Tony Wen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, replaced: filem → film using AWB |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(42 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Chinese|t=温敬多||p=Wēn Jìng Duō |phfs = Vûn Kin-tô | ind = Boen Kin To}}
'''Tony Wen''' ({{lahirmati|[[Sungailiat]], [[Bangka Belitung]]|26|04|1911|[[Jakarta]]|30|05|1963}}) adalah pejuang [[Indonesia]] keturunan [[Tionghoa]]. Ia dikenal terutama saat membantu keuangan Indonesia pada era awal kemerdekaan dengan menyelundupkan candu ke Singapura. Tony Wen atau Boen Kin To, lahir di Sungailiat, Bangka, pada 1911 dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang kepala parit ''Bangka Biliton Tin Maatschappij''.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://perbasi.org/menelusuri-kisah-tony-wen-pejuang-peranakan-tionghoa-asal-bangka/|title=Menelusuri Kisah Tony Wen, Pejuang Peranakan Tionghoa Asal Bangka|website=perbasi.org|language=id|access-date=2018-12-08}}</ref>
==
[[File:Tony Wen Home in Sungailiat.jpg|thumb|right|Rumah Tony Wen di Sungailiat, Bangka.]]
Setelah menyelesaikan sekolah menengah di Sungailiat, dia kemudian meneruskan studinya di [[Singapura]], lalu U Ciang University, [[Shanghai]] hingga Liang Nam University, [[Kanton|Canton]]. Setelah kembali ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta (Batavia)]], ia menjadi guru olahraga di sekolah Pa Hoa (T.H.H.K.). Ia juga seorang pemainan sepak bola nasional yang sangat handal, gesit, dan cergas dalam pertandingan. Sebelum [[Perang Dunia II]] meletus, ia menjadi pemain sepak bola terkenal kesebelasan [[UMS 1905|UMS (Union Makes Strength)]].<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite news|url=http://bangka.tribunnews.com/2016/08/18/menyibak-kisah-tony-wen-pejuang-kemerdekaan-keturunan-tionghoa-asal-pulau-bangka|title=Menyibak Kisah Tony Wen, Pejuang Kemerdekaan Keturunan Tionghoa Asal Pulau Bangka|date=2016-08-18|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2018-12-08|first=Iwan|last=Satriawan}}</ref> “Ia adalah idola remaja sebelum Perang Dunia II karena bintang sepakbola. Ia anggota perkumpulan sepakbola keturunan Tionghoa (Tiong Hoa Oen Tong Hwee) (UMS) di Petak Sin Kian, Jakarta […] ia guru pada sekolah Tionghoa THHK di Jalan Patekoan,” tulis Yunus Yahya dalam buku ''Catatan seorang WNI: Kenangan, Renungan & Harapan'' (1989:8).<ref name=":2">{{Cite web|url=https://tirto.id/tony-wen-pesepakbola-yang-menyelundupkan-candu-demi-republik-c5HU|title=Tony Wen: Pesepakbola yang Menyelundupkan Candu demi Republik|website=tirto.id|language=id|access-date=2018-12-08}}</ref>
=== Masa Organisasi (Pra-Kemerdekaan dan Revolusi Fisik) ===
Disamping kegemarannya dengan dunia olahraga, ia banyak mengambil peran dalam berbagai organisasi yang terkait. Pada [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|masa pendudukan Jepang]], ia bekerja sebagai juru bahasa di kantor urusan Hoa Kiao (Kakyo Hanbu) yang merupakan salah satu bagian pusat intelijen [[Jepang]] (Sambu Beppan).<ref name=":0" /><ref name=":1" /><ref name=":2" /> Menurut Yong Mun Cheong dalam ''The Indonesian Revolution and the Singapore Connection, 1945-1949'' (2003:130), pada era itu ia bergiat dalam Perserikatan Rakjat dan Boeroeh Tionghoa di Surakarta sebagai manajer bagian olahraga. Setelah Jepang kalah, ia menjadi wakil presiden dalam serikat tersebut.<ref name=":2" /><ref name=":3">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/54078950|title=The Indonesian revolution and the Singapore connection, 1945-1949|last=Cheong.|first=Yong, Mun|date=2003|publisher=Singapore University Press|isbn=9971692767|location=Singapore|oclc=54078950}}</ref>
