Khalid bin Walid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(13 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 32:
*Sulaiman
*[[Al-Muhajir bin Khalid bin Walid|Al-Muhajir]]}}
'''Abū Sulaimān Khālid bin al-Walīd bin al-Mughīrah al-Makhzūmī''' ({{lang-ar|أبو سليمان خالد بن الوليد بن المغيرة المخزومي}}; 585–642), meninggal 642 M) adalah seorang komandan [[Muslim]] [[Arab Saudi|Arab]] yang melayani [[nabi
Khalid merupakan seorang prajurit berkuda dari klan aristokrat suku [[Quraisy]], Makhzum, yang sebelumnya dengan gigih menentang
Khalid kemudian bergerak melawan suku-suku Arab yang sebagian besar beragama Kristen dan garnisun [[Kekaisaran Sasaniyah|Persia Sasaniyah]] di lembah [[Sungai Efrat|Efrat]] di [[Irak]]. Dia ditugaskan kembali oleh Abu Bakar untuk memimpin pasukan Muslim di Suriah dan dia memimpin anak buahnya di sana dalam sebuah pergerakan yang tidak konvensional melintasi hamparan [[Gurun Suriah]] yang panjang dan tak berair, mendongkrak reputasinya sebagai ahli strategi militer. Sebagai hasil dari kemenangan yang menentukan melawan Bizantium di Ajnadain (634), Fahl (634 atau 635), [[Damaskus]] (634-635) dan Yarmuk (636), kaum Muslim di bawah Khalid berhasil menguasai sebagian besar Suriah. Dia kemudian diturunkan dari komando tinggi oleh Umar. Khalid melanjutkan tugasnya sebagai letnan kunci dari penggantinya, Abu Ubaidah bin al-Jarrah dalam pengepungan Homs dan Aleppo dan Pertempuran Qinnasrin, semuanya pada tahun 637-638, yang secara kolektif memicu mundurnya pasukan kekaisaran Bizantium di bawah Kaisar Heraclius dari Suriah. Umar memberhentikan Khalid dari jabatannya sebagai gubernur Qinnasrin sesudahnya dan ia meninggal di [[Madinah]] pada tahun 642.
Khalid secara umum dianggap oleh para sejarawan sebagai salah satu jenderal Islam awal yang paling cakap dan berpengalaman. Pencapaiannya dikenang secara luas oleh umat muslim Arab. Riwayat-riwayat Islam memuji Khalid atas taktik medan perang dan kepemimpinannya yang efektif pada penaklukan-penaklukan awal yang dilancarkan oleh umat Muslim, tetapi juga menudingnya telah mengeksekusi secara ilegal anggota suku Arab yang telah memeluk Islam, yaitu anggota-anggota Bani Jadhima selama masa hidup Muhammad dan Malik bin Nuwairah selama perang Riddah, begitupula pelanggaran moral dan fiskal di Suriah. Kemasyhuran militernya meresahkan beberapa Muslim awal yang saleh, termasuk [[Umar bin Khattab]], yang takut hal itu dapat berkembang menjadi kultus terhadap individu.
