Partai Sosialis Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan judul subbagian: PSI di arlemen → PSI di parlemen menggunakan HdEdit |
MesinKetik (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tentang|partai sosialis yang dilarang Demokrasi Terpimpin tahun 1960|partai lain dengan singkatan yang sama|PSI (disambiguasi)}}
{{distinguish|Partai Solidaritas Indonesia|Partai Sosialis (Indonesia)}}
{{pp-semi-indef|small=yes}}
{{Infobox Political party
| colorcode
| abbreviation = PSI
|
| logo = [[Berkas:Logo of the Socialist Party of Indonesia.svg|250px]] | leader
| president
| chairperson
| spokesperson
| leader1_name
| leader2_name
| leader3_name
| foundation
| dissolution
| predecessor
| headquarters
| newspaper
| youth_wing
| membership_year =
| membership
| ideology
|national = ▼
| position = [[Politik sayap kiri|Sayap kiri]]
|international = [[Konferensi Sosialis Asia]]▼
|europarl = ▼
|colors =Merah▼
|symbol =Bintang Merah▼
|website = ▼
|footnotes = ▼
|state = Indonesia▼
▲|women_wing=Gerakan Wanita Sosialis}}
'''Partai Sosialis Indonesia''' (disingkat '''PSI''') adalah sebuah partai politik yang pernah ada di [[Indonesia]]. Partai ini [[sayap kiri|berhaluan kiri]] dan menganut ideologi [[sosialisme]].▼
}}
▲'''Partai Sosialis Indonesia''' (
== Sejarah ==
=== Pendirian partai ===
Cikal bakal PSI adalah Partai Sosialis Indonesia (PARSI) yang didirikan dan diketuai oleh [[Amir
=== Posisi dalam pemerintahan ===
Pada akhir tahun 1945 (dalam rapat pada 20 Desember 1945), Partai Sosialis memperoleh lima (menempatkan lima orang perwakilan) dari 25 kursi di Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]], lembaga legislatif ''de facto'' sebelum adanya DPR. Anggota Partai Sosialis, [[Soepeno]] terpilih sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=2003|isbn=9780877277347|location=Itacha, New York|pages=171|language=en}}</ref>
==== Perjanjian
Pada tahun 1946, terjadi krisis dalam pemerintahan Kabinet Sjahrir III, karena pemerintahan dianggap menjual negara dengan menyetujui [[perundingan Linggarjati]]. Perundingan Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia, contohnya beberapa [[partai]] seperti [[Masyumi|Partai Masyumi]], [[PNI]], [[Partai Rakyat Indonesia]], dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa perundingan itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946 ditetapkan pada tanggal 28 Desember 1946, dimana bertujuan menambah anggota [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan Linggarjati. Peraturan Presiden No. 6/1946 berisi tentang penyempurnaan susunan [[Komite Nasional Indonesia Pusat]], berbentuk penambahan jumlah anggotanya dari 200 menjadi 514 orang. Selain itu, hal ini bertujuan supaya lebih dapat mencakup semua lapisan dan golongan yang ada.
Baris 63 ⟶ 67:
* Hamdani, pernah menjabat sebagai Residen RI di Cirebon, Wakil Gubernur Militer Sumatra Tengah<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=GcyazKx7wqIC&pg=PA380&dq=sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiNzvrjkMrZAhVCN48KHVtoAfwQ6AEIQjAF#v=snippet&q=djohan&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan (ed.)|date=|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=2010|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=464|language=id}}</ref> dan Menteri Sosial pada [[Kabinet Halim]].
* [[Makmun Sumadipradja]], Bupati Cirebon dan anggota Dewan PSI.
* [[Moch. Tauchid]], aktivis sayap tani PSI, GTI.
* [[Mochtar Lubis]], pemimpin surat kabar ''[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]''.
* [[Goenawan Mohamad]], sastrawan & pendiri majalah Tempo.
Baris 69 ⟶ 73:
* [[Rosihan Anwar]], pemimpin surat kabar ''[[Pedoman]].''