Pada masa revolusi, Tony Wen dikenal sebagai pemimpin dari Barisan Pemberontak Tionghoa (BPTH) di Solo. Di sisi lain, sepengakuan mantan Wakil Presiden [[Adam Malik]] dalam ''Mengabdi Republik Volume 2'' (1978:5), Tony juga menjadi penyerang tengah kesebelasan PSIS (Solo) yang kala itu cukup ternama. Tak cukup di situ, Tony Wen sebagai pedagang juga turut menyediakan logistik bagi tentara Indonesia yang saat itu morat-marit.<ref name=":3" />
Tony Wen meninggal dunia karena sakit pada 30 Mei 1963 dan dimakamkan di Menteng Pulo, Jakarta. Banyak sekali sanak saudara dan temen seperjuangan datang memberi penghormatan terakhir.▼
=== Kisah Penyelundupan Candu ===
== Peristiwa Surabaya ==▼
Pada masa itu, Indonesia yang baru saja meraih kemerdekaan memiliki kondisi ekonomi yang buruk apalagi ditambah dengan adanya blokade oleh Belanda dari segala penjuru membuat Indonesia semakin kesulitan melakukan perdagangan dengan negara lain untuk mengisi kas negara. Di sinilah Tony Wen berperan besar dalam membantu mengisi kas negara.
Keterangan dari Henry Boen, keponakan Tony Wen dan lihat (Siauw Giok Tjhan , 1981) , (Leo Suryadinata ,1981) , etc▼
Apakah Almarhum Tony Wen menjadi salah satu pemrakarsa merobek bagian biru dari bendera Holland, dan mengibarkannya kembali sebagai Merah Putih tidak ditulis dalam buku ini. Tentunya akan baik sekali kalau kita dapat mendengar/membaca keseluruhan peristiwa ini. Sebenarnya peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato (Oranye) itu terjadi tanggal 19 September 1945.▼
Kurangnya kas negara untuk biaya operasional pemerintahan menyebabkan [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]] [[Alexander Andries Maramis|A.A. Maramis]] menyarankan menjual candu ke luar negeri. Dengan keahlian Tony Wen di Solo yang menyuplai logistik dan senjata untuk pejuang di sana,ia dipercaya untuk menjual candu-candu mentah dari pabrik candu di [[Salemba]]. Mukarto Notowidagdo ditunjuk sebagai koordinator tim sementara Tony Wen menjadi pelaksana. Ia kemudian menghubungi temannya di [[Singapura]] yang memiliki jaringan distribusi candu dan operasi itu pun dilaksanakan.
Soal penyelundupan ke Singapura itu dicatat oleh Sam Setyautama dalam ''Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia'' (2008:24). Pada 1948, Tony bersama Soebeni Sosrosepoetro, Karkono Partokusumo ([[Kamadjaja]]), dan dibantu Lie Kwet Tjien menyelundupkan candu ke Singapura untuk dibelikan senjata bagi Republik Indonesia. Dengan naik perahu, Tony Wen membawa setengah ton candu dari [[Pantai Popoh]] di [[Kabupaten Kediri|Kediri]] dan melintasi pantai selatan Jawa ke [[Selat Lombok]] untuk menghindari patroli [[Belanda]] dalam perjalanannya ke Singapura. Operasi lanjutan ini kemudian dilaksanakan oleh [[John Lie|Laksamana John Lie]] dengan menggunakan pesawat amphibi Catalina. Dengan pesawat ini, Indonesia berhasil melakukan pengiriman sebanyak dua kali dan membawa 4 ton candu ke Singapura. Akan tetapi, operasi ini akhirnya diketahui oleh [[Belanda]] sehingga Tony Wen ditangkap oleh polisi [[Britania Raya|Inggris]] di Singapura.<ref name=":2" /><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/53361234|title=Peranakan idealis : dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya|last=Yunus.|first=Yahya,|date=2002|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=979902384X|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=53361234}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/312440590|title=Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia = [Yinni Hua zu ming ren ji]|last=1938-|first=Setyautama, Sam,|date=2008|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Chen Xingchu Foundation|isbn=9789799101259|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=312440590}}</ref>
=== Mengikuti Brigade Internasional ===