== Leluhur dan kehidupan awal ==
Ayah Khalid adalah al-Walid bin al-Mughirah, seorang penengah perselisihan lokal di Makkah di [[Hijaz]] (Arabia barat).{{sfn|Hinds|1991|p=138}} Al-Walid diidentifikasi oleh sejarawan [[Ibnu Hisyam]] (wafat 833), [[Ibnu Duraid]] (wafat 837) dan [[Ibnu Habib]] (wafat 859) sebagai "pencemooh" nabi Islam [[Muhammad]] yang disinggung dalam [[Surah|surah-surah]] [[Al-Qur'an]] yang turun ketika di Makkah.{{sfn|Hinds|1991|p=138}} Dia berasal dari [[Bani Makhzum]], klan terkemuka dari suku [[Quraisy]] dan aristokrasi [[Makkah]] pra-Islam.{{sfn|Hinds|1991|pp=137–138}} Bani Makhzum dianggap berjasa dalam memperkenalkan perdagangan Makkah ke pasar-pasar asing,{{sfn|Lammens|1993|p=171}} khususnya [[Yaman]] dan Abyssinia ([[Etiopia|Ethiopia]]),{{sfn|Hinds|1991|pp=137–138}} dan mengembangkan reputasi di kalangan suku Quraisy karena kecerdasan, kebangsawanan dan kekayaan mereka.{{sfn|Lammens|1993|p=171}} Kemasyhuran mereka merupakan berkat kepemimpinan kakeknya Khalid dari pihak ayahnya, yakni [[al-Mughirah bin Abdullah]].{{sfn|Lammens|1993|p=171}} Paman Khalid dari pihak ayahnya, yaitu [[Hisyam bin al-Mughirah|Hisyam]], dikenal sebagai 'penguasa Makkah' dan tanggal kematiannya digunakan oleh kaum Quraisy sebagai awal dari kalender mereka.{{sfn|Hinds|1991|p=137}} Sejarawan Muhammad Abdulhayy Shaban mendeskripsikan Khalid sebagai "seorang pria yang memiliki kedudukan yang cukup tinggi" di dalam klannya dan [[Makkah]] secara umum.{{sfn|Shaban|1971|pp=23–24}}
Ibu Khalid adalah al-Ashma' binti al-Harits bin Hazn, yang umumnya dikenal sebagai Lubabah as-Sughra ('Lubaba si kecil', untuk membedakannya dari kakak seayahnya, [[Lubabah binti al-Harits|Lubabah al-Kubra]]) dari suku nomaden [[Banu Hilal|Bani Hilal]].{{sfn|Landau-Tasseron|1998|pp=202–203}} Lubabah al-Sughra masuk Islam sekitar 622 M dan saudari tirinya dari pihak ayahnya, [[Maimunah binti al-Harits]], menjadi istri dari Muhammad. Melalui hubungan dari pihak ibunya, Khalid menjadi sangat akrab dengan gaya hidup suku [[Suku Badui (Arab)|Badui]] (Arab nomaden).{{sfn|Lecker|2004|p=694}}
Baris 73:
Sebagian besar suku di Arab, kecuali mereka yang mendiami sekitar Makkah, Madinah dan Ta'if berusaha untuk menghentikan kesetiaan mereka kepada negara Muslim yang baru lahir setelah kematian Muhammad atau memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan formal dengan Madinah.{{sfn|Shoufani|1973|pp=77– 78}} Sejarah awal Islam menggambarkan upaya Abu Bakar untuk mendirikan atau menegakkan kembali kekuasaan Islam atas suku-suku sebagai [[Perang Riddah]] yaitu peperangan yang ditujukan untuk melawan orang yang murtad. Pandangan tentang perang ini oleh sejarawan modern sangat bervariasi. Watt setuju dengan bahwa tindakan suku-suku di Arab yang memutuskan hubungan formal mereka dengan Madinah sebagai oposisi terhadap Islam, sementara [[Julius Wellhausen]] dan [[C. H. Becker]] berpendapat bahwa suku-suku itu hanya menentang kewajiban pajak (zakat) ke Madinah daripada menolak Islam sebagai agama. Dalam pandangan [[Leone Caetani]] dan [[Bernard Lewis]], suku-suku lawan yang telah menjalin hubungan dengan Madinah menganggap kewajiban salat dan zakat mereka sebagai kontrak pribadi dengan Muhammad dan bahwa upaya mereka untuk menegosiasikan persyaratan yang berbeda setelah kematian Muhammad ditolak oleh Abu Bakar, yang kemudian memutuskan untuk menggerakkan kampanye dalam rangka melawan suku-suku tersebut.{{sfn|Shoufani|1973|pp=72–73}}
