Kabupaten Bangkalan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: menambah tag nowiki VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada referensi sejarah, disembunyikan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(54 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Dati2
| nama_lain = {{hlist|Bang Kulon|Bancallang}}
| settlement_type = Kabupaten
| translit_lang1_type = [[
| translit_lang1_type1 = [[
| lambang = Seal of Bangkalan Regency.svg
| peta = Locator kabupaten bangkalan.png
| translit_lang1_info = {{resize|10pt|''Bhângkalan''}} {{font|size=60%|([[Bahasa Madura#Sistem Penulisan|Latèn]])}}<br> {{resize|11pt|بۤاڠكالان}} {{font|size=60%|([[Abjad Pegon|Pèghu]])}}<br> {{resize|10pt|ꦨꦁꦏꦭꦤ꧀}} {{font|size=60%|([[Aksara Jawa#Penggunaan dalam bahasa Madura|Carakan]])}}
| translit_lang1_info1 = {{resize|10pt|''Bang Kulon''}} {{font|size=60%|([[Bahasa Jawa#Fonologi|Gêdrig]])}}<br> {{resize|11pt|باڠ كولَون}} {{font|size=60%|([[Abjad Pegon|Pégon]])}}<br> {{resize|10pt|ꦧꦁꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀}} {{font|size=60%|([[Aksara Jawa|Hånåcåråkå]])}}
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 2/2
| foto = Bukit Jaddih, Madura, Indonesia.jpg▼
|image1=
| caption = [[Bukit Jaddih]]▼
14 Tampak Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Kamal.jpg
|caption1=[[Pelabuhan Kamal]]
}}▼
| koordinat = 112-113 BT, 6-7 LS
| motto = Cipta indra çakti dharma<br/>{{small|{{lang icon|Sanskerta|Sanskerta}} Sebuah karya dan kerja keras manusia hanya terwujud bila mendapat rida Tuhan}} <br/>(1971 Masehi)<ref name="Lambang">Lambang Kabupaten Bangkalan, ditetapkan berdasarkan Perda No. 8 Tahun 1971.</ref>
|
▲| semboyan = Kota Dzikir dan Sholawat
| semboyan = Menuju Bangkalan Sejahtera
| slogan = ''Be Part of The Future''
| propinsi = [[Jawa Timur]]
| ibukota = [[Bangkalan, Bangkalan|Bangkalan]]
| luas =
| penduduk =
| penduduktahun =
| tinggi = 23
|
| tinggi_min = 0
| pendudukref = <ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=14 November 2024}}</ref>
| kepadatan = auto
| laki = 504176
| dasar hukum = UU Nomor 32 Tahun 2004▼
|
| demonim = ''Bangkalanan''
| hari jadi = {{tanggal lahir dan umur|1531|10|24}}▼
| kecamatan = [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bangkalan|18]]
| kelurahan = [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bangkalan|8]]
| desa = [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bangkalan|273]]
| tanggal = 8 Agustus 1950
| pendiri = Ki Lemah Duwur
| dinamai_berdasarkan = ''Bhângka'' dan ''La’an''<br/>{{font|size=70%|([[Bahasa Madura|Madura]])}} {{font|size=85%|"Mati Sudah"}}
| kepala daerah = Bupati
| nama kepala daerah = [[
| wakil kepala daerah = Wakil Bupati
| nama wakil kepala daerah = ''Lowong''
| sekretaris daerah = Taufan Zairinsjah
| ketua DPRD =
| kodearea =
| kodepos = [[Daftar kodepos di Indonesia|
| nomor_polisi = M ''xxxx'' H*/I*/J*/K*/L*/M*/N*
| bahasa =
| agama = {{ublist |item_style=white-space;
