Kiai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan kemungkinan vandalisme Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Fitur saranan gambar: 1 gambar ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan gambar |
||
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangpop van karbouwenhuid voorstellende het hoofd van de geestelijke leiders Kyai Maja 1825 TMnr 4551-25.jpg|jmpl|Patung wayang kulit dari Kyai Maja, seorang pemuka agama dari Jawa. ]]
'''Kiai''' atau '''Kyai''' (kadang-kadang juga ejaan arkaisnya '''Kijahi'''/'''Kyahi'''), merupakan istilah atau gelar dalam kebudayaan [[Jawa|suku bangsa Jawa]], untuk tokoh agama atau orang yang memimpin pondok pesantren. Istri seorang kyai atau pemuka pondok pesantren disebut nyai.<ref>Djamas, Nurhayati. 2008. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan. Jakarta: PT Raja Grafinda Persada</ref> Kedua gelar tersebut yang menyandang tidak hanya para tokoh terkemuka. Sudah menjadi kebiasaan bagi para bangsawan Jawa untuk memberikan gelar "kyai" dan "nyai" kepada benda-benda yang dianggap keramat. Istana-istana Jawa pada umumnya memiliki benda pusaka yang sangat dihormati layaknya orang yang sakti. Jenis bendanya bermacam-macam, termasuk senjata, alat musik, dan kereta kuda.<ref>Graaf, H.J de. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Jakarta: PT Pustaka Graftipers</ref>
== Etimologi ==
Secara etimologis, kata "kyai" dan "nyai" sudah lama dikenal dalam [[bahasa Jawa Kuno]] yang kemudian dua istilah tersebut telah mengalami pergeseran dalam segi bahasa dan makna. Dalam bahasa Jawa Kuno ''kyai'' berasal dari kata ''ki yayi'' sedangkan ''nyai'' berasal dari kata ''ni yayi''. Berdasarkan [[Kamus Jawa Kuna-Indonesia (Zoetmulder)|Kamus Jawa Kuna-Indonesia]] yang disusun oleh [[P.J. Zoetmulder]], ''ki'' adalah kata sandang bagi laki-laki sedangkan ''yayi'' berarti adik. Sebaliknya ''ni'' merupakan kata sandang bagi perempuan. Dengan demikian ''ki yayi'' dan ''ni yayi'' masing-masing secara harfiah berarti "adik laki-laki" dan "adik perempuan". Ini terutama merujuk kepada status terhormat sebagai kerabat raja.<ref>P.J. Zoetmulder, S.O. Robson. 1995. Kamus Jawa Kuna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama</ref>
== Jawa ==
'''Kiai''' atau '''Kyai''' bagi pemahaman Jawa adalah sebutan untuk "yang dituakan ataupun dihormati" baik berupa orang, ataupun barang. Selain Kiai, bisa juga digunakan sebutan Nyai untuk yang perempuan. Kiai bisa digunakan untuk menyebut:
# [[Ulama]] atau tokoh, contoh: Kiai Haji [[
▲# [[Ulama]] atau tokoh, contoh: Kiai Haji [[Hasyim Muzadi]], [[Kyai Tapa]], Kyai [[Sadrach]]
# Pusaka, contoh: [[keris]] Kiai Joko Piturun, [[gamelan]] Kiai Gunturmadu
# Hewan, contoh: [[kerbau]] Kiai Slamet, [[kuda]]
# Makhluk halus, contoh: Kiai Sapujagad (penunggu [[Gunung Merapi]])
# Orang yang sudah meninggal (meskipun berusia muda).{{cn}} Bisa dilihat di nisan pada kompleks makam masyarakat Jawa.
== Banjar/Kalimantan ==
'''Kiai''' bagi masyarakat Banjar dan Kalimantan adalah [[Jenis gelar|gelar]] bagi kepala [[distrik]]<ref>
== Baca Juga ==▼
* [[Syekh]]
* [[Buya]]
* [[Tuanku]]
== Pranala luar ==
|