Dari enam zona konflik utama di Arab selama perang Riddah, dua diantaranya berpusat di [[Najd]] (dataran tengah Arab). Kedua pertempuran tersebut antara lain adalah pertempuran melawan pemberontak dari [[Bani Asad bin Khuzaimah|Asad]], [[Tayy]] dan [[Bani Ghatafan|suku Ghatafan]] di bawah [[Thulaihah al-Asadi|Thulaihah]] dan pemberontakan suku [[Banu Tamim|Tamim]] yang dipimpin oleh [[Sajah binti al-Harits]]. Kedua pemimpin pemberontakan itu mengaku sebagai nabi.{{sfn|Lecker|2004|p=692}}{{sfn|Watt|1960|p=110}} Setelah Abu Bakar menggagalkan ancaman ke Madinah oleh Ghatafan di [[Pertempuran Dzul Qassa]],{{sfn|Kennedy|2004|p=55}} dia mengirim Khalid melawan suku pemberontak di Najd.{{sfn|Lecker|2004|p=693}}{{efn|Abu Bakar sebelumnya telah mengirim sebagian besar tentara Muslim, di bawah [[Usamah bin Zaid]] untuk menyerang Suriah Bizantium, meskipun ada ancaman terhadap kota-kota Muslim di Hijaz oleh suku-suku nomaden yang telah tidak lagi menerima otoritas Muslim.{{sfn| Watt|1960|p=110}}{{sfn|Lecker|2004|p=693}} Sejarawan Elias Shoufani berpendapat bahwa ekspedisi Usamah adalah ekspedisi yang memiliki kekuatan yang jauh lebih kecil daripada yang semula direncanakan oleh
=== Pertempuran Buzakhah ===
Baris 108:
[[File:Mohammad adil-Khalid's conquest of Iraq.PNG|thumb|upright=2|alt=Sebuah peta yang menunjukkan jadwal kampanye militer di Irak, dengan kerajaan Sasania, Bizantium dan Islam masing-masing diarsir dengan warna kuning, merah muda dan hijau|Peta yang merinci kampanye Khalid di [[Kekaisaran Sasaniyah|Sasaniyah]] Irak (Mesopotamia bawah), berdasarkan garis besar umum tradisi Islam.]]
Ketika pemberontakan di Yamamah berhasil dipadamkan, Khalid bergerak ke utara menuju wilayah Sasaniyah di [[Irak]].{{sfn|Donner|1981|pp=173–174}}{{sfn|Athamina|1994|pp= 253–254}} Dia mengatur kembali pasukannya yang disebabkan karena sebagian besar sahabat Muhajirin mungkin telah ditarik ke Madinah.{{sfn|Athamina|1994|p=255}} Menurut sejarawan Khalil Athamina, sisa-sisa pasukan Khalid terdiri dari orang Arab nomaden dari lingkungan Madinah yang pemimpinnya ditunjuk untuk menggantikan pos komando kosong yang ditinggalkan oleh para sahabat.{{sfn|Athamina|1994 |p=255}} Sejarawan [[Fred Donner]] berpendapat bahwa Muhajirin dan Ansar masih membentuk inti pasukannya, bersama dengan sebagian besar orang Arab nomaden yang kemungkinan berasal dari bani [[Bani Muzainah|Muzainah]], Tayy, Tamim,
Fokus serangan Khalid adalah tepi barat sungai [[Efrat]] dan orang-orang Arab nomaden yang tinggal di sana.{{sfn|Donner|1981|pp=174, 177}} Rincian rencana perjalanan kampanye tidak konsisten dalam sumber Muslim awal, meskipun Donner menegaskan bahwa "jalan umum kemajuan Khalid di bagian pertama kampanyenya di Irak dapat dilacak dengan cukup jelas".