* [[Sarbini Sumawinata]], seorang ekonom kenamaan, Guru Besar Fakultas Ekonomi [[Universitas Indonesia|UI]] dalam bidang ekonomi kerakyatan dan pernah menjabat sebagai [[Daftar Kepala Badan Pusat Statistik|Kepala Biro Pusat Statistik]] pertama (1955-1965).
* [[Saubari]], politikus.
* [[Siauw Giok Tjhan]], aktivis.
* [[Soe Hok Gie]], aktivis mahasiswa, aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMS) cabang UI Jakarta.
Baris 81 ⟶ 86:
* [[Sutan Sjahrir]], pernah menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]].
* [[Sutan Takdir Alisyahbana]], sastrawan pelopor [[Pujangga Baru]].
* [[Tandiono Manu]], pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Pertanian Indonesia|Menteri Pertanian]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&pg=PA468&lpg=PA468&dq=tandiono+manu&source=bl&ots=jdYNVGG2aR&sig=7BDKBtn58fpVLyntk_3chaFVRo4&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjr59-z15XWAhUeTY8KHUnCAc8Q6AEIWzAO#v=onepage&q=tandiono%20manu&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=2003|isbn=9780877277347|location=Itacha, New York|pages=468|language=en}}</ref>
* [[Y.B. Mangunwijaya]], rohaniwan, arsitek & penyair.
Pada masa Demokrasi Parlementer, para politikus sipil membentuk banyak partai politik, tetapi hanya beberapa partai yang benar-benar mempunyai arti penting di Jakarta. Sjahrir tetap memimpin Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didukung oleh kaum intelektual Jakarta, tetapi hanya mendapat sedikit dukungan umum di luar Jakarta. PSI juga memiliki pengaruh di kalangan pejabat tinggi pemerintahan dan mempunyai pendukung di kalangan tentara pusat.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=onepage&q=ricklefs&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=Ricklefs|first=M. C.|date=2008|publisher=PT. Serambi Ilmu Semesta|year=|isbn=9791600120|location=Jakarta|pages=499|language=id}}</ref> Selama beberapa tahun sesudah berdirinya, PSI tetap merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam panggung politik Indonesia. Mereka selalu menjadi bagian pemerintahan baik sebelum dan sesudah kemerdekaan (seperti [[Kabinet Hatta I]] yang dibentuk [[Mohammad Hatta|Hatta]] pada Januari 1948, [[Kabinet Natsir]] pada tahun 1952, [[Kabinet Wilopo]] - April 1952, lalu [[Kabinet Burhanuddin Harahap]] tahun 1955) dan beberapa pejabat dalam pemerintahan tersebut memiliki hubungan dengan PSI atau bersimpati pada pendekatannya terhadap masalah-masalah Republik. Pengaruh di kalangan pejabat tinggi pemerintahan ini terlihat adanya anggota atau simpatisan dekat partai yang menduduki lebih dari sekadar posisi senior dalam dinas sipil, lebih dari memegang jabatan sekretaris jenderal Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertahanan, serta ada mewakili, meskipun tidak terlalu kuat dan berkedudukan tinggi dalam lingkungan tentara Angkatan Darat Di antara tokoh militer yang memiliki hubungan yang kuat atau bahkan menjadi simpatisan PSI adalah [[T.B. Simatupang]] yang pernah menjadi Kepala Staf Angkatan Perang.<ref>http://historia.id/historiografis/habitat-orang-kita-di-atas-panggung-politik</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=HHwW1m0atC0C&printsec=frontcover&dq=j.d.+legge+sjahrir&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilgND2pMnqAhXNXisKHSrOCfcQ6AEwAHoECAQQAg#v=snippet&q=mass&f=false|title=Intellectuals and Nationalism in Indonesia: A Study of the Following Recruited by Sutan Sjahrir in Occupied Jakarta|last=Legge|first=J. D.