23' by Onchi Koshiro, Honolulu Museum of Art.JPG|''Lyric No. 23''{{pb}}[[Kōshirō Onchi]], 1952
</gallery>
 
== Gaya ==
Lukisan ukiyo-e untuk anak-anak seperti yang dibuat [[Utagawa Yoshifuji]] digolongkan ke dalam genre Omocha-e. Gambar hasil penggandaan bisa digunakan anak-anak untuk bermain, seperti lembaran permainan yang sekarang sering menjadi bonus majalah anak-anak. Utagawa Yoshifuji begitu mengkhususkan diri pada genre Omocha-e, sehingga mendapat julukan "Omocha Yoshifuji" (Yoshifuji ahli mainan).
<!-- [[Image:Jiezi_yuan_huazhuan_Lotus_Flowers%2C_Leaf_from_the_Mustard_Seed_Garden_Painting_Manual.jpg|thumb|right|Buku panduan lukisan Tiongkok {{transl|zh|[[Jieziyuan Huazhuan]]}} (''Manual of the Mustard Seed Garden'') digunakan oleh banyak seniman Jepang dan menjadi elemen penting dalam pelatihan seniman serta perkembangan seni lukis zaman Edo.]] -->
 
[[File:Suzuki Harunobu - Woman Visiting the Shrine in the Night - Google Art Project crop.jpg|thumb|alt=Colour print of a Japanese woman's face. The colours are bold and flat, and the contours are outlined in black.|''Woman Visiting the Shrine in the Night (Wanita yang Mengunjungi Kuil di Malam Hari)'', [[Suzuki Harunobu|Harunobu]], abad ke-17. Garis-garis tegas dan datar membentuk dan mengisi area warna datar.]]
Kepopuleran ukiyo-e akhirnya memudar akibat berkembangnya [[fotografi]] dan teknik percetakan. Pelukis ukiyo-e berusaha segala macam cara untuk bertahan dari kemajuan teknologi tetapi gagal.
 
Seniman awal ukiyo-e memiliki pengetahuan mendalam tentang prinsip komposisi dalam [[Lukisan Tionghoa|lukisan klasik Tiongkok]] dan mendapatkan pelatihan formal dalam teknik tersebut. Seiring waktu, mereka secara bertahap meninggalkan pengaruh Tiongkok yang kuat dan mengembangkan gaya khas Jepang. Seniman ukiyo-e awal disebut sebagai "Primitif" bukan karena desain gambar mereka sederhana, melainkan karena mereka menghadapi tantangan baru dalam medium cetak, sambil mengadaptasi teknik yang sudah berkembang selama berabad-abad.{{sfn|Penkoff|1964|pp=9–11}} Banyak dari mereka mendapat pelatihan dari guru aliran Kanō dan aliran seni lukis lainnya.{{sfn|Lane|1962|p=9}}
 
Salah satu ciri khas dari sebagian besar cetakan ukiyo-e adalah garis yang tegas, kuat, dan datar.{{sfnm|1a1=Bell|1y=2004|1p=xiv|2a1=Michener|2y=1959|2p=11}} Cetakan awalnya monokrom, dengan garis-garis ini sebagai satu-satunya elemen cetakan; bahkan dengan munculnya warna, karakteristik garis yang dominan ini tetap terjaga.{{sfn|Michener|1959|pp=11–12}} Dalam komposisi ukiyo-e, bentuk-bentuk biasanya disusun dalam ruang datar{{sfn|Michener|1959|p=90}} dengan figur-figur yang sering berada dalam satu lapisan kedalaman. Perhatian diberikan pada hubungan vertikal dan horizontal, serta detail seperti garis, bentuk, dan pola pada pakaian.{{sfn|Bell|2004|p=xvi}} Komposisi sering kali asimetris, dengan sudut pandang yang tidak biasa, seperti dari atas. Elemen-elemen gambar sering kali [[Cropping (memotong gambar)|terpotong]], sehingga memberikan kesan spontan pada komposisi.{{sfn|Sims|1998|p=298}} Pada cetakan berwarna, kontur area warna biasanya tegas dan dibatasi oleh garis.{{sfn|Bell|2004|p=34}} Estetika warna datar ini kontras dengan gradasi warna yang umum dalam tradisi Barat{{sfn|Michener|1959|p=90}} adan berbeda dengan gaya seni patronase kelas atas Jepang, seperti [[Lukisan tinta cair|sapuan tinta halus]] dalam lukisan [[zenga]] atau warna tonal dalam [[aliran Kanō]].{{sfn|Bell|2004|p=34}}
 
[[File:Black Raku tea bowl Amadera.jpg|thumb|left|alt=Photo of a tea bowl, dark-coloured, humble, and asymmetric|Estetika {{transl|ja|[[wabi-sabi]]}} pada mangkuk teh abad ke-16.]]
 
Warna yang cerah, pola yang mencolok dan kompleks, perhatian terhadap mode yang berubah, serta pose dan komposisi yang dinamis dalam ukiyo-e sangat kontras dengan [[Japanese aesthetics|estetika tradisional Jepang]]. Misalnya, {{transl|ja|[[wabi-sabi]]}} mengutamakan kesederhanaan, asimetri, dan ketidaksempurnaan, serta bukti perjalanan waktu;{{sfn|Bell|2004|pp=50–52}} sedangkan {{transl|ja|[[shibui]]}} menekankan kelembutan, kerendahan hati, dan kehalusan.{{sfn|Bell|2004|pp=53–54}} Namun, ukiyo-e lebih sesuai dengan konsep estetika seperti ''{{transl|ja|[[iki (aestetik)|iki]]}}'', yang mencerminkan gaya yang berani dan perkotaan.{{sfn|Bell|2004|p=66}}
 
Pendekatan ukiyo-e terhadap perspektif grafis berbeda dengan perspektif normal di Eropa pada zaman yang sama. Perspektif geometris ala Barat sudah dikenal di Jepang dan dipraktikkan oleh pelukis [[Akita ranga]] pada 1770-an—seperti halnya metode Tiongkok yang menciptakan kedalaman melalui garis-garis paralel. Teknik ini kadang digunakan bersamaan dalam ukiyo-e, dengan perspektif geometris untuk latar belakang dan perspektif ala Tiongkok yang lebih ekspresif untuk latar depan.{{sfn|Suwa|1998|pp=57–60}} Teknik-teknik ini kemungkinan dipelajari melalui lukisan Tiongkok bergaya Barat, bukan langsung dari karya Barat.{{sfn|Suwa|1998|pp=62–63}} Meskipun telah mengenal teknik tersebut, seniman tetap mengharmonisasikannya dengan metode tradisional sesuai kebutuhan komposisi dan ekspresi.{{sfn|Suwa|1998|pp=106–107}} Cara lain untuk menunjukkan kedalaman adalah metode komposisi tripartit ala Tiongkok<!-- 三部構図法 --> yang digunakan dalam lukisan Buddha,<!-- 仏画 --> di mana bentuk besar ditempatkan di latar depan, bentuk yang lebih kecil di tengah, dan bentuk yang paling kecil di latar belakang; contoh penerapannya terlihat pada ''Great Wave'' karya Hokusai, dengan perahu besar di latar depan, perahu yang lebih kecil di belakangnya, dan Gunung Fuji yang kecil di latar belakang.{{sfn|Suwa|1998|pp=108–109}}
 
Sejak masa awal ukiyo-e, terdapat kecenderungan untuk memosisikan wanita cantik dalam apa yang disebut oleh sejarawan seni {{Interlanguage link|Midori Wakakura|ja|3=若桑みどり}} sebagai "pose berliku",{{efn|{{nihongo3|"serpentine posture"|蛇体姿勢|jatai shisei}}}} di mana tubuh subjek dipelintir secara tidak alami dengan posisi menghadap ke belakang. Sejarawan seni {{Interlanguage link|Motoaki Kōno|ja|3=河野元昭}} berpendapat bahwa pose ini berakar pada tarian tradisional {{transl|ja|[[buyō]]}}; {{Interlanguage link|Haruo Suwa|ja|3=諏訪春雄}} berpendapat bahwa pose tersebut merupakan kebebasan artistik yang diambil oleh seniman ukiyo-e, sehingga pose yang tampaknya santai justru mencapai batas fisik yang tidak alami atau tidak mungkin. Pose ini tetap dipertahankan bahkan ketika teknik perspektif realistis diterapkan pada bagian lain dari komposisi.{{sfn|Suwa|1998|pp=101–106}}
 
