Parasara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Dantonyoga (bicara | kontrib) Nama asli nya adalah Palasara bukan parasara |
||
(35 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| Nama = Parasara
| Devanagari = परशर
|
| Pasangan = [[Satyawati]]
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
Baris 10:
| Profesi = [[Resi]]
| Anak = [[Byasa]]
| Ayah = [[Sakti (resi)|Sakti]]/[[Sakti (resi)|Saktri]]
| Ibu = Adrusyanti
}}
'''
== Garis keturunan ==
== Parasara dalam ''Mahabharata Perwayangan Jawa'' ==▼
Menurut ''[[Weda]]'', [[Brahma]] menciptakan [[Wasista]] yang menikah dengan [[Arundati]] memiliki seorang anak bernama Sakti, yang merupakan ayah dari Palasara. Dengan [[Satyawati]], Palasara mempunyai anak [[Byasa]]. Byasa menjadi ayah dari [[Dretarastra]], [[Pandu]] dan [[Widura]] melalui istri-istri saudara tirinya [[Wicitrawirya]] yang wafat karena sakit. Byasa berputra Suka, melalui pernikahan dengan putri Jabali yang bernama Pinjala (Watika). Jadi Palasara adalah kakek-buyut dari kedua pihak yang bertikai dari ''[[Mahabharata]]'', para [[Korawa]] dan [[Pandawa]].
Kisah Bagawan Parasara muncul dalam jilid pertama ''Mahabharata'', yaitu ''[[Adiparwa]]''. Pada suatu hari, Bagawan Parasara berdiri di tepi [[Sungai Yamuna]], minta diseberangkan dengan perahu. [[Satyawati]] (alias Durgandini atau Gandawati) menghampirinya lalu mengantarkannya ke seberang dengan perahu. Di tengah sungai, Sang Parasara terpikat oleh kecantikan Satyawati. Satyawati kemudian bercakap-cakap dengan Resi Parasara, sambil menceritakan bahwa ia terkena penyakit yang menyebabkan badannya berbau busuk. ▼
▲Kisah
Ayah [[Satyawati]] berpesan, bahwa siapa saja lelaki yang dapat menyembuhkan penyakitnya akan dijadikan suami. Mendengar hal itu, Resi Parasara mengatakan bahwa ia bersedia menyembuhkan penyakitnya, lalu ia meraba kulit [[Satyawati]]. Tak berapa lama kemudian, bau harum semerbak tersebar dan bahkan dapat tercium pada jarak seratus ''[[yojana]]''. Karena Resi Parasara berhasil menyembuhkannya, maka ia berhak menjadikan Satyawati sebagai istri. ▼
▲Ayah [[Satyawati]] berpesan, bahwa siapa saja lelaki yang dapat menyembuhkan penyakitnya akan dijadikan suami. Mendengar hal itu, Resi
Setelah lamaran disetujui oleh orangtua [[Satyawati]], Parasara dan Satyawati melangsungkan pernikahan. Kedua mempelai menikmati malam pertamanya di atas sebuah perahu yang terapung di tengah sungai [[Yamuna]]. Di sana Resi Parasara menciptakan kabut gelap nan tebal agar perahunya tidak dapat dilihat orang. Perahu tersebut bagaikan sebuah pulau yang diselimuti kabut tebal. Dari hasil hubungannya, lahirlah Rsi [[Byasa]] yang sangat luar biasa.▼
▲Setelah lamaran disetujui oleh
== Palasara dalam ''Pewayangan Jawa'' ==
Begawan Palasara adalah putra [[Sakri|Bambang Sakri]], Bambang Sakri adalah putra Bambang Kalingga atau [[Sakutrem|Bambang Sakutrem]]. Bambang Kalingga adalah putra Begawan [[Manumanasa]], Begawan Manumanasa adalah putra Bambang [[Parikenan]]. Begawan Palasara beristrikan Dewi Durgandini atau [[Dewi Lara Amis]], putri Prabu Basuketi raja [[Kerajaan Wirata]]. Begawan Palasara berputra Raden Dipayana yang nanti akan menggantikan Begawan Palasara sebagai pertapa di Saptaarga dengan gelar Begawan [[Byasa]]. Begawan Palasara juga beristrikan Dewi Kekayi, putri Prabu Kekaya raja Kencapura. Dari pernikahannya dengan Dewi Kekayi lahirlah [[Rupakenca]] dan [[Kencakarupa]]. Begawan Palasara memiliki anak bernama [[Rajamala]] dan Dewi [[Sudesna]] yang merupakan hasil pernikahannya dengan Dewi Watari putri [[Sang Hyang Rekatatama]].
Begawan Palasara juga termasuk leluhur raja-raja dan ksatria-ksatria darah Kuru yang disebut Pandawa dan Kurawa, peran Begawan Palasara dalam hal ini adalah sebagai penurunan garis witaradya (keturunan brahmana) lewat jalur Begawan [[Abiyasa]].
Dari garis keturunan Begawan Abiyasa inilah lahir Destarastra, Pandu dan Widura' salah satu putra Begawan Abiyasa yakni Pandu lantas menjadi raja di Hastina sehingga memiliki lima orang putra diantaranya Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Arjuna, putra ketiga Pandu menjadi ksatria yang berhak mewarisi darah witaradya dari Begawan Abiyasa yang membuatnya sering melakukan tapa brata dan berguru ilmu spiritual kepada para brahmana di seluruh daerah hindustan. Lewat Arjuna inilah lahir seorang ksatria bernama Abimanyu yang gugur pada saat menjadi panglima tempur dalam perang Bharatayudha.
Abimanyu berhasil menurunkan satu-satunya keturunan dari trah witaradya yang meneruskan pemerintahan di Hastina, anak dari Abimanyu itulah kelak bernama Parikesit. Walaupun begitu, seusai Bharatayudha' beberapa keturunan Arjuna tidak ada yang menjadi brahmana seperti halnya Arjuna sendiri yang pernah bertapa di Gunung Indrakila saat proses pengasingan selama 13 tahun.
== Lihat pula ==
Baris 29 ⟶ 43:
== Pranala luar ==
* [http://www.reliableastrology.com/mphs.htm ''Brihat
* [http://www.srivaishnava.org/sva/alavan.htm Sriwaisnawa.Org] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090603110617/http://www.srivaishnava.org/sva/alavan.htm |date=2009-06-03 }}
Baris 39 ⟶ 53:
{{hindu-bio-stub}}
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
|