{{sfn|Donner|1981|p=179}} Sejarawan abad ke-9 [[Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri|Ahmad al-Baladzuri]] dan [[Khalifah bin Khayyath]] berpendapat bahwa pertempuran besar pertama Khalid di Irak mengakibatkan kemenangannya atas garnisun Sasaniyah di [[Ubullah]] (Apologos kuno, dekat [[Basra]] modern) dan desa terdekatnya di Khuraibah, meskipun [[Ath-Thabari]] (w. 923) menganggap bahwa bukan Khalid yang memenangkan daerah tersebut karena Ubullah sebenarnya kemudian ditaklukkan oleh [[Utbah bin Ghazwan|Utbah bin Ghazwan al-Mazini]].{{sfn|Donner |1981|p=179}} Donner setuju dengan laporan bahwa penaklukan Ubullah oleh Utbah dan itu "lebih lambat dari tahun 634" dan menganggapnya sebagai skenario yang lebih mungkin, meskipun sejarawan [[Khalid Yahya Blankinship]] berpendapat "Khālid setidaknya mungkin memimpin penyerangan di sana meskipun (Utbah-lah) yang kemudian menaklukkannya".{{sfn|Pourshariati|2008|p=190}}
Baris 116:
[[Pengepungan Al-Hirah]] adalah pertempuran yang paling signifikan dari kampanye Khalid.{{sfn|Donner|1981|p=179}} Setelah mengalahkan kavaleri Persia kota di bawah komandan [[Azadbeh|Azadhbeh]] ketika terjadi bentrokan kecil, Khalid dan sebagian pasukannya memasuki kota tak bertembok.{{sfn|Donner|1981|p=180}}{{sfn|Kennedy|2007|p=105}} [[Ibad|Sebagian bangsawan dari Al-Hirah]] adalah orang Kristen [[Gereja di Timur|Nestorian]] yang memiliki ikatan darah dengan suku nomaden di pinggiran gurun barat kota, yang mana tempat tinggal mereka dibarikade di istana berbenteng mereka yang tersebar secara merata.{{sfn|Kennedy|2007|pp=104– 105}} Sementara itu, bagian lain dari tentara Khalid menyerbu desa-desa di sekitar Al-Hirah sehingga banyak di antaranya ditangkap atau menyerah untuk dijadikan wilayah pembayar upeti kepada Muslim.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Bangsawan Arab Al-Hirah menyerah dalam perjanjian dengan Khalid di mana kota yang dikuasainya harus membayar upeti sebagai imbalan atas jaminan bahwa gereja dan istana Al-Hirah tidak akan diganggu.{{sfn|Donner|1981|p=180}}{{sfn |Kennedy| 2007|p=105}} Jumlah tahunan yang harus dibayar Al-Hirah adalah 60.000 atau 90.000 dirham,{{sfn|Watt|1960|p=111}}{{sfn|Donner|1981 |p=300, note 68}} yang akan diteruskan Khalid ke Madinah, menandai upeti pertama yang diterima Khilafah dari Irak.{{sfn|Kennedy|2007|p=105}}
Selama pertempuran di dalam dan sekitar Al-Hirah, Khalid menerima bantuan penting dari [[Al-Mutsanna bin Haritsah]] dan dari sukunya [[Bani
Khalid melanjutkan ke utara di sepanjang lembah Efrat, menyerang kota [[Anbar]] di tepi timur sungai, di mana ia mendapatkan persyaratan penyerahan dari komandan Sasaniyah.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Setelah itu, dia menjarah desa-desa pasar di sekitarnya yang sering dikunjungi oleh suku-suku dari konfederasi Bakar dan [[Bani Qudha'ah|Qudha'ah]], sebelum [[Pertempuran Ain Al-Tamr|bergerak melawan Ain Al-Tamr]], sebuah kota oasis di sebelah barat Efrat yang berada di sekitar {{convert|90|km|mi|sp=us}} dari selatan Anbar.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Khalid menghadapi perlawanan keras di sana oleh suku Namir, memaksanya untuk mengepung benteng kota.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Namir dipimpin oleh Hilal bin Aqqah, seorang kepala suku Kristen yang bersekutu dengan Sasaniyah, yang kemudian disalib oleh Khalid setelah mengalahkannya.{{sfn|Donner|1981| p=184}} [[Ain Al-Tamr]] menyerah dan Khalid merebut kota Sandaudah di utara.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Pada tahap ini, Khalid telah menaklukkan wilayah barat lebih rendah Efrat dan di wiliayah suku nomaden, termasuk Namir, [[Bani Taghlib|Taghlib]], [[Iyad (suku)|Iyad]], [[Taimullah]] dan sebagian besar Ijl, serta suku Arab menetap, yang tinggal di sana.{{sfn|Donner|1981|p=185}}