=== Tema dan Genre ===
Subjek umum dalam ukiyo-e mencakup wanita cantik ("{{transl|ja|[[bijin-ga]]}}"), aktor kabuki ("{{transl|ja|[[yakusha-e]]}}"), dan lanskap. Wanita yang digambarkan biasanya adalah pelacur kelas atas dan geisha yang sedang bersantai, yang sekaligus mempromosikan hiburan di distrik kesenangan.{{sfn|Harris|2011|p=60}} Detail mode dan gaya rambut para pelacur memungkinkan cetakan-cetakan ini diberi tanggal dengan akurat. Sementara itu, ciri fisik wanita cenderung mengikuti tren artistik zamannya, dengan wajah yang stereotipis dan tubuh yang tinggi dan ramping pada satu generasi, atau mungil pada generasi lainnya.{{sfn|Hillier|1954|p=20}} Potret selebritas juga sangat populer, terutama dari dunia kabuki dan [[sumo]], dua hiburan utama pada masa itu.{{sfn|Harris|2011|pp=95, 98}} Meskipun bagi banyak orang Barat ukiyo-e identik dengan lanskap, genre ini sebenarnya baru berkembang pada periode akhir sejarah ukiyo-e.{{sfn|Michener|1959|p=175}}
 
[[File:Suzuki Harunobu - Evening Snow on the Heater.jpg|thumb|alt=Colour print of two finely dressed Japanese women by a heater. The wallpaper and other items are extensively embossed.|Potret wanita cantik adalah salah satu tema utama dalam ukiyo-e. Wallpaper dan elemen lainnya dalam [[nishiki-e|cetakan brokat]] ini dihiasi dengan detail timbul.{{pb}}''[[Evening Snow on the Nurioke]]'', [[Suzuki Harunobu|Harunobu]], 1766]]
 
Cetakan ukiyo-e berakar dari ilustrasi buku—banyak cetakan lembar tunggal awal karya Moronobu berasal dari halaman-halaman buku yang ia ilustrasikan.{{sfn|Harris|2011|p=37}} Buku ilustrasi {{transl|ja|[[e-hon]]}} sangat populer{{sfn|Harris|2011|p=41}} dan tetap menjadi media penting bagi seniman ukiyo-e. Pada periode akhir, Hokusai menghasilkan tiga volume ''[[One Hundred Views of Mount Fuji]]'' dan lima belas volume ''Hokusai Manga'', yang berisi lebih dari 4000 sketsa dari berbagai subjek realistis dan fantastis.{{sfn|Harris|2011|pp=38, 41}}
 
Dalam budaya Jepang tradisional, seks atau pornografi tidak dianggap sebagai pelanggaran moral seperti dalam [[Agama abrahamik|agama Abrahamik]].{{sfn|Harris|2011|pp=124}} Hingga berubahnya norma pada zaman Meiji yang menyebabkan pelarangan, cetakan erotis [[shunga]] merupakan genre utama dalam ukiyo-e.{{sfnm|1a1=Seton|1y=2010|1p=64|2a1=Harris|2y=2011|p=119}} Meskipun rezim Tokugawa menerapkan hukum sensor ketat, pornografi umumnya bukan pelanggaran serius dan sering kali lolos dari sensor.{{sfn|Lane|1962|p=224}} Banyak dari cetakan ini menampilkan keterampilan teknis tinggi, serta humor dalam penggambaran eksplisit adegan kamar tidur, pengintip, dan anatomi yang diperbesar.{{sfn|Seton|2010|p=64}} Seperti gambar pelacur, ''shunga'' juga erat kaitannya dengan hiburan di distrik kesenangan.{{sfn|Screech|1999|p=15}} Hampir semua seniman ukiyo-e menghasilkan ''shunga'' pada suatu titik dalam karier mereka.{{sfn|Harris|2011|pp=128}} Meskipun tidak ada catatan pasti tentang penerimaan masyarakat terhadap ''shunga'', [[Timon Screech]] berpendapat bahwa kemungkinan ada kekhawatiran tertentu terhadapnya, dan bahwa tingkat penerimaannya mungkin dilebih-lebihkan oleh kolektor di masa kemudian, khususnya di Barat.{{sfn|Screech|1999|p=15}}
 
Adegan alam telah menjadi elemen penting dalam seni Asia sepanjang sejarah. Seniman mempelajari bentuk dan anatomi tumbuhan dan hewan dengan cermat, meskipun anatomi manusia lebih bersifat imajinatif hingga zaman modern. Cetakan alam dalam ukiyo-e disebut {{transl|ja|[[kachō-e]]}}, yang berarti “gambar bunga dan burung”, meskipun genre ini mencakup lebih dari sekadar bunga atau burung, dan keduanya tidak harus muncul bersama.{{sfn|Harris|2011|p=132}} Cetakan alam Hokusai yang detail dan presisi dianggap sebagai pendiri genre ''kachō-e''.{{sfn|Harris|2011|p=134}}
 
Reformasi Tenpō pada tahun 1840-an melarang penggambaran aktor dan pelacur. Selain lanskap dan ''kachō-e'', seniman mulai menggambarkan adegan-adegan sejarah, seperti prajurit kuno atau adegan dari legenda, sastra, dan agama. ''[[The Tale of Genji|Tale of Genji]]'' dari abad ke-11{{sfn|Harris|2011|p=146}} dan ''[[The Tale of the Heike|Tale of the Heike]]'' dari abad ke-13{{sfn|Harris|2011|pp=155–156}} telah menjadi sumber inspirasi sepanjang sejarah seni Jepang,{{sfn|Harris|2011|p=146}} termasuk dalam ukiyo-e.{{sfn|Harris|2011|p=146}} Tokoh-tokoh pejuang terkenal seperti [[Miyamoto Musashi]] (1584–1645) sering dijadikan subjek, begitu pula dengan monster, makhluk supernatural, dan pahlawan dari [[mitologi Jepang]] dan [[Mitologi Tiongkok|Tiongkok]].{{sfn|Harris|2011|pp=148, 153}}
 
Antara abad ke-17 dan ke-19, [[Sakoku|Jepang mengisolasi diri]] dari dunia luar. Perdagangan, terutama dengan Belanda dan Tiongkok, dibatasi di pulau [[Dejima]] dekat [[Nagasaki]]. Gambar-gambar unik yang disebut {{transl|ja|Nagasaki-e}} dijual kepada turis, menggambarkan orang asing dan barang dagangan mereka.{{sfn|Harris|2011|p=163}} Pada pertengahan abad ke-19, [[Yokohama]] menjadi pusat pemukiman asing utama setelah 1859, dari mana pengetahuan Barat menyebar di Jepang.{{sfn|Harris|2011|p=163–164}} Khususnya antara 1858 dan 1862, cetakan {{transl|ja|[[Yokohama-e]]}} mendokumentasikan, dengan berbagai tingkat akurasi dan imajinasi, komunitas warga asing yang semakin berkembang di Jepang;{{sfn|Harris|2011|p=166–167}} triptych yang menggambarkan orang asing dan teknologi mereka sangat populer.{{sfn|Harris|2011|p=170}}
 
Cetakan khusus termasuk {{transl|ja|[[surimono]]}}, cetakan edisi terbatas yang mewah dan ditujukan untuk kolektor, yang sering kali menyertakan puisi {{transl|ja|[[kyōka]]}} lima baris dalam desainnya;{{sfn|King|2010|p=111}} dan {{transl|ja|[[uchiwa-e]]}} [[kipas tangan]] cetak yang sering kali mengalami kerusakan karena pemakaian.{{sfn|Harris|2011|p=37}}
 
