Syubhat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(13 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Syubhat''', ''Syubuhat'', atau Subhat merupakan istilah di dalam Islam yang menyatakan tentang keadaan yang samar tentang [[halal|kehalalan]] atau keharaman dari sesuatu. ''Syubhat'' juga dapat merujuk kepada sebuah keadaan kerancuan berpikir dalam memahami sesuatu hal, yang mengakibatkan sesuatu yang salah terlihat benar atau sebaliknya. Dalam permasalahan kontemporer seringkalisering kali umat yang awam menghadapi permasalahan yang belum jelas dan meragukan sehingga dibutuhkan keterangan atau penelitian lebih lanjut, [[syariat]] Islam menuntut segala sesuatu dilakukan atas dasar keyakinan bukan keragu-raguan. Sering kali dibutuhkan [[fatwa]] dan [[ijtihad]] [[ulama]] untuk menentukan status hukumnya..
 
== Definisi Syubhat ==
=== Definisi menurut bahasa Indonesia ===
DidalamDi dalam KBBI didefinisikan sebagai "keragu-raguan atau kekurangjelasan tentang sesuatu (apakah halal atau haram dsb); karena kurang jelas status hukumnya; tidak terang (jelas) antara halal dan haram atau antara benar dan salah. Kata kerja bersyubhat berarti "menaruh keragu-raguan".<ref>httphttps://kbbi.webkemdikbud.go.id/entri/syubhat</ref>.
 
=== Definisi menurut istilah syar'i ===
Syubhat adalah ketidakjelasan atau kesamaran, sehingga tidak bisa diketahui halal haramnya sesuatu secara jelas. Syubhat terhadap sesuatu bisa muncul baik karena ketidakjelasan status hukumnya, atau ketidakjelasan sifat atau faktanya. Status hukumnya dapat diketahui baik berdasarkan nash ataupun berdasarkan ijtihad yang dilakukan ulama dengan metode qiyas, istishab, dan sebagainya.
 
Syubhat berbeda dengan perkara yang sudah jelas pengharamannya, atau dengan halal, [[makruh]], wajib, dan sunat. Syubhat muncul karena ketidaktahuan, bukan dari pengetahuan. Kondisi tersebut akan terus meragukan dan tidak akan pernah melahirkan kemantapan dalam menentukan sikap, hingga datangnya penjelasan dari ulama. Kondisi seperti ini umumnya dialami kebanyakan oleh kelompok awam. Syubhat sesungguhnya menggambarkan pengetahuan objektif sebagian besar orang terhadap status hukum suatu perkara. Sebab, dalam pandangan hukum syariat, tidak ada satu pun masalah yang tidak memiliki status hukum. Sekalipun kadang-kadang diperdebatkan, ketidakjelasannya bukan karena keraguan, tapi berlandaskan keilmuan yang jelas. Seseorang yang masih ragu-ragu terhadap hukum suatu perkara, dan belum jelas mana yang benar baginya, maka perkara itu dianggap syubhat baginya, dia harus menjauhi perkara tersebut hingga jelas baginya status kehalalannya. Sedangkan bagi orang yang tahu ([[Ulama|fahampaham/berilmu]]), status perkaranya sudah jelas, walau kadang terdapat perbedaan pendapat dikalangan Ahlul ilmi (ulama), utamanya di antara mazhab-mazhab fiqih.
 
== Landasan hukum ==
Dari [[Hadis|hadits]] yang terdapat dalam [[Shahihain]]<ref>http://ukhuwah.uiwap.com/6</ref> dan juga dalam Arbain Nawawi:<ref>Arbain Nawawi, Karya Imam Nawawi, Hadits ke-6 tentang Halal, Haram dan Syubhat.</ref> :
{{Quote|”Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: ''Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. DiantaraDi keduanyaantarakeduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati'' “. | Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim.}}
 
Salah satu kaidah [[ushul fiqih]] berbunyi:
"والأصل في عاداتنا الإباحة حتى يجيء صارف الإباحة"
''Wal aslu fi ‘adatinal ibahati hatta yajii u soriful ibahah''
“Dan hukum asal dari sesuatu adalah boleh (halal), sampai ada dalil (nash) yang memalingkan dari hukum asal (menjadi haram)“.
 
== Kategori Syubhat menurut pendapat ulama ==
[[Imam Ahmad]] menafsirkan bahwa syubhat ialah perkara yang berada antara halal dan haram yakni yang betul-betul halal dan betul-betul haram. Dia berkata, "Barangsiapa yang menjauhinya, berarti dia telah menyelamatkan agamanya. Yaitu sesuatu yang bercampur antara yang halal dan haram."
 
Baris 26:
[[Al-Shan'ani]] berpendapat bahwa yang dimaksud dengan syubhat adalah hal-hal yang belum diketahui status halal dan haramnya hingga sebagian besar orang yang tidak tahu (awam) menjadi ragu antara halal dan haram. Hanya para ulama yang mengetahui status hukumnya dengan jelas, baik berdasarkan nash ataupun berdasarkan ijtihad yang mereka lakukan dengan metode qiyas, istishb, dan sebagainya. Adapun menurut Taqiyuddin An-Nabhani arti dari syubhat adalah ketidakjelasan atau kesamaran, sehingga tidak bisa diketahui halal haramnya sesuatu secara jelas. Syubhat terhadap sesuatu bisa muncul baik karena ketidakjelasan status hukumnya, atau ketidakjelasan sifat atau faktanya.
 
== Lihat pula ==
* [[Tamyiz]], kemampuan dalam membedakan yang benar dan yang salah, pelakunya disebut ''MummayizMumayyiz''.
* [[Mutasyabihat]], ayat [[Al-Qur'an]] yang mengandung makna ambigu yang untuk memahaminya dibutuhkan melihat kepada ayat yang lain atau hadits [[syarh|penjelas]].
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Istilah Islam]]