Tara Dharmasetu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Edmundobot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: ms:Dewi Tara
Raden Salman (bicara | kontrib)
k Usahakan merujuk pada tokoh yang ahli dalam bidangnya.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(20 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
:: ''Untuk pengertian lain, lihat [[Tara]]''
'''Dewi Tara''' adalah puteri [[Dharmasetu]], raja [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] yang kemudian menikah dengan [[Samaratungga]], raja Mataram Kuno dari [[Wangsa Syailendra]]. Ia memiliki putera bernama [[Balaputradewa]].
 
'''Tara''' merupakan Maharani [[Sriwijaya]] ke-10 bergelar Sri Kahulunan. Menurut [[Prasasti Nalanda]], Dewi Tara adalah Putri [[Dharmasetu]] yang menikah dengan [[Samaragrawira]] dari [[Wangsa Sailendra]], ia melahirkan [[Balaputradewa]] yang menjadi raja [[Kerajaan Sriwijaya]].
[[Kategori: Kerajaan Mataram Kuno]]
{{infobox royalty
| title = Tara <br> ( Menurut [[Prasasti Nalanda]] )<br> Srī Kahulunan<br> ( Menurut [[Prasasti Tri Tepusan]] )
| image =
| succession = Maharani [[Sriwijaya]] ke-10
| reign = 842 - 860
| predecessor = [[Samaratungga]]
| successor = [[Balaputradewa]]
| birth_name = Tara
| spouse = [[Samaragrawira]]
| issue = [[Balaputradewa]]
| house = [[Soma]]
| father = [[Dharmasetu]]
| mother =
| religion = [[Buddha]]
| succession2 =
| reign2 =
| predecessor2 =
| successor2 =
}}
Dalam Naskah Wangsakerta, disebutkan bahwa Samaragrawira mempunyai dua orang isteri yang satu melahirkan [[Pramodawardhani]] yang satunya lagi melahirkan [[Balaputradewa]].
 
Dengan demikian, maka diketahui kalau Balaputradewa adalah saudara Pramodawardhani. Namun, berbeda Ibu Kandung.
[[ms:Dewi Tara]]
 
== Identifikasi Prasasti Nalanda, Wukiran & Wantil ==
Dalam Prasasti Nalanda, dijelaskan kalau Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, dapat disimpulkan kalau Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya karena menjadi Permaisuri Raja Samaragrawira.
 
Hal itu juga diperkuat dengan temuan Prasasti Wukiran, Menurut sejarawan Boechari, di bukit Ratu Baka tidak dijumpai prasasti atas nama [[Balaputradewa]], melainkan atas nama Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]]. Mungkin tokoh ini yang memberontak terhadap pemerintahan Rakai Pikatan karena ia juga mengaku sebagai keturunan asli pendiri kerajaan, yaitu [[Sanjaya]].
 
Sementara itu istilah Walaputra dalam [[prasasti Wantil]] bermakna “putra bungsu”. Jadi, istilah ini bukan nama lain dari [[Balaputradewa]], melainkan julukan untuk [[Dyah Lokapala]], yaitu pahlawan yang berhasil mengalahkan Rakai Walaing, musuh ayahnya.
 
Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu [[Balaputradewa]] mungkin keliru. Karena [[Balaputradewa]] mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia memindahkan ibukota Sriwijaya ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif.
 
== Identifikasi Sri Kahulunan ==
=== Menurut Casparis ===
Sementara itu, prasasti Tri Tepusan tanggal [[11 November]] [[842]] menyebutkan adanya tokoh bergelar '''Sri Kahulunan''' yang membebaskan pajak beberapa desa agar penduduknya ikut serta merawat ''Kamulan Bhumisambhara'' (nama asli [[Candi Borobudur]]). Sejarawan Dr. De Casparis menafsirkan istilah ''Sri Kahulunan'' dengan “[[permaisuri]]”, yaitu Pramodawardhani, karena pada saat itu [[Rakai Pikatan]] diperkirakan sudah menjadi raja.
 
(Pendapat Casparis telah terbantahkan oleh Boechari berdasarkan kisah Mahabharata, karena Jika tetap istilah Sri Kahulunan ditafsirkan sebagai permaisuri. Maka, permaisuri itulah istri dari [[Samaratungga]]).
 
=== Menurut Boechari ===
Pendapat lain dikemukakan oleh Drs. Boechari yang menafsirkan ''Sri Kahulunan'' sebagai [[ibu suri]]. Misalnya, dalam ''[[Mahabharata]]'' tokoh [[Yudhisthira]] memanggil ibunya, yaitu [[Kunti]], dengan sebutan ''Sri Kahulunan''. Jadi, menurut versi ini, tokoh ''Sri Kahulunan'' bukan Pramodawardhani, melainkan ibunya, yaitu istri [[Samaratungga]].
 
(Pendapat Boechari yang menafsirkan Sri Kahulunan sebagai Ibu suri / Ratu. Hal itu sesuai dengan isi prasasti Nalanda. Bahwa Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, Kemungkinan besar Dewi Tara lah yang menjadi permaisuri Samaragrawira sekaligus Ibu Ratu dari Balaputradewa).
== Referensi ==
* Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya
 
{{s-start}}
{{Succession box|jabatan=Maharani Sriwijaya{{br}}'''<small>{{nowrap|Menurut [[Prasasti Tri Tepusan]]}}<br> Berdasarkan Kajian Boechari</small><br>([[Wangsa Soma]])|tahun=842 - 860|pendahulu=[[Samaratungga]]|pengganti=[[Balaputradewa]]}}
{{End}}
 
[[Kategori:Wangsa Soma]]
[[Kategori:Maharani Sriwijaya]]
[[Kategori: Kerajaan Mataram KunoSriwijaya]]