| agama = [[Islam]] 98,86%<br> [[Kristen]] 0,16%<br>- [[Protestan]] 0,12%<br>- [[Katolik]] 0,04%<br> [[Buddha]] 0,01%<br> [[Hindu]] 0,01%<br> Lain-lain 0,97%<ref name="AGAMA">{{Cite web|url=https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kabupaten+Bangkalan&wid=3526000000&lang=id|title= Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Bangkalan|website= sp2010.bps.go.id |access-date=19 Januari 2021}}</ref>▼
|99,51% [[Islam]]
| apbd = ▼
|{{Tree list}}
* 0,46% [[Kekristenan|Kristen]]
** 0,32% [[Protestan]]
▲| dauref = <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=16 Juni 2021}}</ref>
** 0,14% [[Katolik]]
| IPM = {{increase}} 69,25 ([[2021]])<br>{{fontcolor|orange|sedang}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021|website=www.bps.go.id|accessdate=5 Desember 2021}}</ref>▼
{{Tree list/end}}
| flora = [[Salak|Salak Bangkalan]]▼
▲|
| apbd = Rp 2.235.455.802.254,- (2023)<ref>{{cite web|url=https://lingkarjatim.com/uncategorized/menurun-dibanding-2022-apbd-bangkalan-tahun-2023-hanya-rp-22-triliun-ini-rinciannya/|title=Menurun Dibanding 2022, APBD Bangkalan Tahun 2023 Hanya Rp 2,2 Triliun, Ini Rinciannya|website=lingkarjatim.com|accessdate=31 Maret 2024|archive-date=2023-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240331231011/https://lingkarjatim.com/uncategorized/menurun-dibanding-2022-apbd-bangkalan-tahun-2023-hanya-rp-22-triliun-ini-rinciannya/|dead-url=no}}</ref>
| pad = Rp 297.184.953.930,- (2023)<ref>{{cite web|url=https://lingkarjatim.com/uncategorized/menurun-dibanding-2022-apbd-bangkalan-tahun-2023-hanya-rp-22-triliun-ini-rinciannya/|title=Menurun Dibanding 2022, APBD Bangkalan Tahun 2023 Hanya Rp 2,2 Triliun, Ini Rinciannya|website=lingkarjatim.com|accessdate=31 Maret 2024|archive-date=2023-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240331231011/https://lingkarjatim.com/uncategorized/menurun-dibanding-2022-apbd-bangkalan-tahun-2023-hanya-rp-22-triliun-ini-rinciannya/|dead-url=no}}</ref>
| dau = Rp 966.016.856.000,- (2023)<ref>{{cite web|url=https://djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2022/09/Rincian-DTU-TA-2023.pdf|title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2023|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2023)|accessdate=31 Maret 2024|format=pdf|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20240331231011/https://djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2022/09/Rincian-DTU-TA-2023.pdf|dead-url=no}}</ref>
▲| IPM = {{increase}}
| fauna = [[Itik pelari#Ras|Itik dabung]]
| web = {{URL|http://www.bangkalankab.go.id}}
}}
'''Kabupaten Bangkalan''' ([[
[[Pelabuhan Kamal]] merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa,
Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 [[kecamatan]] yang dibagi lagi atas sejumlah 273 [[desa]] dan 8 [[kelurahan]]. Pusat pemerintahannya berada di [[Bangkalan, Bangkalan|Kecamatan Bangkalan]].
Baris 57 ⟶ 79:
Sejak diresmikannya Jembatan Suramadu, Kabupaten Bangkalan menjadi gerbang utama Pulau Madura serta menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Jawa Timur, baik dari keindahan alamnya (Bukit Jaddih, Gunung Geger, Pemandian Sumber Bening -Langkap–Modung dsb); budaya ([[Karapan sapi]], dsb), serta wisata kuliner di antaranya adalah nasi bebek khas Madura.