{{Clear}}
 
<gallery mode="packed" heights="230px" caption="'''Genre-genre Ukiyo-e'''">
SharakuTwoActors.jpg|Cetakan {{transl|ja|[[Yakusha-e]]}} menggambarkan dua aktor kabuki{{pb}}[[Sharaku]], 1794
Hokusai Manga 02.jpg|Pegulat [[sumo]] sedang bersiap, halaman {{transl|ja|[[e-hon]]}} dari ''[[Hokusai Manga]]''{{pb}}[[Hokusai]], awal abad ke-19
Katsushika Hokusai, published by Nishimuraya Yohachi (Eijudō) - Peonies and Canary (Shakuyaku, kanaari), from an untitled series known as Small Flowers - Google Art Project.jpg|''Peonies and Canary (Bunga Peony dan Burung Kenari)''{{pb}}{{transl|ja|[[Bird-and-flower painting|Kachō-ga]]}} karya [[Hokusai]], {{circa|1834}}
Kaichu hiho, jiiro haya shinan, mid 1830s-early 1840s.jpg|alt=Illustrations of various sex positions|Dari buku seks erotis {{transl|ja|[[Shunga (art)|shunga]]}} ''Treasures Hidden in our Pockets''{{pb}}[[Keisai Eisen|Eisen]], {{circa|1830-an–40-an}}
Utagawa Yoshitora (1860) English Couple (crop).jpg|''English Couple (Pasangan Inggris)''{{pb}}{{transl|ja|[[Yokohama-e]]}} karya [[Utagawa Yoshitora]], 1860
</gallery>
 
==Produksi==
 
=== Lukisan ===
{{Main|Nikuhitsu-ga}}
 
Seniman ukiyo-e kerap menghasilkan karya dalam bentuk cetakan dan lukisan, meskipun beberapa di antaranya memilih untuk mengkhususkan diri hanya pada salah satu media.{{sfn|Fitzhugh|1979|p=27}} Berbeda dengan gaya lukisan tradisional sebelumnya, seniman ukiyo-e lebih sering menggunakan warna-warna cerah dan tajam,{{sfn|Bell|2004|p=xii}} serta memanfaatkan tinta {{transl|ja|[[inkstick|sumi]]}} untuk membuat garis kontur yang tegas, menciptakan efek garis serupa dengan hasil cetakan.{{sfn|Bell|2004|p=236}} Karena tidak terbatas oleh teknik cetak, para pelukis ''ukiyo-e'' memiliki akses pada berbagai teknik, pigmen, dan media yang lebih beragam.{{sfn|Bell|2004|p=235–236}} Pigmen yang digunakan dalam lukisan ukiyo-e terbuat dari bahan mineral dan organik, seperti [[safflower]], cangkang kerang yang dihaluskan, timbal, [[cinnabar]],{{sfn|Fitzhugh|1979|pp=29, 34}} serta beberapa pewarna sintetis impor seperti [[Paris green|hijau Paris]] dan biru Prusia.{{sfn|Fitzhugh|1979|pp=35–36}} Media yang umum digunakan untuk lukisan termasuk gulungan gantung {{transl|ja|[[kakemono]]}} dari sutra atau kertas, [[gulungan]] {{transl|ja|makimono}}, dan layar lipat {{transl|ja|[[byōbu]]}}.{{sfn|Fitzhugh|1979|p=27}}
 
<gallery mode="packed" heights="210px" caption="Lukisan Ukiyo-e">
Kaigetsudo Ando Yasunori - Bijin.jpg|alt=Colourful painting of a finely-dressed Japanese woman|{{transl|ja|Bijin-ga}}{{pb}}[[Kaigetsudō Ando]], abad ke-18
Utagawa_Toyoharu_-_A_Winter_Party_-_Google_Art_Project.jpg|alt=Painting of a three Japanese woman entertaining two Japanese men|''A Winter Party''{{pb}}[[Utagawa Toyoharu]], pertengahan abad ke-18 – akhir abad ke-19
Utamaro (c. 1788–91) Yoshiwara no Hana.jpg|{{transl|ja|[[Yoshiwara no Hana]]}}{{pb}}Utamaro, {{circa|1788–91}}
Femenine wave.jpg|alt=Painting of stylized waves covering the entire image|''Feminine Wave''{{pb}}Hokusai, pertengahan abad ke-19
</gallery>
 
=== Produksi cetakan ===
{{Main|Cetak balok kayu di Jepang}}
[[File:Yoshiiku (1862) key block face b.jpg|thumb|alt=Carved woodblock for printing|Balok Utama untuk cetakan, karya [[Utagawa Yoshiiku]], 1862]]
 
Pembuatan cetakan ukiyo-e melibatkan kerja sama antar pengrajin dari berbagai lokakarya, di mana sangat jarang seorang desainer mengerjakan pemotongan balok kayu sendiri.{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=27}}{{sfn|Penkoff|1964|p=21}} Proses produksi ini melibatkan empat peran utama: penerbit, yang bertanggung jawab memesan, mempromosikan, dan mendistribusikan cetakan; seniman, yang merancang desain; pemahat kayu, yang mempersiapkan balok cetak; dan pencetak, yang mencetak desain tersebut pada kertas.{{sfn|Salter|2001|p=11}} Biasanya hanya nama seniman dan penerbit yang tercantum pada cetakan yang sudah jadi.{{sfn|Salter|2001|p=61}}
 
Cetakan ukiyo-e dicetak secara manual menggunakan [[Washi|kertas buatan tangan]]{{sfn|Michener|1959|p=11}} alih-alih mesin cetak seperti yang digunakan di Barat.{{sfn|Penkoff|1964|p=1}} Prosesnya dimulai dengan seniman yang menggambar desain pada kertas tipis dengan tinta,{{sfn|Salter|2001|p=64}} kemudian kertas tersebut ditempelkan pada balok kayu ceri{{efn|Traditional Japanese woodblocks were cut along the grain, as opposed to the blocks of Western [[wood engraving]], which were cut across the grain. In both methods, the dimensions of the woodblock was limited by the girth of the tree.{{sfn|Statler|1959|pp=34–35}} In the 20th century, [[plywood]] became the material of choice for Japanese woodcarvers, as it is cheaper, easier to carve, and less limited in size.{{sfnm|1a1=Statler|1y=1959|1pp=34–35|2a1=Salter|2y=2001|1p=64}}}} dan digosok dengan minyak hingga lapisan atas kertas bisa dihapus, menyisakan lapisan tembus pandang sebagai panduan bagi pemahat kayu. Pemahat lalu memotong bagian yang bukan area hitam, meninggalkan area yang akan dicetak dengan tinta.{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=27}} Proses ini biasanya menghancurkan gambar asli.{{sfn|Salter|2001|p=64}}
 
Pada saat pencetakan, balok cetak diletakkan menghadap ke atas agar pencetak dapat mengontrol tekanan guna menghasilkan efek yang bervariasi dan mengawasi bagaimana tinta {{transl|ja|sumi}} berbasis air diserap oleh kertas.{{sfn|Penkoff|1964|p=1}}{{sfn|Bell|2004|p=225}} Selain itu, efek khusus sering ditambahkan, seperti efek [[Kertas timbul|timbul]], yang dilakukan dengan menekan balok kayu tanpa tinta untuk menciptakan tekstur—misalnya pola kain atau jaring ikan.{{sfn|Bell|2004|p=246}} Efek lainnya mencakup ''burnishing''{{sfn|Bell|2004|p=247}} (menggosok kertas dengan [[agate|batu akik]] untuk mencerahkan warna),{{sfn|Frédéric|2002|p=884}} [[pernis]], [[overprinting|teknik cetak tumpang]], taburan logam atau [[mika]], dan semprotan untuk meniru efek salju.{{sfn|Bell|2004|p=247}}
 
Sebagai seni komersial, perkembangan ''ukiyo-e'' sangat bergantung pada penerbit.{{sfn|Harris|2011|p=62}} Industri penerbitan ukiyo-e dikenal sangat kompetitif, dengan lebih dari seribu penerbit tercatat pernah beroperasi sepanjang sejarah ''ukiyo-e''. Pada puncaknya di tahun 1840-an dan 1850-an, terdapat sekitar 250 penerbit aktif,{{sfn|Marks|2012|p=180}} di mana sekitar 200 berada di Edo{{sfn|Salter|2006|p=19}} Namun, setelah Jepang membuka diri ke dunia luar, jumlah penerbit berkurang drastis, hingga tersisa sekitar 40 penerbit pada awal abad ke-20. Penerbit memiliki hak atas balok cetak dan hak cipta,{{sfn|Marks|2012|p=180}} yang sejak akhir abad ke-18 ditegakkan melalui Perkumpulan Penerbit Buku dan Cetakan.{{efn|{{nihongo3|"Picture Book and Print Publishers Guild"|地本問屋|Jihon Toiya}}{{sfn|Marks|2012|p=10}}}}{{sfn|Marks|2012|p=10}}{{sfn|Marks|2012|p=10}} Cetakan yang diproduksi berulang kali memberikan keuntungan besar bagi penerbit karena balok kayu dapat digunakan kembali tanpa adanya biaya tambahan untuk seniman atau pemahat. Balok ini bahkan sering diperdagangkan atau dijual ke penerbit lain atau pegadaian.{{sfn|Marks|2012|p=18}}{{sfn|Marks|2012|p=10}} Selain tanda seniman, cetakan biasanya juga mencantumkan cap penerbit, yang bervariasi dari logo sederhana hingga desain yang lebih rumit yang mencantumkan alamat atau informasi tambahan.{{sfn|Marks|2012|p=21}}
 