Tony juga tergabung dalam ''International Volunteers Brigade'' (IVB) alias Brigade Internasional, kesatuan tentara yang terdiri dari orang-orang (keturunan) berbagai macam bangsa Asia (Tiongkok, Filipina, Malaysia, India, dan Pakistan). Menurut ''Arsip Kementerian Pertahanan nomor 1735: Laporan harian Kementerian Pertahanan Bagian V Kepada Menteri Muda Pertahanan tanggal 30 Oktober 1947,'' pada IVB ada orang-orang dari [[Filipina]] yang dipimpin Ir. Estrada, orang-orang [[India]] yang dipimpin Abdulmadjid Khan serta orang-orang [[Federasi Malaya|Malaya]] yang dipimpin Adnan.<ref name=":2" />
Dalam arsip yang sama dituliskan, Brigade yang sekretariatnya berada di Jalan Poncowinatan 50, [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] ini terdiri atas bagian ketentaraan, ekonomi, sosial dan penerangan meskipun tidak seluruhnya aktif di front pertempuran. Dari golongan tadi, orang-orang India-lah yang tergolong aktif bertempur. “Yang sudah turut berperang di medan [[Gombong, Kebumen|Gombong]] semua orang-orang India, sedang pasukan Tionghoa di bawah Tony Wen sampai sekarang (20 Oktober 1947) hanya menjalankan latihan belaka,” tulis laporan Kementerian Pertahanan Bagian V itu.<ref name=":2" />
=== Masa Setelah Kemerdekaan ===
Pada tahun 1950-an ia diangkat menjadi anggota [[Komite Olimpiade Indonesia]] dan pengurus [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia|PSSI]]. Pada tahun 1952, ia masuk menjadi anggota [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. Sejak Agustus 1954 sampai Maret 1956, ia diangkat menjadi anggota DPR ([[konstituante]]) mewakili [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] untuk daerah pemilihan [[Sumatera Selatan|Sumatra bagian Selatan]]. Ia pernah menjabat di Kabinet Interim Demokrasi dan pada tahun 1955 pernah masuk di Kabinet [[Ali Sastroamidjojo]]. Tony juga masih bergelut dalam dunia olahraga. Ia juga bergiat di cabang [[bola basket]]. Tony menjadi salah satu pendiri Persatuan Basketball Seluruh Indonesia ([[Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia|Perbasi]]) pada 23 Oktober 1951 dan Ialah ketua pertama Perbasi.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|url=http://www.konstituante.net/en/profile/PNI_tony_wen|title=Tony Wen - PNI (Partai Nasional Indonesia) - Member Profiles|website=Konstituante.Net|access-date=2018-12-08}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=SuVdCwAAQBAJ&dq=Tony+Wen&hl=id&source=gbs_navlinks_s|title=MENJADI PEMAIN BOLA BASKET HEBAT|last=Werdihartohadi|first=Fekum Ariesbowo|publisher=Be Champion|isbn=9786028884037|language=id}}</ref>
=== Wafat ===
▲Tony Wen meninggal dunia karena sakit pada 30 Mei 1963 dan dimakamkan di [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng Pulo]], Jakarta. Banyak sekali sanak saudara dan temen seperjuangan datang memberi penghormatan terakhir.<ref name=":2" />
▲== Peristiwa Surabaya ==
{{rapikan}}
▲Keterangan dari Henry Boen, keponakan Tony Wen
▲Apakah Almarhum Tony Wen menjadi salah satu pemrakarsa merobek bagian biru dari bendera
Untuk menanggulanginya, Go Gien Tjwan sebagai jurubicara Angkatan Muda Tionghoa (AMT) mengucapkan pidato yang menekankan bahwa musuh rakyat Indonesia bukan etnis Tionghoa melainkan Belanda. Ia juga menyatakan bahwa etnis Tionghoa juga menjadi korban penjajahan Belanda dan tidak menginginkan kembalinya penjajahan Belanda.
[[Siauw Giok Tjhan|Siaw Giok Tjhan]] bersama
== Referensi ==
<references />
{{Authority control}}{{URUTANBAKU:Wen, Tony}}
[[Kategori:Pemain sepak bola Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Marga Wen]]
[[Kategori:Tokoh Kepulauan Bangka Belitung]]
[[Kategori:Tokoh dari Bangka]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
[[Kategori:Keluarga Wen dari Bangka]]
|