===Penilaian modern===
Atsaminah meragukan narasi tradisional Islam bahwa Abu Bakar mengarahkan Khalid untuk meluncurkan kampanye di Irak dengan mengutip bahwa Abu Bakar tidak begitu tertarik pada Irak pada saat energi pasukan Muslim lebih difokuskan untuk penaklukan ke Suriah.{{sfn|Athamina|1994|p =254}} Tidak seperti Suriah, Irak tidak menjadi fokus ambisi Muhammad atau Muslim awal, dan Quraisy juga tidak begitu menginginkan Irak dibandingkan Suriah yang disebabkan karena pada masa pra-Islam, Suriah adalah jalur perdagangan orang-orang Quraisy.{{sfn|Donner |1981|p=176}} Menurut Shaban, tidak jelas apakah Khalid meminta atau menerima perintah dari Abu Bakar untuk menyerang Irak atau malah Khalid sendiri yang mengabaikan perintah Khalifah untuk pergi ke Suriah.{{sfn|Shaban|1971|p=24}} Atsaminah mencatat petunjuk dalam sumber tradisional bahwa Khalid memprakarsai kampanye ke Irak secara sepihak yang tersirat dengan kembalinya Muhajirin yang ada pada jajaran Khalid ke Madinah setelah kekalahan Musailamah kemungkinan mewakili protes mereka terhadap ambisi Khalid di Irak.{{sfn|Athamina|1994|pp=254–255}} Shaban berpendapat bahwa anggota suku yang tinggal di Khalid dimotivasi oleh prospek rampasan perang, khususnya di tengah krisis ekonomi di Arab yang muncul setelah perang Riddah.{{sfn|Shaban|1971|p=24}}
Baris 135:
Para sejarawan seperti [[Michael Jan de Goeje]] dan Caetani menolak sama sekali bahwa Khalid memimpin ekspedisi ke Dumat al-Jandal setelah kampanye Iraknya dan bahwa kota yang disebutkan dalam sumber-sumber tradisional kemungkinan adalah kota dengan nama yang sama di dekat al-Hira. {{sfn|Vaglieri|1965|p=625}} Sejarawan [[Laura Veccia Vaglieri]] menyebut penilaian mereka "logis" dan menulis bahwa "tampaknya tidak mungkin Khalid bisa mengambil jalan memutar seperti itu yang akan membawanya sejauh ini keluar dari jalannya sambil menunda pencapaian misinya (untuk bergabung dengan tentara Muslim di Suriah)".{{sfn|Vaglieri|1965|p=625}} Vaglieri menduga bahwa oasis itu ditaklukkan oleh Iyad bin Ghanm atau mungkin Amru bin al-Ash yang mana Amru sebelumnya telah ditugaskan selama perang Riddah dengan menekan Wadi'ah, yang telah membarikade pasukan Amru di Dumat al-Jandal.{{sfn|Vaglieri|1965|p=625}} Crone, menolak peran Khalid di Irak seluruhnya, menegaskan bahwa Khalid telah secara pasti menangkap Dumat al-Jandal dalam kampanye 631 dan dari sana ia meninggalkan gurun tersebut untuk terlibat dalam penaklukan Suriah.{{sfn|Crone|1978|p=928}}
===Jadwal perjalanan dan perjalanan melintasi gurun===
[[File:Khalid ibn al-Walid's Desert March to Syria, ca. April 634.png|thumb|upright=2|alt=Grayscale geographical map detailing the route of Khalid ibn al-Walid's march to Syria|Sebuah peta yang menunjukkan tiga perjalanan secara umum yang dilakukan Khalid dari Irak menuju [[Syam]]
