Hendra Gunawan (pelukis): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 10:
|birth_place = [[Jakarta]]
|death_date =
|death_place = [[Denpasar]]
|nationality =
|ethnicity= [[Suku Sunda|Sunda]]
Baris 20:
|spouse = Karmini
|children= Tresna, Rosa, Jingga
|relatives=
|occupation = [[Seniman]], [[Aktivis]]
}}
'''Hendra Gunawan''' ({{lahirmati|[[Bandung]], [[Hindia Belanda]]|11|6|1918|[[Bali]], [[Indonesia]]|17|7|1983}}) adalah seorang pelukis dan pematung yang terlahir dari pasangan bernama Raden Prawiranegara dan ibunya bernama Raden Odah Tejaningsih. Ia dikenal suka melukis dengan ukuran besar. Salah satunya karena pernah melukis "[[Pangeran Kornel|Pangeran Cornel]]" dan "Arjuna menyusui anaknya" di mana keduanya berukuran 400 x 200 cm. Hendra Gunawan mengaku dipengaruhi [[Sindoedarsono Soedjojono|S. Sudjojono]] dalam kegigihan perjuangan seni dan Affandi dalam kesungguhan dan sistematika kerja keras sehari-hari. Ia sendiri mengaku mendapatkan pengaruh dari relief Candi Borobudur, Prambanan, ukiran klasik, batik, wayang kulit, wayang golek serta motif hiasan seni kriya berbagai daerah di Indonesia.
Selain sebagai pelukis, Ia juga dikenal sebagai salah satu Anggota Konstituante RI mewakili fraksi Republik Proklamasi.<ref name=":0">{{Cite book|last=M.Hum|first=Prof Dr M. Agus Burhan|url=https://books.google.co.id/books?id=ccGPDwAAQBAJ|title=Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra|publisher=Dwi - Quantum|language=id}}</ref>
== Riwayat Hidup ==
Baris 40 ⟶ 39:
=== Pasca Kemerdekaan ===
Setelah proklamasi kemerdekaan, Hendra Gunawan membuat poster-poster perjuangan dan konsep-konsepnya dikirim oleh [[Angkatan Pemuda Indonesia|Angkatan Pemuda
Revolusi pun pecah, Hendra ikut berjuang. Baginya antara melukis dan berjuang sama pentingnya. Pengalamannya di front perjuangan banyak memberi inspirasi baginya. Dari sinilah lahir karya-karya lukisan Hendra yang revolusioner. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam setiap lukisannya. Lukisan ''Pengantin Revolusi'' disebut-sebut sebagai karya empu dengan ukuran kanvas yang besar, tematik yang menarik dan warna yang menggugah semangat juang.
Baris 49 ⟶ 48:
==== Pasca Perang Kemerdekaan ====
Pada tahun 1950, Ia membuat patung Jenderal Sudirman di halaman gedung [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta|DPRD Yogyakarta]] yang merupakan patung batu pertama sesudah Prambanan. Selain itu, pada tahun yang sama bersama dengan Affandi, [[Sindoedarsono Soedjojono|S. Sudjojono]], Jayeng Asmoro, Indro Sugondo, Surono, Abdul Katamsi Kusnadi Sindu Suarno, Setioso, Sri Murton dan lain-lain menjadi pendiri [[Institut Seni Indonesia Yogyakarta|Akademi Seni Rupa IndonesIa (ASRI) di Yogyakarta]] yang kini dikenal sebagai ISI Yogyakarta. Pada tahun 1951 dan 1953 Ia membuat Patung [[Tugu Muda]] di Semarang dan Patung Erlangga di Surabaya. Pameran tunggal kedua diselenggarakannya di [[Hotel des Indes]] Jakarta pada tahun 1957 dengan memamerkan lukisan-lukisan revolusi dalam ukuran besar-besar seperti ''Penganten Pasar Cibodas, Pertempuran di Klenteng, Jenderal Sudirman'' dan lain-lain. Ia sempat dicalonkan oleh [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] (Lekra) sebagai salah satu anggota konstituante dan terpilih sebagai [[Daftar anggota Konstituante Republik Indonesia|anggota konstituante dengan nomor anggota 483]] dan masuk ke dalam Fraksi Republik Proklamasi. Setelah tidak menjadi anggota konstituante, Ia sendiri disibukkan oleh kegiatan melukis pasar-pasar dan lukisan dinding ''sangkok'' di Klenteng Bandung terutama dalam gerak dan pelukisan suasana.<ref name=":0" />
==== Pasca 30 September 1965 ====
|