[[File:Tsutaya Jūzaburō seal.jpg|thumb|left|alt=A publisher's seal in the shape of a flower within a stylized mountain|Cap penerbit [[Tsutaya Jūzaburō]], yang menerbitkan karya [[Utamaro]] dan [[Sharaku]] pada tahun 1790-an]]
 
Para desainer cetak diharuskan menjalani masa magang sebelum diizinkan membuat karya dengan nama mereka sendiri.{{sfn|Marks|2012|p=13}} Desainer muda umumnya menanggung sebagian atau seluruh biaya pemahatan balok kayu. Namun, ketika ketenaran mereka meningkat, penerbit biasanya mulai menanggung biaya tersebut, sehingga seniman dapat menuntut bayaran yang lebih tinggi.{{sfn|Marks|2012|pp=13–14}}
 
Dalam budaya Jepang pra-modern, seseorang dapat memiliki beberapa nama sepanjang hidupnya. Nama seniman ''ukiyo-e'' terdiri dari {{transl|ja|gasei}} (nama keluarga seni) dan {{transl|ja|azana}} (nama seni pribadi). {{transl|ja|Gasei}} biasanya berasal dari sekolah seni tempat mereka belajar, seperti Utagawa atau Torii,{{sfn|Marks|2012|p=22}} sementara {{transl|ja|azana}} sering mengadopsi karakter dari nama seni guru mereka. Sebagai contoh, murid Toyokuni ({{lang|ja|豊国}}) banyak yang mengadopsi karakter {{nihongo||国|"kuni"}} dalam nama mereka, seperti Kunisada ({{lang|ja|国貞}}) dan Kuniyoshi ({{lang|ja|国芳}}).{{sfn|Marks|2012|p=13}} Perubahan nama sepanjang karier seringkali menimbulkan kebingungan;{{sfn|Merritt|1990|pp=ix–x}} misalnya, Hokusai menggunakan lebih dari seratus nama selama kariernya yang berlangsung 70 tahun.{{sfn|Link|Takahashi|1977|p=32}}
 
Cetakan ''ukiyo-e'' diproduksi massal,{{sfn|Harris|2011|p=62}} dan pada pertengahan abad ke-19, peredarannya bisa mencapai ribuan.{{sfn|Ōkubo|2008|pp=153–154}} Pengecer dan pedagang keliling menjual cetakan-cetakan ini dengan harga yang terjangkau bagi warga kota yang makmur.{{sfnm|1a1=Harris|1y=2011|1p=62|2a1=Meech-Pekarik|2y=1982|2p=93}} Dalam beberapa kasus, cetakan ''ukiyo-e'' bahkan digunakan sebagai media iklan untuk desain kimono karya seniman.{{sfn|Harris|2011|p=62}} Sejak paruh kedua abad ke-17, cetakan ukiyo-e sering dijual dalam bentuk seri,{{sfn|Marks|2012|p=21}} di mana setiap cetakan diberi tanda nama seri dan nomor urutan cetakan dalam seri tersebut.{{sfn|King|2010|pp=48–49}} Teknik pemasaran ini berhasil menarik minat kolektor, yang merasa terdorong untuk melengkapi seri mereka.{{sfn|Marks|2012|p=21}} Contoh terkenal adalah seri karya Hiroshige, ''Fifty-three Stations of the Tōkaidō'', yang terdiri dari puluhan cetakan, dan sangat populer pada abad ke-19.{{sfn|King|2010|pp=48–49}}
{{Clear}}
 
<gallery mode="packed" heights="210px" caption="Membuat cetakan ukiyo-e">
Kiso Naojirō (1879) Making Prints.jpg|alt=Colour print of a group of Japanese men making prints|''Membuat Cetakan'', karya {{Interlanguage link|Hosoki Toshikazu|ja|3=細木年一}}, 1879
Utagawa Kunisada (1857) Imayō mitate shinō kōshō yori shokunin.jpg|alt=A colour print of a group of well-dressed Japanese women making prints|Proses pencetakan balok kayu, [[Kunisada]], 1857. Versi fantasi ini menampilkan para "wanita cantik" yang berpakaian rapi. Pada kenyataannya, hanya sedikit wanita yang bekerja dalam produksi cetakan;<ref>[https://www.mercurynews.com/2010/10/14/japanesque-sheds-light-on-two-worlds/ "'Japanesque" sheds light on two worlds"], ''The Mercury New'', by Jennifer Modenessi, 14 October 2010</ref> putri [[Hokusai]], [[Katsushika Ōi]] adalah salah satunya.
</gallery>
 
==== Produksi cetakan warna ====
 
Meskipun teknik [[Cetakan berwarna|cetak warna]] telah dikenal di Jepang sejak 1640-an, cetakan ukiyo-e awal sebagian besar hanya menggunakan tinta hitam. Warna terkadang ditambahkan secara manual pada cetakan awal seperti {{transl|ja|tan-e}}, menggunakan tinta merah timbal, atau {{transl|ja|beni-e}}, yang memakai tinta dari bunga safflower merah muda. Pada 1720-an pencetakan berwarna mulai diterapkan pada buku, dan pada 1740-an mulai digunakan pada cetakan lembar tunggal, dengan teknik balok terpisah untuk setiap warna. Pada awalnya, pilihan warna terbatas pada merah muda dan hijau; namun, dalam dua dekade berikutnya, teknik ini berkembang hingga memungkinkan penggunaan hingga lima warna dalam satu cetakan.{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=27}} Pada pertengahan 1760-an, muncul cetakan penuh warna {{transl|ja|[[nishiki-e]]}} yang memungkinkan penggunaan sepuluh atau lebih balok kayu untuk menciptakan gambar yang kaya warna.{{sfnm|1a1=Ishizawa|1a2=Tanaka|1y=1986|1p=38|2a1=Merritt|2y=1990|2p=18}} Untuk menjaga kesejajaran warna, [[Registrasi cetak|tanda registrasi]] yang disebut {{transl|ja|kentō}} ditempatkan pada satu sudut dan sisi yang berdekatan.{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=27}}
 
[[File:Pigment Berliner Blau.JPG|thumb|left|alt=Photo of a dish of deep blue powder|[[Biru Prusia]] adalah pewarna sintetis yang menonjol pada abad ke-19.]]
 
Awalnya, seniman ''ukiyo-e'' menggunakan [[Pencelupan alami|pewarna alami]] yang berasal dari mineral dan bahan nabati, yang memberikan kualitas warna transparan dan memungkinkan pencampuran [[Warna primer|warna]] pigmen merah, biru, dan kuning.{{sfn|Harris|2011|p=26}} Pada abad ke-18, [[biru Prusia]] mulai populer, terutama dalam cetakan lanskap karya seniman terkenal seperti Hokusai dan Hiroshige.{{sfn|Harris|2011|p=26}} Selain itu, teknik {{transl|ja|[[bokashi (printing)|bokashi]]}}, yang memungkinkan gradasi warna atau pencampuran, menjadi salah satu teknik favorit dalam menciptakan efek visual yang halus.{{sfn|Harris|2011|p=31}} Pada 1864, pewarna sintetis [[Anilin|aniline]] mulai diperkenalkan dari Barat, menawarkan pilihan warna yang lebih tajam dan cerah dibandingkan pigmen tradisional. Penggunaan pewarna sintetis ini didukung oleh [[Pemerintahan Meiji Jepang|pemerintah Meiji]] sebagai bagian dari kebijakan Westernisasi.{{sfn|Bell|2004|p=234}}
 
 
 
== Kritik dan Historiografi ==
 
Dokumen kontemporer yang mengupas seniman ukiyo-e tergolong langka. Salah satu sumber utama adalah {{transl|ja|[[Ukiyo-e Ruikō]]}} (''"Berbagai Pemikiran tentang Ukiyo-e"''), yaitu kumpulan komentar dan biografi tentang seniman ukiyo-e. Versi pertama karya ini disusun oleh [[Ōta Nanpo]] sekitar tahun 1790, namun tidak dicetak pada zaman Edo dan hanya beredar dalam bentuk salinan tangan yang mengalami banyak revisi dan tambahan.{{sfn|Takeuchi|2004|pp=118, 120}} Hingga saat ini, terdapat lebih dari 120 variasi ''Ukiyo-e Ruikō'' yang telah diidentifikasi.{{sfn|Tanaka|1999|p=190}}
 