|date=2010|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-23-0|location=Singapore|pages=27|language=en|url-status=live}}</ref> T.B. Simatupang adalah salah seorang tokoh yang ikut jaringan Sjahrir di zaman pendudukan Jepang.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=GcyazKx7wqIC&pg=PA461&lpg=PA461&dq=lm+sitorus&source=bl&ots=uG067ir-I_&sig=w6mwS14wfQs0n6En9bTL6tcR2ZY&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiK6NKUhcrZAhVEq48KHXrqB2MQ6AEISzAN#v=onepage&q=Simatupang&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan|date=|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=2010|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=461|language=id}}</ref> Bahkan T.B. Simatupang adalah salah seorang dari empat orang delegasi ([[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]], [[Soepeno]], L.M. Sitorus) yang diutus Sutan Sjahrir saat pertemuan di Cirebon pada 19 November 1945 untuk mendukung Kabinet Sutan Sjahrir-Amir Sjarifuddin yang telah dilantik lima hari sebelumnya serta pembahasan berdirinya [[Partai Rakjat Sosialis|Partai Rakyat Sosialis]] (PARAS) yang merupakan nama baru untuk Partai PNI-Pendidikan.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=vzwAExNhpRQC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia|last=Mrázek|first=Rudolf|date=1994|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=|isbn=0877277133|location=Itacha, New York|pages=285|language=en}}</ref> Kemudian ada [[Hamengkubuwana IX|Sultan Hamengkubuwana IX]] dan Jenderal [[Abdul Haris Nasution|A. H. Nasution]] yang bukan anggota PSI, tapi mereka memiliki hubungan informal yang kuat dengan partai berlambang bintang ini.
== Pimpinan Partai dan Organisasi Sayap Partai ==
Partai Sosialis Indonesia yang telah memisahkan diri dari Partai Sosialis-nya Amir Syarifuddin, kemudian menyusun kembali kekuatannya dengan mereka yang pro-Sjahrir. Pada tanggal 12-17 Februari 1952, PSI mengadakan kongres pertamanya di Bandung. Kongres PSI pertama di Bandung berhasil memilih 45 orang anggota Dewan Pimpinan Partai. Dari 45 anggota Dewan Pimpinan Partai PSI, selain [[Sutan Syahrir|Syahrir]] ada lima orang berasal dari tanah Minang, yakni [[Djohan Sjahroezah]], Djoeir Moehamad, Tamimi Usman, dan Athos Auserie, Leon Salim.<ref>Ia adalah tokoh asal Tiakar, Payakumbuh, yang sejak masa pergerakan nasional aktif terlibat sebagai tokoh pemuda pergerakan serta aktivis PNI-Pendidikan/PNI-Baru-nya Hatta bersama Chatib Sulaiman, Djoeir Muhammad, Djalil Jahja, dan Harun Junus. Pernah juga menjadi Ketua PNI-Pendidikan/PNI-Baru untuk
Pada paruh pertama 1950-an (terhitung sejak Maret 1951) susunan Fraksi PSI di [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] (DPRS) yang beranggotakan 15 orang (beberapa sumber menyebut ada 17 orang) adalah Soebadio Sastrosatomo, Hamid Algadri, Lukman Wiriadinata, Andi Zaenal Abidin, Basri, Nyonya Soenarjati Soekemi, Tan Boen An, Mohamad Nuh, Djoeir Moehamad, Soemartojo, Tan Po Goan, Nyonya Soewarni Pringgodigdo,<ref>Soewarni Pringgodigdo merupakan salah satu dari sepuluh perempuan (pemudi) yang hadir dalam Kongres Pemuda II, 27-28 Oktober 1928. lihat {{Cite web|url=http://historia.id/modern/perempuan-dalam-kongres-pemuda|title=Perempuan dalam Kongres Pemuda|website=historia.id|language=id|access-date=2018-03-22}}</ref> J. B. A. F. Mayor Polak, Nyonya Soesilowati Rikerk, dan Djohan Syahroezah.