Titik awal pawai Khalid ke Suriah adalah dari Al-Hirah menurut sebagian besar catatan tradisional, kecuali catatan dari al-Baladhuri, yang menempatkannya di Ain al-Tamr.{{sfn|Donner|1981|p=310 , note 155}} Pawai umum ini kemudian banyak disebut sebagai "pawai gurun" oleh beberapa sumber setelah terjadinya suatu tahap yang tidak jelas selepas keberangkatan dari Al-Hirah.{{sfn|Donner|1981|p=121}} Saat perjalanan menuju Syam, Khalid dan anak buahnya yang berjumlah antara 500 hingga 800 orang{{sfn|Kennedy|2007|p=75}} berbaris dari sebuah sumur yang disebut Quraqir dan melintasi hamparan luas gurun tanpa air selama enam hari lima malam sampai mereka mencapai sumber air di tempat bernama Suwa.{{sfn|Donner|1981|pp=121, 126}} Karena anak buahnya tidak membawa wadah air yang cukup untuk melintasi jarak ini dengan kuda dan unta mereka, Khalid mengambil sekitar dua puluh ekor unta sebagai asupan air dengan menutup mulut unta-unta tersebut untuk mencegah hewan itu makan sehingga membuat perut mereka hanya dipenuhi air. Setiap hari saat dalam perjalanan, Khalid menyembelih sejumlah unta agar anak buahnya bisa minum air yang tersimpan di perut unta.{{sfn|Kennedy|2007|p=75}}{{sfn|Donner|1981|pp =121-122}} Pemanfaatan unta sebagai penyimpan air dan penempatan sumber air di Suwa merupakan hasil nasehat yang diberikan kepada Khalid oleh pemandunya, Rafi bin Amr dari Tayy.{{sfn|Kennedy|2007| p=75}}{{sfn|Donner|1981|p=122}}
Baris 152:
Khalid diangkat menjadi panglima tertinggi tentara Muslim di Suriah.{{sfn|Athamina|1994|p=255}} Catatan yang dikutip oleh al-Baladzuri, Ath-Thabari, [[Ibnu A'tsam al-Kufi]], [[Abu Ali Al-Farisi|al-Fasawi]] (w. 987) dan Ibnu Hubaisy al-Asadi berpendapat bahwa Abu Bakar menunjuk panglima tertinggi Khalid sebagai bagian dari penugasannya kembali dari Irak ke Suriah berdasarkan bakat dan catatan militer sang jenderal.{{sfn|Athamina |1994|pp=255–256}} Sebuah catatan di al-Baladzuri malah mengaitkan penunjukan Khalid dengan konsensus di antara para komandan yang sudah ada di Suriah, meskipun Atsaminah menegaskan "tidak dapat dibayangkan bahwa orang seperti [[Amr bin al-Ash|Amru bin Al-Ash]] akan setuju untuk keputusan seperti itu secara sukarela".{{sfn|Athamina|1994|p=256}} Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar mungkin telah mengukuhkan Khalid sebagai panglima tertinggi.{{sfn|Athamina|1994|p=257}}
Khalid mencapai padang rumput [[Marj Rahit]], sekitar utara [[Damaskus]] setelah pasukannya melakukan perjalanan melintasi padang pasir.{{sfn|Donner|1981|p=120}} Dia tiba pada hari [[Paskah]] tepat pada tanggal 24 April 634 M,{{sfn|Donner|1981|pp=124–125}}{{sfn|Kennedy|2007|p=77}} yang mana sebagian besar sumber tradisional tersebut benar-benar mengutip tanggal tersebut secara presisi dan kemudian dianggap Donner sebagai kebenaran.{{sfn|Donner|1981|p=126}} Di sana, Khalid [[Pertempuran Marj Rahit (634)|menyerang sekelompok Ghassan]] yang merayakan Paskah sebelum dia atau komandan bawahannya menyerbu [[Ghouta]], sebuah daerah yang menjadi sabuk pertanian di sekitar Damaskus.{{sfn|Donner|1981|p=124}} Setelah itu, Khalid dan para komandan pasukan Muslim sebelumnya, kecuali Amru, berkumpul di [[Bosra]] tenggara Damaskus.{{sfn| Donner|1981|p=124}} Pusat perdagangan Bosra, bersama dengan wilayah [[Hauran]] di mana Khalid tiba bersama pasukannya, secara historis sering memasok gandum, minyak, dan anggur kepada suku-suku nomaden Arab dan daerah tersebut juga pernah dikunjungi