Sebelum Perang Dunia II, pandangan dominan tentang ukiyo-e lebih memusatkan pada pentingnya cetakan, dengan menetapkan Moronobu sebagai pendiri genre ukiyo-e. Setelah perang, perhatian beralih pada lukisan ukiyo-e dan hubungannya dengan tradisi lukisan {{transl|ja|Yamato-e}} dari abad ke-17. Dalam pandangan ini, Matabei dianggap sebagai pendiri ukiyo-e, pandangan yang lebih diterima di Jepang. Pemikiran ini sebenarnya telah menyebar di kalangan peneliti Jepang pada 1930-an, namun tertahan oleh pemerintahan militer Jepang yang saat itu ingin menekankan perbedaan antara cetakan ukiyo-e yang dikaitkan dengan kelas pedagang dan lukisan gulir {{transl|ja|Yamato-e}} yang diasosiasikan dengan istana.{{sfn|Kita|2011|pp=149, 154–155}}
 
[[File:Fenollosa.jpg|thumb|upright|Sarjana seni Jepang asal Amerika Serikat, [[Ernest Fenollosa]], adalah orang pertama yang menyusun sejarah kritis ukiyo-e secara komprehensif.]]
 
Kajian kritis dan historiografi ukiyo-e pertama yang komprehensif berasal dari Barat. [[Ernest Fenollosa]], seorang profesor di [[University of Tokyo|Universitas Kekaisaran Tokyo]] sejak 1878 dan Komisaris Seni Rupa untuk pemerintah Jepang dari 1886, menulis ''Masters of {{not a typo|Ukioye}}'' pada tahun 1896. Buku ini menjadi dasar penulisan sejarah ukiyo-e yang menguraikan perkembangan genre tersebut berdasarkan periode, dimulai dari Matabei hingga periode keemasan akhir abad ke-18 dan menurun dengan munculnya Utamaro. Fenollosa juga mencatat kebangkitan ukiyo-e dengan karya Hokusai dan Hiroshige pada 1830-an.{{sfn|Bell|2004|pp=3–5}} [[Laurence Binyon]], seorang kurator di British Museum, menulis ''Painting in the Far East'' pada 1908, melanjutkan pendekatan Fenollosa dan menambahkan Utamaro dan Sharaku sebagai maestro ukiyo-e. Pada 1915, [[Arthur Davison Ficke]] memperluas kajian sebelumnya dalam ''Chats on Japanese Prints'', sebuah karya komprehensif tentang seni cetak ukiyo-e.{{sfn|Bell|2004|pp=8–10}} Pada 1954, ''The Floating World'' karya [[James&nbsp;A. Michener]] mmenawarkan pendekatan kronologis tanpa klasifikasi periode, menganggap seniman-seniman awal bukan sebagai "primitif" tetapi sebagai maestro yang berbasis pada tradisi lukisan sebelumnya.{{sfn|Bell|2004|p=12}} Michener dan [[Richard Douglas Lane|Richard Lane]] berpendapat bahwa ukiyo-e dimulai dengan Moronobu, bukan dengan Matabei.{{sfn|Bell|2004|p=20}} Dalam karyanya ''Masters of the Japanese Print'' (1962), Lane tetap menggunakan pembagian periode dan memasukkan ukiyo-e dalam silsilah seni Jepang. Lane juga mengakui Yoshitoshi dan Kiyochika sebagai maestro dari periode akhir ukiyo-e.{{sfn|Bell|2004|pp=13–14}}
 
Karya''Traditional Woodblock Prints of Japan'' (1964) karya {{Interlanguage link|Seiichirō Takahashi|ja|3=高橋誠一郎}} mengklasifikasikan seniman ukiyo-e dalam tiga periode: periode awal yang mencakup Harunobu, periode keemasan dengan Kiyonaga, Utamaro, dan Sharaku, serta periode kemunduran yang terjadi setelah [[Hukum kemewahan|undang-undang ketat]] 1790-an yang membatasi tema karya seni. Buku ini juga memperkenalkan lebih banyak seniman dari periode terakhir dibandingkan karya sebelumnya,{{sfn|Bell|2004|pp=14–15}} dan melihat lukisan ukiyo-e sebagai kebangkitan kembali lukisan {{transl|ja|Yamato-e}}.{{sfn|Kita|2011|p=155}} {{Interlanguage link|Tadashi Kobayashi|ja|3=小林忠}} menyempurnakan analisis Takahashi yang mencatat kemunduran ukiyo-e bertepatan dengan melemahnya kekuasaan shogun yang menerapkan hukum ketat untuk menjaga stabilitas kekuasaan, dan berakhir dengan Restorasi Meiji pada 1868.{{sfn|Bell|2004|pp=15–16}}
 
Penelitian ukiyo-e sering terfokus pada katalogisasi seniman, yang dianggap kurang inovatif dibandingkan analisis seni lainnya. Katalog-katalog ini biasanya hanya menyoroti seniman yang dianggap jenius, dan penelitian orisinal terhadap seniman yang kurang terkenal jarang dilakukan.{{sfn|Hockley|2003|pp=13–14}} Meski aspek komersial ukiyo-e diakui, apresiasi terhadap seniman-seniman ini sering kali lebih didasari oleh preferensi estetika penikmat seni modern daripada kesuksesan mereka di masanya.{{sfn|Hockley|2003|pp=5–6}}
 
Pengakuan dalam kanon ukiyo-e mengalami perubahan pesat. Utamaro, yang awalnya dianggap sebagai simbol dekadensi oleh Fenollosa dan lainnya, kini diterima sebagai salah satu maestro besar ukiyo-e. Seniman abad ke-19 seperti Yoshitoshi pada awalnya diabaikan, namun akhirnya memperoleh perhatian akademis pada akhir abad ke-20.{{sfn|Bell|2004|pp=17–18}} Kajian terhadap seniman akhir seperti Kunisada dan Kuniyoshi telah menghidupkan kembali apresiasi terhadap mereka. Penelitian terkini lebih berfokus pada kondisi sosial di balik seni ukiyo-e tanpa mempersoalkan penilaian kemunduran yang seringkali dilekatkan pada periode ini.{{sfn|Bell|2004|pp=19–20}}
 
Novelis asal Jepang [[Jun'ichirō Tanizaki]] mengkritik pandangan Barat yang merasa telah "menemukan" ukiyo-e sebagai bentuk seni tinggi. Baginya, ukiyo-e adalah seni Jepang yang dapat dinikmati semua kalangan, namun nilai-nilai moral Konfusianisme kala itu membuat masyarakat Jepang enggan membicarakannya secara terbuka, sementara bangsa Barat dengan antusias memamerkan "penemuan" mereka.{{sfn|Yoshimoto|2003|p=65–66}}
 
[[File:Tagosaku to Mokube no Tokyo Kenbutsu.jpg|thumb|left|alt=Black-and-white comic strip in Japanese|Sejarah [[manga]] sering kali menelusuri leluhurnya pada ''[[Hokusai Manga]]''.{{pb}}[[Rakuten Kitazawa]], {{transl|ja|Tagosaku to Mokube no Tōkyō Kenbutsu}},{{efn|{{nihongo3|''Tagosaku and Mokube Sightseeing in Tokyo''|田吾作と杢兵衛の東京見物|Tagosaku to Mokube no Tokyo Kenbutsu}}}} 1902]]
 
Pada awal abad ke-20, sejarawan [[manga]]—komik dan kartun Jepang—menciptakan narasi yang menghubungkan manga modern dengan seni Jepang pra-abad ke-20. Secara khusus, ''Hokusai Manga'' dianggap sebagai pendahulu, meskipun buku ini bukan komik naratif dan istilah "manga" bukan berasal dari Hokusai.{{sfn|Stewart|2014|pp=28–29}} Dalam bahasa Inggris dan bahasa lain, "manga" merujuk pada komik Jepang,{{sfn|Stewart|2014|p=30}} sementara dalam bahasa Jepang istilah ini mencakup berbagai bentuk komik, kartun, dan karikatur.{{sfn|Johnson-Woods|2010|p=336}} {{sfn|Morita|2010|p=33}}
 