<ref name=":1" /><ref>Untuk melihat daftar 45 anggota Dewan PSI serta susunan Sekretariat Dewan Partai, lihat {{Cite web|url=http://enosocialist.blogspot.co.id/2012/03/partai-sosialis-indonesia.html|title=PARTAI SOSIALIS INDONESIA|website=enosocialist.blogspot.co.id|access-date=2017-09-08}}</ref> Sedangkan pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan umum legislatif tahun 1955]], PSI berada pada peringkat delapan dengan perolehan 753.191 suara dan mendapat lima kursi (1,9% kursi parlemen) di DPR. Susunan fraksi PSI dalam DPR hasil Pemilu legislatif tahun 1955 adalah Soebadio Sastrosatomo (sebagai ketua fraksi), Hamid Algadri (sebagai wakil ketua/sekretaris fraksi), Sastra (pengganti anggota terpilih Gandaatmadja Sapai dari daerah pemilihan Jawa Barat), I Made Sugitha, Nyonya Suzanna Hamdani.<ref>{{Cite book|title=Hasil Rakjat Memilih: Tokoh-Tokoh Parlemen (Hasil Pemilihan Umum Pertama-1955) di Republik Indonesia.|url=https://www.worldcat.org/title/hasil-rakjat-memilih-tokoh-tokoh-parlemen-hasil-pemilihan-umum-pertama-1955-di-republik-indonesia/oclc/8509535|publisher=C.V. Gita|date=|location=Jakarta|oclc=8509535|language=Indonesian|last=Parlaungan|first=|year=1956|isbn=|page=381-382}} Lihat http://repositori.dpr.go.id/100/3/HASIL%20RAKYAT%20MEMILIH%20TOKOH-TOKOH%20PARLEMEN_3.pdf</ref> Sama halnya dengan partai-partai lain yang memiliki berbagai organisasi sayap partai dalam berbagai golongan, PSI juga memiliki beberapa organisasi sayap/''onderbouw'' yang berafiliasi dengan partai berlambang bintang merah ini.
Baris 94 ⟶ 99:
Di kalangan mahasiswa ada Gerakan Mahasiswa Sosialis dipimpin oleh Hersubeno dan Sudjono Jali, dan kemudian diganti Maruli Silitonga dan Hakim Simamora. Salah satu tokoh Gerakan Mahasiswa Sosialis yang terkenal adalah alumni Sejarah Fakultas Sastra UI Jakarta, Soe Hok Gie. Ada [[Rahman Tolleng]] yang juga merupakan anggota Gerakan Mahasiswa Sosialis Bandung. Sayap pemuda PSI bernama Gerakan Pemuda Sosialis, dipimpin oleh Suwandi Citut dan [[Gatut Kusumo Hadi|Gatot Kusumo Hadi]]. Sedangkan sayap wanita PSI bernama Gerakan Wanita Sosialis (GWS), dipimpin oleh Siti Wahjunah, istri Sutan Syahrir. Beliau adalah kakak [[Soedjatmoko]] dan Prof. [[Miriam Budiardjo]].<ref>{{Cite web|url=http://www.prismajurnal.com/forum-thread.php?id=%7B8B5A5D3C-E973-D7A1-5576-967A10540C5D%7D|title=Prisma Jurnal|website=www.prismajurnal.com|access-date=2017-09-08|archive-date=2021-10-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20211020173114/https://www.prismajurnal.com/forum-thread.php?id=%7B8B5A5D3C-E973-D7A1-5576-967A10540C5D%7D|dead-url=yes}}</ref> [[Mien Soedarpo|Minarsih Wiranatakusumah]] dan Ny. K. Tauchid (Istri Moch. Tauchid) merupakan tokoh dari organisasi perempuan PSI tersebut.<ref>Historia No. 18 Tahun II 2014, hlm. 48-52</ref> Sebelum berdirinya GWS, PSI mengandalkan kontak politik yang erat dengan organisasi wanita lain, [[Isteri-Sedar]]. Isteri-Sedar merupakan organisasi pergerakan perempuan yang didirikan Nyonya [[Suwarni Pringgodigdo]]. Namun setelah pemilihan 1955, PSI merasa bahwa Isteri-Sedar telah gagal memobilisasi pemilih perempuan untuk partai ini dan oleh karena itu partai memutuskan untuk membentuk sayap perempuannya sendiri yakni GWS.<ref>Wijono. ''The General Elections in Indonesia and the Partai Sosialis Indonesia'', in ''Socialist Asia'', Vol IV, November 1955/February 1956, Nos. 3-4. hlm. 16-17</ref>