<!-- TIDAK ADA REFERENSI RESMI SAMA SEKALI, MAKA DISEMBUNYIKAN
== Sejarah ==
{{refimprove|date=Mei 2019}}
Baris 75 ⟶ 98:
=== Masa Pra Islam ===
Masa Pra Islam berlangsung hingga pemerintahan Panembahan Lemah Duwur.<ref>{{Cite web |url=https://www.lontarmadura.com/plakaran-arosbaya-pragalba-pratanu |title=Salinan arsip |access-date=2020-09-18 |archive-date=2020-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201027210431/https://www.lontarmadura.com/plakaran-arosbaya-pragalba-pratanu/ |dead-url=no }}</ref> Ketika itu, Madura Barat (Bangkalan) masih dominan beragama Hindu dan Budha. Wilayahnya meliputi dari [[Plakaran, Arosbaya, Bangkalan|Plakaran]] Ke [[Arosbaya, Bangkalan|Arosbaya]], Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur). Cakraningrat I, Anak Angkat Sultan Agung, menjadi raja di Madura Barat (Bangkalan) pada masa ini. Masa itu, Bangkalan lebih dikenal dengan sebutan ''Madura Barat'', kemungkinan lebih ditekankan pada alasan geografis karena Kabupaten Bangkalan memang terletak di ujung barat Pulau Madura.{{butuh rujukan}}
Pulau Madura memang sudah terbagi sejak sebelum masa masuknya agama Islam. Bahkan, tiap bagian memiliki sejarah dan legenda sendiri. Menurut legenda, sejarah Madura barat bermula dari munculnya seorang raja dari Gili Mandangin (sebuah pulau kecil di selat Madura) atau lebih tepatnya di daerah [[Kabupaten Sampang|Sampang]]. Nama raja tersebut adalah Lembu Peteng, yang masih merupakan putra Majapahit hasil perkawinan dengan putri Islam asal Campa. Lembu Peteng juga seorang santri Sunan Ampel dan dikenal sebagai penguasa Islam pertama di Madura Barat. Dalam perkembangan sejarahnya, Madura pernah diperintah oleh penguasa non muslim, berasal dari kerajaan Singasari dan Majapahit. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan Tome Pires (1944: 227) yang mengatakan, pada permulaan dasawarsa abad ke-16, raja Madura belum masuk Islam. Dan dia adalah seorang bangsawan mantu Gusti Pate dari Majapahit. Pernyataan itu diperkuat dengan adanya temuan arkeologis, baik yang bernafaskan Hindu dan Bhudda.
Baris 85 ⟶ 108:
Sementara temuan arkeologis yang menyatakan masa klasik Bangkalan, ditemukan di Desa Patengteng, Kecamatan Modung, berupa sebuah arca Siwa dan sebuah arca laki-laki. Sedang di Desa Dlamba Daja dan Desa Rongderin, Kecamatan Tanah Merah, terdapat beberapa arca, di antaranya adalah arca Dhayani Budha.
Temuan lainnya berupa dua buah arca ditemukan di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang. Dua buah arca Siwa lainnya ditemukan di pusat kota Bangkalan. Sementara di Desa Tanjung Anyar Bangkalan ditemukan bekas Gapura, pintu masuk
Pada jarak sekitar 200 meter dari makam tersebut ditemukan arca Ganesha dan arca Bhirawa berukuran besar. Demikian pula dengan temuan arkeologis yang di kompleks Makam Agung Panembahan Lemah Duwur, ditemukan sebuah fragmen makam berupa belalai dari batu andesit. Dengan temuan-temuan benda kuno yang bernafaskan Siwais di makam-makam Islam di daerah Arosbaya itu, memberi petunjuk bahwa Arosbaya pernah menjadi wilayah perkembangan budaya Hindu.
Baris 91 ⟶ 114:
Penemuan benda berbau Hindu pada situs-situs Islam tersebut menandakan adanya konsinyuitas antara kesucian. Artinya, mandala Hindu dipilih untuk membangun arsitektur Islam. Arosbaya merupakan pusat perkembangan kebudayaan Hindu di Madura Barat (Bangakalan) semakin kuat dengan adanmya temuan berupa bekas pelabuhan yang arsitekturnya bernafaskan Hindu, dan berbentuk layaknya sebuah pelabuhan Cina.