 
==Koleksi dan Pelestarian==
 
Pada zaman kelas penguasa di Jepang, rumah-rumah kelas sosial yang rendah memiliki ruang yang terbatas, sehingga lukisan-lukisan ukiyo-e ukuran kecil menjadi sangat ideal untuk dihiasi di rumah-rumah tersebut.{{sfn|Bell|2004|pp=140, 175}} Belum banyak catatan tentang pembeli lukisan ukiyo-e yang masih ada, namun lukisan-lukisan tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada lukisan cetak, dan kemungkinan besar dibeli oleh orang-orang kaya seperti pedagang dan kelas samurai.{{sfn|Bell|2004|p=137}} Lukisan-lukisan ukiyo-e yang masih ada kebanyakan berasal dari zaman akhir, karena diproduksi dalam jumlah paling banyak pada abad ke-19. Semakin tua sebuah lukisan, semakin kecil peluangnya untuk bertahan lebih lama.{{sfn|Kita|2011|p=149}} Ukiyo-e sangat terkait dengan kota Edo, dan para pengunjung sering kali membeli {{transl|ja|azuma-e}}{{efn|{{nihongo3|"pictures of the Eastern capital"|東絵|azuma-e}}}} sebagai kenang-kenangan. Toko-toko yang menjual {{transl|ja|azuma-e}} mungkin hanya menawarkan kipas genggam atau banyak pilihan lainnya.{{sfn|Marks|2012|p=10}}
 
Pasar cetak ukiyo-e memiliki beragam pelanggan dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pekerja harian hingga pedagang kaya.{{sfn|Bell|2004|p=140}} Namun, informasi yang konkret tentang produksi dan konsumsi ukiyo-e sangat sedikit. Tidak ada catatan yang terkait dengan ukiyo-e yang masih ada atau mungkin tidak pernah ada. Sulit untuk menentukan demografi konsumsi ''ukiyo-e'' karena harus menggunakan metode tidak langsung.{{sfn|Hockley|2003|pp=7–8}}
 
Menentukan harga cetakan juga sulit bagi para ahli karena sedikit catatan angka yang pasti dan variasi dalam kualitas produksi, ukuran,{{sfn|Kobayashi|Ōkubo|1994|p=216}} penawaran dan permintaan,{{sfn|Ōkubo|2013|p=31}} serta metode yang berubah seiring waktu.{{sfn|Ōkubo|2013|p=32}} Pada abad ke-19, terdapat catatan bahwa harga cetakan mulai dari 16 {{transl|ja|[[mon Jepang (mata uang)|mon]]}}{{sfn|Ōkubo|2008|pp=151–153}} hingga 100 {{transl|ja|mon}} untuk edisi mewah.{{sfn|Kobayashi|Ōkubo|1994|p=217}} Namun, harga yang dianggap mahal sulit ditentukan karena kondisi sosial dan ekonomi yang selalu berubah.{{sfn|Kobayashi|Ōkubo|1994|pp=216–217}} Sebagai perbandingan, semangkuk mie [[soba]] di awal abad ke-19 biasanya dijual dengan harga 16 {{transl|ja|mon}}.{{sfnm|1a1=Kobayashi|1a2=Ōkubo|1y=1994|1p=217|2a1=Bell|2y=2004|2p=174}}
{{Clear}}
 
[[File:Ichiyōsai Yoshitaki pre-fade post-fade.jpg|thumb|alt=Colour print illustration of a Japanese woman crouching. The image combines two photos of the same image. The right side of the photo is faded.|Cetakan Ukiyo-e peka terhadap cahaya. Bagian kiri menunjukkan cetakan ini pada tahun 1989, bagian kanan menunjukkan cetakan yang sama setelah dipamerkan sampai tahun 2001.{{pb}}[[Utagawa Yoshitaki]], abad ke-19]]
 
Pewarna yang digunakan dalam cetakan dapat memudar bahkan pada tingkat cahaya rendah. Oleh karena itu, penting untuk menjaga tampilannya dalam jangka panjang. Kertas yang digunakan juga sensitif terhadap bahan [[acid|asam]], jadi penting untuk menyimpan cetakan dalam kotak penyimpanan yang memiliki pH netral atau [[Alkalinitas|basa]]. Cetakan juga perlu diperiksa secara teratur untuk mengetahui masalah yang memerlukan perawatan dan disimpan pada [[Kelembapan relatif|kelembaban relatif]] atau kurang untuk mencegah perubahan warna akibat jamur.{{sfn|Fiorillo|1999–2001}}
 
Selain itu, perubahan musiman dalam kelembapan juga dapat merusak kertas dan pigmen dalam lukisan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan dudukan yang fleksibel agar kertas tidak robek. Pada zaman Edo, lembaran kertas dipasang pada kertas berserat panjang dan disimpan dalam keadaan tergulung di dalam kotak [[Paulownia tomentosa|kayu paulownia]] polos yang diletakkan dalam kotak kayu berlapis pernis lainnya.{{sfn|Fleming|1985|p=61}} Dalam pengaturan museum, penting untuk membatasi waktu pajangan dan berhati-hati saat membuka dan menggulung ulang cetakan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada kertas.{{sfn|Fleming|1985|p=75}} Kelembapan tempat penyimpanan gulungan juga perlu dijaga agar tidak terlalu kering yang dapat membuat cetakan menjadi rapuh.{{sfn|Toishi|1979|p=25}}
 
Cetakan ''ukiyo-e'' memiliki variasi kondisi, kelangkaan, biaya, dan kualitas Mereka mungkin memiliki cacat seperti noda, [[foxing|''foxing'']], lubang cacing, sobekan, lipatan, atau tanda anjing, dan warnanya mungkin pudar atau telah diperbaiki. Pengukir juga mungkin telah mengubah warna atau komposisi cetakan. Jika dipotong, kertas mungkin terpotong di dalam margin.{{sfn|Harris|2011|p=180, 183–184}} Nilai cetakan tergantung pada reputasi seniman, kondisi cetakan, kelangkaan, dan apakah cetakan tersebut asli. Cetakan yang dibuat kemudian, meskipun berkualitas tinggi, tidak akan memiliki harga yang sebanding dengan cetakan asli.{{sfn|Fiorillo|2001–2002a}} Oleh karena itu, mengumpulkan cetakan ''ukiyo-e'' melibatkan pertimbangan yang berbeda dengan mengumpulkan lukisan.
 
Cetakan Ukiyo-e sering mengalami perubahan dalam beberapa edisi, termasuk yang dibuat dari balok kayu yang dipotong ulang. Edisi yang dibuat dari balok kayu yang dipotong ulang juga beredar, seperti reproduksi resmi, serta tidak asli dan tiruan lainnya.{{sfn|Fiorillo|1999–2005}} Takamizawa Enji (1870–1927), seorang produsen reproduksi ''ukiyo-e'', mengembangkan metode pemotongan ulang blok kayu untuk mencetak warna baru pada gambar asli yang sudah pudar. Ia juga menggunakan abu tembakau agar tinta baru terlihat lebih tua. Cetakan baru ini dijual sebagai cetakan asli,{{sfn|Merritt|1990|p=36}} dan beberapa kolektor seperti arsitek Amerika Serikat, [[Frank Lloyd Wright]], tertipu dan membawa 1.500 cetakan Takamizawa dari Jepang ke Amerika Serikat. Beberapa cetakan tersebut telah dijual sebelum kebenarannya diketahui.{{sfn|Fiorillo|2001–2002b}}
 
Seniman ''ukiyo-e'' terkenal dalam seni Jepang dengan gaya unik, di mana nama keluarga diletakkan di depan nama pribadi. Para seniman terkenal seperti Utamaro dan Hokusai terkenal hanya dengan nama mereka.{{sfn|Lane|1962|p=313}} Cetakan ''ukiyo-e'' biasanya dikenal dengan nama-nama [[Cetak balok kayu di Jepang#Ukuran cetakan|ukuran standar]], seperti {{transl|ja|aiban}} {{convert|34.5|x|22.5|cm|in|adj=on}}, {{transl|ja|chūban}} {{convert|22.5|x|19|cm|in|adj=on}}, dan {{transl|ja|ōban}} {{convert|38|x|23|cm|in|adj=on}} dengan ukuran yang bervariasi.{{sfn|Harris|2011|p=31}}{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=40}}
{{Clear}}
 
