Johan Bernard Abraham Fortunatus Mayor Polak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 53:
Pada masa pendudukan Jepang, Polak menjadi tawanan perang Jepang. Sebagai [[orang Indo]], Polak menjadi sasaran kecurigaan [[Kempeitai]] (polisi rahasia Jepang). Jepang menangkap Polak dan menawannya di [[Padang]]. Setelah bebas, dia terlibat dalam gerakan antifasisme Jepang [[Eenheid door Democratie]] (EDD) di [[Cirebon]].
 
Setelah Jepang kalah, ia dan para romusha (Belanda maupun pribumi) dirawat di [[Singapura]]. Di Singapura, Polak pernah bekerja di [[Netherlands Bureau for Documentation and Registration of Indonesians]]. Pada akhir 1945, Polak kembali ke Indonesia dan bekerja lagi jadi pegawai kolonial. Semula, dia bekerja sebagai kontrolir di Jakarta hingga sekirasekitar Maret 1946. Polak kemudian terlibat di sekitar pendirian [[Negara Indonesia Timur]] (NIT) pada akhir 1946 sebagai penterjemah.
 
Sejak Januari 1947, Polak ditunjuk jadi asisten residen yang diperbantukan untuk dewan raja-raja [[Bali]] yang disebut [[Paruman Agung]].
Baris 62:
RIS lalu bubar pada Agustus 1950 dan Indonesia kembali menjadi negara republik. Di masa ini, Mayor Polak memilih tetap tinggal di Indonesia dan bahkan jadi warga negara. Dia kemudian turut menjadi anggota DPR RI mewakili warga Indo-Eropa. Sejak 1950, dia menjadi penganut [[Hindu]] dan punya nama Bali '''Nyoman Sukarma'''.
 
Mayor Polak kemudian direkrut ke dalam [[Partai Sosialis Indonesia]] (PSI) yang dipimpin mantan Perdana Menteri [[Sutan Sjahrir]].Namun MayorPada PolakTahun tentu1957 punyabeliau kecocokanmengundurkan dengandiri PSI.dari SelainPolitik terpelajar,dan Mayorparlemen Polak punya kecenderungan politikRI dan antifasismemengabdikan yangdiri samauntuk dengandunia PSI. Namun, usia PSI sayangnya tidaklah panjang. PSI kemudian terseret dalam masalah pemberontakan PRRI-Permestapendidikan dan kemudian dilikuidasimengarang pemerintahbuku.
 
Di luar ranah politik, Mayor Polak juga dikenang namanya dalam kajian sosiologi di Indonesia. Mayor Polak merilis beberapa buku sosiologi, di antaranya ''Sosiologi: Suatu Pengantar Ringkas'' (1960), ''Pengantar Sosiologi Industri dan Perusahaan'' (1966), dan ''Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum, dan Politik'' (1967). Nama Mayor Polak juga muncul dalam buku pelajaran Sosiologi di SMA.