Sedangkan untuk sayap buruh, partai membentuk [[Kongres Buruh Seluruh Indonesia]] (KBSI) dan membentuk sayap tani bernama Gerakan Tani Indonesia (GTI). Kongres Buruh Seluruh Indonesia (KBSI) terbentuk karena keterlibatan federasi serikat buruh [[Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia]] (SOBSI) dalam [[Peristiwa Madiun 1948]], yang mendorong beberapa anggota nonkomunis memilih keluar. Mereka menilai perlu ada federasi buruh yang baru dan independen. KBSI merupakan fusi antara Persatuan Organisasi Buruh (POB), di mana kelompok Sjahrir berada, menjalin hubungan dengan organisasi serikat buruh nonkomunis lainnya seperti Gabungan Sarekat Buruh Indonesia (GSBI) yang nasionalis, Badan Pekerja Sarekat Sekerdja (BPSS), dan Gabungan Organisasi Buruh
Sama halnya dengan pendirian KBSI yakni perpecahan kelompok sosialis kanan dan sosialis kiri (komunis), Gerakan Tani Indonesia (GTI) juga mengalami hal serupa. GTI didirikan oleh kelompok nonkomunis pasca fusi antara Barisan Tani Indonesia (BTI), Rukun Tani Indonesia (RTI, yang merupakan sayap tani kalangan komunis), bersama Sarekat Tani Indonesia (Sakti) pada tahun 1953. Nama BTI yang kemudian dipertahankan dalam fusi. Pada periode inilah BTI menjadi identik dengan PKI, sebab organisasi massa tani ini telah berafiliasi dengan PKI. Moch. Tauchid sebagai salah satu pendiri BTI pada tahun 1945 bersama kawan-kawan sosialisnya (pengikut Sjahrir) memutuskan keluar dari BTI. Pada tahun itu pula, tepatnya tanggal 17 September 1953, ia kemudian mendirikan dan mengetuai Gerakan Tani Indonesia (GTI).<ref>Mochammad Tauchid. (2009). ''Masalah Agraria; Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia.'' Yogyakarta: STPN Press-Persaudaraan Warga Tani (Pewarta). hlm. 648-649</ref> Semua organisasi sayap partai ini didirikan sepanjang bulan Mei 1953 hingga September 1955.<ref>{{Cite web|url=http://historia.id/historiografis/habitat-orang-kita-di-atas-panggung-politik|title=Habitat Orang Kita di Atas Panggung Politik|website=historia.id|language=id|access-date=2017-09-08}}</ref> Pada kongres kedua di Jakarta pada bulan Juni 1955, terpilih 50 orang anggota Dewan Pimpinan Partai PSI, salah satunya adalah Koeswari.
Baris 108 ⟶ 113:
Pada tahun [[1950]]-an, PSI melalui salah seorang anggotanya, [[Soemitro Djojohadikusumo]], memberi penekanan pada program pembangunan daerah, industri kecil, dan koperasi. Akan tetapi, karena Soemitro mendukung [[PRRI]], PSI dianggap turut serta melawan pemerintah.<ref name=":0" /> Menurut Rosihan Anwar, awal mulanya saat itu muncul isu [[Soemitro Djojohadikoesoemo|Soemitro]] melakukan korupsi, ketika duduk sebagai menteri pada kabinet Burhanuddin Harahap; Soemitro memberikan dana kepada PSI dalam pemilihan umum. Lawan politik PSI, seperti PNI dan terutama PKI (melalui korannya; Harian Rakjat dan Bintang Timur) terus memberitakan kasus dugaan korupsi tersebut.<ref>Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=Sutan+Sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjY2NWGuPPeAhVCtY8KHWkJBLw4ChDoAQgzMAI#v=snippet&q=Sumitro&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=114|language=id}}</ref> Soemitro sempat diperiksa dua kali (pertama pada tanggal 26 Maret 1957; kedua tanggal 6-7 Mei 1957) oleh [[Corps Polisi Militer]] (CPM), dan hasilnya tidak ada dasar dan alasan untuk menahan dirinya. Selain itu, Soemitro sebenarnya akan dipanggil lagi untuk diperiksa ketiga kalinya pada 8 Mei 1957, namun ia tidak hadir memenuhi panggilan pemeriksaan karena menurut [[Abdul Haris Nasution|Nasution]], pemanggilan terakhir ini baginya berarti akan ditahan.<ref>A.H. Nasution (1984). ''Memenuhi Panggilan Tugas: Masa Pancaroba Kedua''. Jakarta: Gunung Agung. hlm. 96-97.</ref>