[[File:Japan Ukiyoe Museum.JPG|thumb|left|alt=Photograph of a modernistic building|[[Museum Ukiyo-e Jepang]]]]
 
Banyak koleksi ''ukiyo-e'' berkualitas tinggi terbesar ada di luar Jepang,{{sfn|Merritt|1990|p=13}} seperti koleksi di [[Bibliothèque nationale de France|Perpustakaan Nasional Prancis]] pada paruh pertama abad ke-19 dan [[British Museum]] yang memulai koleksinya pada tahun 1860{{sfn|Bell|2004|p=38}} hingga memiliki lebih dari 70.000 cetakan.{{sfn|Merritt|1990|pp=13–14}} Koleksi ukiyo-e terbesar, dengan lebih dari 100.000 cetakan, dapat ditemukan di [[Museum Seni Rupa, Boston]],{{sfn|Merritt|1990|p=13}} yang dimulai dengan sumbangan koleksi Ernest Fenollosa pada tahun 1912.{{sfn|Bell|2004|p=39}} Pameran pertama untuk cetakan ukiyo-e di Jepang diadakan oleh [[Kōjirō Matsukata]] pada tahun 1925, yang menarik koleksi cetakan dari Paris selama Perang Dunia I dan menyumbangkannya ke [[Museum Nasional Seni Modern, Tokyo]].{{sfn|Checkland|2004|p=107}} Di Jepang sendiri, koleksi ukiyo-e terbesar dengan 100.000 cetakan bisa ditemukan di [[Museum Ukiyo-e Jepang]] di [[Matsumoto, Nagano|kota Matsumoto]].{{sfn|Garson|2001|p=14}}
 
{{Clear}}
 
Tsukioka Yoshitoshi dikenal sebagai ''grandmaster'' terakhir ukiyo-e. Karya-karyanya sangat bergaya Barat dan bersentuhan halus. Dari tangannya lahir karya-karya seperti [[Koran|surat kabar]] ukiyo-e (nishiki-e shimbun), lukisan bertema sejarah ([[rekishiga]]), dan lukisan bertema erotis ([[fūzokuga]]). Prihatin dengan kemunduran ukiyo-e, murid-muridnya disuruh untuk belajar hal-hal lain selain ukiyo-e. Salah seorang murid Yoshitoshi yang bernama [[Kaburaki Kiyokata]] berhasil menjadi pelukis Jepang yang sangat terkenal.
 
==Catatan==
{{Notelist|colwidth=40em}}
 
 
==Referensi==
Baris 215 ⟶ 362:
===Jurnal akademik===
{{Refbegin|colwidth=40em}}
* {{cite journal|title = A Pigment Census of Ukiyo-E Paintings in the Freer Gallery of Art|first = Elisabeth West|last = Fitzhugh <!-- [http://www.bcin.ca/Interface/bcin.cgi?Search=Search&Browse=browse&Authorindex=FITZHUGH%2C%20ELISABETH%20WEST&Language=] lists "Fitzhugh, Elisabeth West" rather than "West Fitzhugh, Elisabeth". I hope this is correct -->|journal = Ars Orientalis|volume = 11|year = 1979|pages = 27–38|publisher = Freer Gallery of Art, The Smithsonian Institution and Department of the History of Art, University of Michigan|jstor = 4629295|ref=harv}}
* {{cite journal|last= Fleming|first = Stuart|title= Ukiyo-e Painting: An Art Tradition under Stress|journal = Archaeology|volume= 38|issue = 6|date= November–December 1985|pages= 60–61, 75|publisher = [[Archaeological Institute of America]]|jstor = 41730275|ref=harv}}
* {{cite journal
|last = Hickman
Baris 227 ⟶ 374:
|publisher = [[Museum of Fine Arts, Boston]]
|jstor = 4171617
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 240 ⟶ 388:
|jstor = 1512790
|s2cid = 193121981
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 252 ⟶ 401:
|publisher = [[Cleveland Museum of Art]]
|jstor = 25159874
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 264 ⟶ 414:
|publisher = [[Archaeological Institute of America]]
|jstor = 41731745
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 277 ⟶ 428:
|doi = 10.2307/1483579
|jstor = 1483579
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 289 ⟶ 441:
|publisher = [[Philadelphia Museum of Art]]
|jstor = 3795440
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 300 ⟶ 453:
|publisher = Freer Gallery of Art, The Smithsonian Institution and Department of the History of Art, University of Michigan
|jstor = 4629294
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 313 ⟶ 467:
|jstor = 312343
|doi = 10.1017/s0026749x00016371|s2cid = 145105044
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 325 ⟶ 480:
|publisher = [[Cleveland Museum of Art]]
|jstor = 25152585
|ref = harv
}}
* {{cite journal
Baris 341 ⟶ 497:
|doi = 10.2307/1503900
|jstor = 1503900
|ref = harv
}}
{{Refend}}
 