(Risang Bima Wijaya) atas Dari Plakaran Ke Arosbaya, Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur) Bangkalan, Radar.- Sosok Pratanu atau lebih dikenal dengan Panembahan Lemah Duwur adalah
Bahkan,
Plakaran diawali dengan kedatangan Kiyai Demung dari Sampang. Dia adalah anak dari Aria Pujuk dan Nyai Ageng Buda. Setelah menetap di Plakaran, Kiyai Demung dikenal dengan nama Demung Plakaran. Dia mendirikan
Sepeninggal Demung Plakaran, kekuasaan dipegang oleh Kiai Pragalba, anaknya yang nomor lima. Pragalba mengangkat dirinya sebagai Pangeran Plakaran dari Arosbaya. Selanjutnya meluaskan daerah kekuasaannya hingga hampir seluruh Madura. Paragalba mempunyai tiga orang istri.
Baris 105 ⟶ 128:
Peristiwa tersebut berbarengan dengan pudarnya kekuasaan Majapahit setelah dikuasai Islam tahun 1527 M. Selain itu, Kerajaan Plakaran mengakui kekuasaan Demak, sehingga diperkirakan penerimaan Islam di Madura bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Majapahit. Menjelang wafat, Pragalba masuk Islam dengan menganggukkna kepala, karena itu dia mendapat sebutan Pangeran Onggu’ (mengangguk, Red). Sepeninggalnya, Pratanu naik takhta dengan gelar Panembahan Lemah Dhuwur. Itu terjadi pada tahun 1531-1592.
Pada masa pemerintahan Lemah Dhuwur inilah pusat pemerintahan Plakaran dipindahkan ke Arosbaya. Karena itu, dia mendapat julukan sebagai pendiri Kerajaan Arosbaya. Lemahlah Dhuwur yang mendirikan
Panembahan Lemah Duwur mengawini putri Triman dari Pajang. Ini juga menjadi bukti bahwa Lemah Duwur adalah penguasa Madura pertama yang menjalinm hubungan dengan Jawa. Berdasarkan Tutur Madura Barat, Rafless mengatakan bahwa Lemah Dhuwur adalah penguasa terpenting di daerah Jawa Timur pada masa itu.
Baris 111 ⟶ 134:
Panembahan Lemah Dhuwur wafat di Arosbaya pada tahun 1592 M setelah kembali dari kunjungannya ke Panembahan Ronggo Sukowati di Pamekasan. Sesuai dengan tradisi dia dimakamkan di kompleks Makam Agung Lemah Dhuwur.
Selanjutnya kekuasaan Arosbaya dipegang oleh putranya yang bernama Pangeran Tengah, hasil perkawinannya dengan
Pangeran Tengah meninggal tahun 1620. Makamnya terletak di kompleks makam Syech Husen, dan sampai sekarang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Pengganti Pangeran Tengah adalah adiknya yang bernama Pangeran Mas, yang berkuasa tahun 1621-1624. Sebetulnya yang berhak berkuasa adalah putra Pangeran Tengah yang bernama Pangeran Prasena. Namun karena masih kecil, dia diwakili oleh pamannya.
Baris 119 ⟶ 142:
Peperangan antara Mataram dan Arosbaya yang berlangsung pada hari Minggu 15 September 1624 tersebut, memang patut dikenang sebagai perjuangan rakyat Madura. Saat itu Mataram harus membayar mahal, karena mereka telah kehilangan panglima perang tertingginya, Tumenggung Demak dan kehilangan 6000 prajurit. Saat itu laki-laki dan wanita Arosbaya berjuang bersama. Ada sebuah kisah menarik di sini. Dikisahkan saat di medan perang ada beberapa prajurit lelaki yang mengeluh karena luka berat. Tetapi katika para wanita melihat luka tersebut terdapat dibagian belakang, para wanita tersebut menusuk prajurit tadi hingga tewas.