Berdasarkan undang-undang darurat perang, Nasution memerintahkan dilakukannya pembersihan. Akibatnya, beberapa orang politisi yang diduga telah melakukan korupsi ditangkap dan beberapa lainnya melarikan diri. Pada bulan Mei 1957, ahli ekonomi dan mantan menteri dari PSI, [[Soemitro Djojohadikoesoemo|Soemitro Djojohadikusumo]], merupakan salah seorang yang kabur dari [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] ke [[Sumatra]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=snippet&q=Sumitro&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=Ricklefs|first=M. C.|date=|publisher=PT. Serambi Ilmu Semesta|year=2008|isbn=9791600120|location=Jakarta|pages=539|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&printsec=frontcover&dq=audrey+kahin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwir8tT4rvTeAhWMvY8KHZgBBf8Q6AEIXTAI#v=onepage&q=Sumitro&f=false|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi:
Sebelum deklarasi PRRI, Sjahrir bersama sejumlah petinggi pengurus pusat PSI di Jakarta berusaha mengingatkan Soemitro. Beberapa kader PSI diutus menemui Soemitro untuk membujuk kembali ke Jakarta dan untuk berusaha mencegah terjadinya pemberontakan, tetapi sia-sia. PSI menjatuhkan skors padanya dan mengeluarkan pernyataan ketidaksepahamannya dengan PRRI.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/sejarah-partai-sosialis-indonesia-galau-dalam-kenaifan-politik-dgq5|title=Sejarah Partai Sosialis Indonesia: Galau dalam Kenaifan Politik|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-06-15}}</ref> Pada 21 Juli 1960, pimpinan Partai Sosialis Indonesia dipanggil menghadap Presiden [[Soekarno]] di Istana Merdeka, Jakarta. Sjahrir datang, didampingi pengurus pusat partai; [[Djohan Sjahroezah]], [[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]], T.A. Murad dan Djoeir Moehamad. Mereka diminta menjelaskan posisi Partai Sosialis Indonesia terkait dengan pemberontakan PRRI/Permesta. Sepekan kemudian, Sjahrir mengirim surat jawaban ke Istana. "''Sekalipun kami paham dan membenarkan perjuangan daerah, pembentukan pemerintahan pusat yang baru di samping pemerintahan yang ada kami anggap sebagai malapetaka''," tulis Sjahrir.<ref>Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=Sutan+Sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjY2NWGuPPeAhVCtY8KHWkJBLw4ChDoAQgzMAI#v=snippet&q=Sumitro&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=115-118|language=id}}</ref>
Baris 126 ⟶ 131:
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=DVhjDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=rosihan+anwar+mengenang+sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjYv8y_hO3iAhVjw1kKHU6GA9oQ6AEIKTAA#v=onepage&q=rosihan%20anwar%20mengenang%20sjahrir&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Terisisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan (ed.)|date=|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=2010|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=|language=id|page=}}
* Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=sjahrir+tempo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjr2r-nh-3iAhVsvlkKHTf_C8MQ6AEIKTAA#v=onepage&q=sjahrir%20tempo&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=|language=id|page=}}
{{Parpol1955}}
{{Partai politik Indonesia terdahulu}}
[[Kategori:Partai Sosialis Indonesia| ]]
[[Kategori:Partai
[[Kategori:Partai politik yang sudah bubar di Indonesia|Sosialis Indo]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1948 di Indonesia]]
[[Kategori:Partai politik yang didirikan tahun 1948]]
[[Kategori:Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 1955]]
|