Khalid dan para komandan Muslim menuju ke barat menuju Palestina untuk bergabung dengan Amru sebagai bawahannya dalam [[Pertempuran Ajnadain]] yang tak lain adalah konfrontasi besar pertama Muslim dengan Bizantium, pada bulan Juli.{{sfn|Donner|1981|pp=129–130 }}{{sfn|Kennedy|2007|p=78}} Pertempuran berakhir dengan kemenangan bagi kaum Muslim dan Bizantium mundur menuju [[Pella, Yordania|Pella]] ("Fahl" dalam bahasa Arab), sebuah kota besar timur [[Sungai Yordania]].{{sfn|Donner|1981|pp=129–130}}{{sfn|Kennedy|2007|p=78}} Kaum Muslim mengejar mereka dan membuat kemenangan besar lainnya di [[Pertempuran Fahl]], meskipun tidak jelas apakah Amru atau Khalid yang memegang komando keseluruhan dalam pertempuran tersebut.{{sfn|Donner|1981|p=130}}
Baris 202:
Pemecatan Khalid tidak menimbulkan reaksi publik, mungkin karena kesadaran yang ada dalam pemerintahan Muslim tentang permusuhan Umar terhadap Khalid yang membuat publik sangat menduga bahwa Khalid akan dipecat. Alasan lain pemecatan Khalid dimungkinkan karena permusuhan yang ada terhadap bani Makhzum secara umum sebagai akibat dari penentangan mereka sebelumnya terhadap Muhammad dan Muslim awal.{{sfn|Athamina|1994|pp=268–269}} Dalam kisah Ibnu Asakir, Umar menyatakan di dewan tentara Muslim di Jabiyah pada tahun 638 bahwa Khalid dipecat karena melimpahkan rampasan perang dalam perang kepada pahlawan, bangsawan suku, dan penyair alih-alih menyisihkan jumlah untuk Muslim yang membutuhkan.{{sfn|Athamina|1994|p=269}} Tidak ada komandan yang hadir menyuarakan penentangan, kecuali seorang bani Makhzum yang menuduh Umar melanggar mandat militer yang diberikan kepada Khalid oleh Muhammad.{{sfn|Athamina|1994|pp=269–270}} Menurut ahli hukum Muslim [[Ibnu Syihab al-Zuhri|al-Zuhri]] (w. 742), sebelum kematiannya pada tahun 639, Abu Ubaidah diangkat Khalid dan Iyad ibn Ghanm sebagai penerusnya,{{sfn|Madelung|1997|p=61, note 10}} tetapi Umar hanya mengukuhkan Iyad sebagai gubernur [[Jund Hims|distrik Jazirah Homs–Qinnasrin]] dan mengangkat Yazid bin Abi Sufyan sebagai gubernur di seluruh Suriah untuk wilayah [[Jund Dimashq|Damaskus]], [[Jund al-Urdunn|Yordania]] dan [[Jund Filastin|Palestina]].{{sfn|Madelung|1997|pp=60–61}}
Khalid meninggal di Madinah atau Homs pada 21 H ({{circa|642 Masehi}}).{{sfn|Zetterstéen|1965|p=236}}{{sfn|Blackburn|2005|p=75, note 195}} Dinyatakan dalam [[hadis]] bahwa
== Warisan ==
Baris 225:
Putra sulung Khalid bernama Sulaiman, oleh karenanya Khalid memiliki kunyah {{transl|ar|Abu Sulaiman}} yang berarti ayah dari Sulaiman.{{sfn|Landau-Tasseron|1998|p=291}} Khalid menikah dengan Asma', putri Anas bin Mudrik, seorang kepala suku dan penyair terkemuka dari suku [[Khats'am]].{{sfn|Della Vida|1978|p=1106}} Putra mereka [[Abdurrahman bin Khalid bin Walid|Abdurrahman]] menjadi komandan terkemuka dalam [[perang Arab–Bizantium]] dan ajudan dekat [[Muawiyah bin Abi Sufyan]], gubernur Suriah dan kemudian pendiri serta khalifah pertama [[Kekhalifahan Umayyah]] yang saat itu masih menjabat sebagai wakil gubernur terakhir distrik Homs–Qinnasrin–al-Jazirah.{{sfn|Hinds|1991 |p=139}}{{sfn|Blankinship|1993|p=90, note 498}} Putra Khalid lainnya, [[Al-Muhajir bin Khalid bin Walid|Al-Muhajir]], adalah pendukung Ali yang saat itu memerintah sebagai khalifah pada tahun 656–661, dan tewas melawan tentara Muawiyah di [[Pertempuran Siffin]] pada tahun 657 selama [[Perang Saudara Muslim Pertama]].{{sfn|Hinds|1991|p=139}} Setelah kematian Abdurrahman pada tahun 666 yang diduga sebagai karena diracuni oleh Muawiyah, putra Al-Muhajir yang bernama Khalid, berusaha membalas dendam atas pembunuhan pamannya dan ditangkap. Akan tetapi, Muawiyah kemudian membebaskannya setelah Khalid membayar diyat.{{sfn| Hinds|1991|pp=139–140}} Putra Abdurrahman yang namanya juga Khalid, adalah seorang komandan kampanye angkatan laut melawan Bizantium pada tahun 668 atau 669.{{sfn|Crone|1978|p=928}}{{sfn|Jankowiak |2013|p=265}}
Tidak ada peran signifikan lebih lanjut yang dimainkan oleh anggota keluarga Khalid dalam catatan sejarah.{{sfn|Crone|1978|p=928}} Garis keturunan laki-lakinya berakhir menjelang runtuhnya Kekhalifahan Umayyah pada tahun 750 atau tidak lama setelah itu semua empat puluh keturunan laki-lakinya meninggal dalam wabah di Suriah berdasarkan catatan sejarawan abad ke-11 [[Ibnu Hazm]].{{sfn|Hinds|1991|p=139}} Akibatnya, properti keluarganya, termasuk tempat tinggalnya dan beberapa rumah lain di Madinah, diwarisi oleh [[Ayyub bin Salamah]], cicit dari saudara Khalid [[Al-Walid bin al-Walid]]. Mereka tetap menjadi milik keturunan Ayyub hingga setidaknya akhir abad ke-9.{{sfn|Elad|2016|p=289}}{{efn|Ketika pertama kali dia masuk Islam, Khalid diberikan sebidang tanah oleh nabi [[Muhammad]] tepat di sebelah timur [[Masjid Nabi]] di Madinah untuk membangun rumahnya yang selesai dibangun sebelum kematian nadi Muhammad.{{sfn|Lecker|2019|pp=68–70}} Itu adalah sebidang kecil dan disebabkan karena pembangunan rumahnya yang relatif terlambat (kebanyakan tanah yang tersedia telah diberikan kepada mualaf sebelumnya), Khalid kemudian sangat mengeluhkan ukurannya tanahnya. Khalid lalu diizinkan oleh
Keluarga penyair Arab abad ke-12 [[Muḥammad bin Naṣir bin al-Qaysarānī|Ibnu al-Qaysarani]] mengklaim keturunan dari Al-Muhajir bin Khalid, meskipun sejarawan abad ke-13 [[Ibnu Khallikan]] mencatat klaim tersebut bertentangan dengan konsensus sejarawan dan ahli silsilah Arab bahwa garis keturunan Khalid berakhir pada periode awal Islam.{{sfn|De Slane|1842|pp=155, 157–158}} Garis keturunan perempuan mungkin telah bertahan dan diklaim pada abad ke-15 oleh seorang [[Sufi]] yang bernama [[Sirajiddon Muhammad bin Ali al-Makhzumi]] dari Homs.{{sfn|Lammens|1993|p=172}} [[Kizil Ahmed Bey]], pemimpin [[Isfendiyariyah]], yang memerintah sebuah kerajaan di Anatolia sampai dianeksasi oleh Utsmaniyah, juga mengaku sebagai keturunan Khalid.{{sfn|Blackburn|2005|p=76, note 197}} Suku Ser yang berbahasa Pashtun yang diperintah oleh [[Sher Shah Suri|Sher Shah]], penguasa India abad ke-16, juga mengklaim sebagai keturunan Khalid.{{sfn|Blackburn|2005|p=76}}
|