’’Lukanya di bagian belakang, artinya prajurit itu telah berbalik lari, hingga dilukai di bagian punggungnya oleh musuh, mereka pengecut dalam,’’ demikian kata-kata para wanita Arosbaya. atas Cakraningrat I Anak Angkat Sultan Agung Prasena,
Sebaliknya, Cakraningrat I diwajibkan hadir di Mataram setahun sekali. Karena selain menjadi penguasa Madura, dia juga punya tugas-tugas penting di Mataram. Sementara pemerintahan di Sampang dipercayakan kepada Pangeran Santomerto. Cakraningrat I kemudian menikah dengan adik Sultan Agung, namun hingga istrinya, meninggal dia tidak mendapat keturunan.
Baris 143 ⟶ 166:
Namun hubungan erat antar Madura denga VOC tidak langgeng. Cakraningrat menyatakan perang dengan VOC karena VOC telah berkali-kali melanggar janji yang disepakati. Dengan bekerja sama dengan pasukan Mengui Bali, Cakraningrat berhasil mengalahkan VOC dan menduduki Sedayu, Lamongan, Jipang dan Tuban.
Cakranoingrat juga berhasil mengajak Bupati Surabaya, Pamekasan dan Sumenep untuk bersekutu melawan VOC.
Cakraningrat diasingkan ke Kaap De Goede Hoop (Tanjung Penghargaan). dan meninggal di tempat pembuangannya, sehingga dia juga dikenal dengan nama Panembahan Sidengkap.<ref>{{Cite web |url= http://bangkalanmemory.blogspot.co.id/ |title= BANGKALAN MEMORY |website= bangkalanmemory.blogspot.co.id |access-date= 2016-10-24 |archive-date= 2016-10-24 |archive-url= https://web.archive.org/web/20161024091713/http://bangkalanmemory.blogspot.co.id/ |dead-url= no }}</ref> -->
== Geografis ==
Baris 151 ⟶ 174:
=== Batas wilayah ===
Wilayah Kabupaten Bangkalan berbatasan dengan [[Laut Jawa]] di sebelah utara. Di sebelah barat dan selatan, Kabupaten Bangkalan berbatasan dengan [[Selat Madura]]. Sedangkan di sebelah timur, Kabupaten Bangkalan berbatasan dengan [[Kabupaten Sampang]].<ref>{{Cite book|last=Prabowo, T. A., dkk.|date=2020|url=https://repository.unair.ac.id/114063/1/Dyah%20WulanS_Artikel701_Ekowisata%20Kabupaten.pdf|title=Ekowisata Kabupaten Bangkalan: Pengembangan Industri Kreatif Menyambut Era Industri 4.0|location=Lamongan|publisher=Litbang Pemas UNISLA|isbn=978-623-91950-7-6|editor-last=Purnomo, N., Husen, dan Albab, M. R. U.|pages=61|url-status=live}}</ref>
▲}}
=== Topografi ===
Baris 189 ⟶ 207:
Terminal Bangkalan di Kecamatan Socah merupakan terminal Terbesar di [[Pulau Madura]] Bagian barat
== Pariwisata ==
Kabupaten Bangkalan
=== Wisata Religi ===
* Makam Syaikhona Muhammad Kholil di Martajasah Bangkalan▼
* Makam Bujuk Cendana di Kwanyar Bangkalan
* Sunan Bangkalan/Raden Jakandar
* Astana Sultan Kadirun dan Raja-Raja
* Asta Aermata, Pasarean para raja-raja Agung Madura. Termasuk Benda Cagar Budaya.
* a Madura di Masjid Agung Bangkalan
* Pesarean Makam Zimat Sayyid Husein bin Assegaf
▲* Makam Syaikhona Muhammad Kholil di Martajasah Bangkalan
=== Wisata Sejarah ===
Baris 225 ⟶ 245:
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
|