===BooksBuku===
{{Refbegin|colwidth=40em}}
* {{cite book
Baris 359 ⟶ 516:
|publisher = [[University of Hawaii Press]]
|isbn = 978-0-8248-2018-3
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 367 ⟶ 525:
|publisher = [[Global Oriental]]
|isbn = 978-1-901903-41-6
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 376 ⟶ 535:
|publisher = Getty Publications
|isbn = 978-0-89236-510-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 386 ⟶ 546:
|publisher = [[Random House]]
|isbn = 978-0-307-43227-8
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 399 ⟶ 560:
|publisher = [[Chazen Museum of Art]]
|isbn = 978-0-932900-64-7
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 408 ⟶ 570:
|publisher = [[Cengage Learning]]
|isbn = 978-0-534-64114-6
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 417 ⟶ 580:
|publisher = [[Routledge]]
|isbn = 978-0-203-22183-9
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 429 ⟶ 593:
|publisher = [[Kodansha International]]
|isbn = 978-4-7700-2387-2
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 439 ⟶ 604:
|publisher = [[Harvard University Press]]
|isbn = 978-0-674-01753-5
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 448 ⟶ 614:
|publisher = [[Alfred Music]]
|isbn = 978-1-4574-0504-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 459 ⟶ 626:
|publisher = [[Psychology Press]]
|isbn = 978-3-7186-5687-5
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 468 ⟶ 636:
|publisher = [[Tuttle Publishing]]
|isbn = 978-4-8053-1098-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 478 ⟶ 647:
|publisher = [[Tuttle Publishing]]
|isbn = 978-0-8048-3464-3
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 488 ⟶ 658:
|publisher = [[Phaidon Press]]
|oclc = 1439680
|ref = harv
}}{{ISBN?}}
}}
* {{cite book
|last = Hockley
Baris 497 ⟶ 668:
|publisher = [[University of Washington Press]]
|isbn = 978-0-295-98301-1
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 508 ⟶ 680:
|publisher = [[Laurence King Publishing]]
|isbn = 978-1-85669-451-3
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 517 ⟶ 690:
|publisher = Biblo & Tannen Publishers
|isbn = 978-0-8196-0282-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 529 ⟶ 703:
|publisher = [[Kodansha International]]
|isbn = 978-0-87011-787-9
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 538 ⟶ 713:
|oclc = 1009573
|url = http://resources.metmuseum.org/resources/metpublications/pdf/The_Great_Wave_The_Influence_of_Japanese_Woodcuts_on_French_Prints.pdf
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 547 ⟶ 723:
|publisher = Continuum International Publishing Group
|isbn = 978-0-8264-2938-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 558 ⟶ 735:
|publisher = [[Manchester University Press]]
|isbn = 978-0-7190-4467-0
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 568 ⟶ 746:
|publisher = [[Crown Publishing Group|Crown Publishers]]
|oclc = 21250
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 575 ⟶ 754:
|url = https://books.google.com/books?id=cY0DAi1-GP4C
|year = 2010
|publisher = [[Peter Lang (publisherpenerbit)|Peter Lang]]
|isbn = 978-3-0343-0317-0
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 586 ⟶ 766:
|publisher = [[University of Hawaii Press]]
|isbn = 978-0-8248-1826-5
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 601 ⟶ 782:
|pages = 149–162
|chapter = Japanese Prints
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 613 ⟶ 795:
|language = ja
|isbn = 978-4-7843-0150-8
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 622 ⟶ 805:
|publisher = [[Kodansha International]]
|isbn = 978-4-7700-2182-3
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 630 ⟶ 814:
|isbn =
|year = 1962
|publisher = [[Doubleday (publisherpenerbit)|Doubleday]]
|oclc = 185540172
|ref = harv
}}{{ISBN?}}
}}
* {{cite book
|last1 = Lewis
Baris 643 ⟶ 828:
|publisher = [[Cengage Learning]]
|isbn = 978-0-534-64103-0
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 654 ⟶ 840:
|publisher = Ōtsuka Kōgeisha
|oclc = 423972712
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 664 ⟶ 851:
|publisher = [[Oxford University Press]]
|isbn = 978-0-19-972965-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 673 ⟶ 861:
|publisher = Tuttle Publishing
|isbn = 978-1-4629-0599-7
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 682 ⟶ 871:
|publisher = [[Weatherhill]]
|isbn = 978-0-8348-0209-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 691 ⟶ 881:
|publisher = [[University of Hawaii Press]]
|isbn = 978-0-8248-1200-3
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 701 ⟶ 892:
|publisher = [[University of Hawaii Press]]
|isbn = 978-0-8248-0873-0
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 710 ⟶ 902:
|publisher = [[Tuttle Publishing|Charles E. Tuttle Company]]
|oclc = 187406340
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 724 ⟶ 917:
|year = 2010
|isbn = 978-4-905187-03-5
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 733 ⟶ 927:
|publisher = [[Tuttle Publishing|Charles E. Tuttle Company]]
|isbn = 9780804800426
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 743 ⟶ 938:
|language = ja
|isbn = 978-4-13-083071-3
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 756 ⟶ 952:
|publisher = Studio Editions
|isbn = 978-1-85170-620-4
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 765 ⟶ 962:
|publisher = [[Kodansha International]]
|isbn = 978-4-7700-2978-2
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 775 ⟶ 973:
|language = ja
|isbn = 978-4-00-431163-8
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 785 ⟶ 984:
|language = ja
|isbn = 978-4-642-07915-0
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 794 ⟶ 994:
|url = http://dmr.bsu.edu/utils/getfile/collection/BSMngrph/id/11/filename/2.pdf
|oclc = 681751700
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 800 ⟶ 1.001:
|title = Japanese Woodblock Prints
|year = 1978
|publisher = Antik & Auktion}}
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Salter
Baris 809 ⟶ 1.012:
|publisher = [[University of Hawaii Press]]
|isbn = 978-0-8248-2553-9
|ref = harv
}}
* {{cite book
Baris 818 ⟶ 1.022:
|publisher = [[University of Hawaii Press]]
|isbn = 978-0-8248-3083-0
|ref = harv
}}
* {{cite book|last= Screech|first= Timon|author-link = Timon Screech|title= Sex and the Floating World: Erotic Images in Japan, 1700–1820|url= https://books.google.com/books?id=RFxXR0QKywYC|year= 1999|publisher = Reaktion Books|isbn= 978-1-86189-030-6|ref=harv}}
* {{cite book|last= Seton|first = Alistair|title = Collecting Japanese Antiques|url= https://books.google.com/books?id=c4vyQwAACAAJ|year= 2010|publisher = [[Tuttle Publishing]]|isbn= 978-4-8053-1122-6|ref=harv}}
* {{cite book|last= Sims|first= Richard|title = French Policy Towards the Bakufu and Meiji Japan 1854–95|url = https://books.google.com/books?id=NSCOMbxs2ssC|year = 1998|publisher = Psychology Press|isbn= 978-1-873410-61-5|ref=harv}}
* {{cite book|last= Statler|first= Oliver|title = Modern Japanese Prints: An Art Reborn|year = 1959|publisher = [[Tuttle Publishing|Charles E. Tuttle Company]]|ref=harv}}
* {{cite book|last= Stewart|first= Basil|author-link = Basil Stewart|title= A Guide to Japanese Prints and Their Subject Matter|url=https://books.google.com/books?id=V1GT9NI8oFcC|year= 1922|publisher = Courier Corporation|isbn= 978-0-486-23809-8|ref=harv}}
* {{cite book|last= Stewart|first= Ronald|chapter= Manga as Schism: Kitazawa Rakuten's Resistance to "Old-Fashioned" Japan|title= Manga's Cultural Crossroads|editor1-last = Berndt|editor1-first = Jaqueline|editor2-last = Kümmerling-Meibauer|editor2-first = Bettina|chapter-url=https://books.google.com/books?id=GdwJAgAAQBAJ&pg=PA27|year= 2014|publisher = Routledge|isbn= 978-1-134-10283-9|pages = 27–49|ref=harv}}
* {{cite book|last= Sullivan|first= Michael|title= The Meeting of Eastern and Western Art|url = https://archive.org/details/bub_gb_PMFwC1gP0BkC|year= 1989|publisher = [[University of California Press]]|isbn= 978-0-520-05902-3|ref=harv}}
* {{cite book|last= Suwa|first = Haruo|script-title=ja:日本人と遠近法|trans-title = The Japanese and Graphical Perspective|year = 1998|publisher= [[Chikuma Shobō]]|language= ja|isbn = 978-4-480-05768-6|ref=harv}}
* {{cite book|last = Takeuchi|first = Melinda|author-link = Melinda Takeuchi|title= The Artist as Professional in Japan|url=https://books.google.com/books?id=UNdm2YstVrEC|year= 2004|publisher = [[Stanford University Press]]|isbn= 978-0-8047-4355-6|ref=harv}}
* {{cite book|last= Webber|first= Pauline|chapter= The care of Japanese prints|title= The Hotei encyclopedia of Japanese woodblock prints|editor-last=Newland|editor-first = Amy Reigle|year= 2005|publisher= Hotei Publishing|isbn = 90-74822-65-7|pages= 351–370|ref=harv}}
* {{cite book|last= Winegrad|first = Dilys Pegler|title= Dramatic Impressions: Japanese Theatre Prints from the Gilbert Luber Collection|url=https://books.google.com/books?id=Ng78EuTmpXUC|year= 2007|publisher = [[University of Pennsylvania Press]]|isbn= 978-0-8122-1985-2|ref=harv}}
* {{cite book|last= Yashiro|first= Yukio|title= 2000 Years of Japanese Art|url = https://books.google.com/books?id=yqkQAQAAMAAJ|year= 1958|publisher=[[Abrams Books|H. N. Abrams]]|oclc= 1303930|ref=harv}}
* {{cite book|last= Yoshimoto|first= Mitsuhiro|chapter= Reexamining the East and the West: Tanizaki Jun'ichiro, 'Orientalism', and Popular Culture|pages= 53–75|editor-last = Lau|editor-first = Jenny Kwok Wah|title= Multiple Modernities: Cinemas and Popular Media in Transcultural East Asia|chapter-url= https://books.google.com/books?id=YmiI7MjnqjYC&pg=PA65|year = 2003|publisher = [[Temple University Press]]|isbn = 978-1-56639-986-9|ref=harv}}
{{Refend}}
 
===Web===
{{Refbegin|colwidth=40em}}
* {{cite web |author = AFP–Jiji staff |title = Utamaro woodblock print fetches world-record €745,000 in Paris |url=http://www.japantimes.co.jp/news/2016/06/23/national/18th-century-utamaro-woodblock-print-fetches-world-record-e745000-paris/#.WEZ_8jcSjNM |work= [[Agence France-Presse|AFP]]–[[Jiji Press]] |date = 2016-06-23 |access-date = 2016-12-06 |archive-url = https://web.archive.org/web/20160624142226/http://www.japantimes.co.jp/news/2016/06/23/national/18th-century-utamaro-woodblock-print-fetches-world-record-e745000-paris/ |archive-date = 24 June 2016 |url-status = dead|ref=harv}}
* {{cite web|last= Fiorillo|first= John|title= Kindai Hanga|work= Viewing Japanese Prints<!-- formerly hosted by Berkeley at http://spectacle.berkeley.edu/~fiorillo/ -->|url= http://viewingjapaneseprints.net/texts/kindai_hanga/intro_kindai.html|access-date = 2013-12-07|ref= {{SfnRef|Fiorillo|1999}} }}
* {{cite web|last = Fiorillo|first= John|title= FAQ: Care and Repair of Japanese Prints|work= Viewing Japanese Prints|url=http://www.viewingjapaneseprints.net/texts/topics_faq/faq_care_and_repair.html|access-date = 2013-12-17|ref= {{SfnRef|Fiorillo|1999–2001}} }}