Masjid Al Ihsaniyyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
k Muhamad Izzul Fiqih memindahkan halaman Masjid Ihsaniyyah ke Masjid Al Ihsaniyyah: perbaikan penulisan sebelumnya, yang lebih sesuai di Jambi saat ini (penambahan "Al")
 
(25 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religious building
{{inuseuntil|20 April 2010}}
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Djambi TMnr 10016663.jpg
'''Masjid Ikhsaniyyah''' adalah [[masjid]] tertua di [[kota Jambi]], provinsi [[Jambi]]. Masjid ini didirikan pada tahun [[1880]] oleh seorang [[habib]] bernama '''Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri'''.
| caption = Masjid Al Ihsaniyah
{{DEFAULTSORT:Ikhsaniyyah}}
{{| building_name = Masjid diAl Indonesia}}Ihsaniyah
| location = [[Jambi]], [[Jambi]], [[Indonesia]]
| religious_affiliation = [[Islam]]
| website =
| architect =
| architecture_type = Masjid
| architecture_style =
| groundbreaking =
| year_completed =
| construction_cost =
| capacity =
| dome_quantity =
| dome_height_outer =
| dome_dia_outer =
| minaret_quantity =
| minaret_height =
}}
 
'''Masjid Al Ihsaniyah''' atau yang lebih dikenal dengan nama '''Masjid Batu''' adalah [[masjid]] tertua di [[kota Jambi]], provinsi [[Jambi]]. Masjid ini terletak di seberang pusat [[Kota Jambi]] yang dibelah [[sungai Batanghari]], tepatnya di kawasan [[Olak Kemang, Danau Teluk, Jambi|Olak Kemang]], kecamatan [[Danau Teluk, Jambi]].
[[Kategori:Masjid di Indonesia]]
 
== Sejarah ==
Masjid ini didirikan pada tahun [[1880]] oleh seorang [[habib]] bernama '''Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri'''. Sayyid Idrus adalah sultan atau raja yang berkuasa di daerah itu pada dekade akhir abad ke-19 dengan gelar ''Pangeran Wiro Kusumo''.
 
Masjid Batu ini didirikan Sayyid Idrus untuk memenuhi fungsi tempat ibadah bagi masyarakat seberang [[kota Jambi]]. Masyarakat kota Jambi waktu itu yang sudah fanatik keislamannya memanfaatkannya sebagai tempat ibadah dan kegiatan sosial lainnya.
 
== Ciri khas ==
Bangunan dalam [[masjid]] dipenuhi dengan hiasan [[kaligrafi]] berbagai rupa. Mimbar asli berdiri anggun di sisi kanan mihrab. Sementara beduk peninggalan terdahulu berada di bagian belakang ruang [[salat]]. Ciri mencolok dari masjid ini adalah banyaknya jendela. Jendela-jendela yang dipasang berpasangan itu mengelilingi masjid. Hanya tembok mihrab yang tak berjendela.
 
== Tradisi Sumpah ==
Sekitar tahun 60-an, masjid Ihsaniyyah merupakan tempat orang menyelesaikan sengketa. Jika ada orang berselisih perihal kepemilikan tanah, tuduhan mencuri, dan lain sebagainya orang akan membawa perkara itu ke masjid dan mengambil sumpah dengan disaksikan para penduduk dan pemuka agama.
 
Menurut Habib Salim, seorang pengurus masjid, [[masjid]] ini diyakini memiliki keramat tersendiri karena jika ada yang berani bersumpah palsu di dalamnya, maka dia akan mengalami bala atau hal lainnya. Karenanyalah, pada masa itu Masjid Batu amat masyhur dan tak ada seorang pun yang berani mengambil risiko bersumpah palsu di dalamnya. Banyak orang-orang yang berdusta yang awalnya berani bersumpah di dalamnya. Namun, setelah sampai mereka tak berani dan mengakui perbuatannya. Jika ada yang bersalah dan tak mengakui perbuatannya sampai diambil sumpahnya, orang itu akan menggelepar tak sadarkan diri. Dan jika ia sudah sadar biasanya orang yang bersalah itu akan mengakui perbuatannya.
 
Namun sayang, tradisi itu sudah hilang sama sekali. Tak ada lagi orang yang menjadikan masjid itu sebagai sarana mempertemukan kebenaran dan mencari keadilan. Tradisi sumpah itu mulai terlupakan, hanya kalangan tua saja yang mengetahui kisah tersebut.
 
== Dipugar Belanda ==
Pada tahun-tahun awal abad ke-20, perkembangan [[Islam]] di [[Jambi]] maju pesat. Hal ini seiring dengan majunya pendidikan keislaman di Jambi yang ditandai dengan berdirinya empat pesantren utama, yaitu Pesantren Nurul Iman, Pesantren Saadad Daarain, Pesantren Jauharain, dan Pesantren Nurul Islam. Keadaan ini membuat kesadaran keislaman penduduk semakin mengkristal dan menjadikan kawasan seberang kota Jambi banyak didatangi orang dari berbagai daerah untuk belajar.
 
Keadaan ini tentu saja berpengaruh bagi '''Masjid Batu'''. Makin lama jamaah masjid itu semakin penuh hingga akhirnya tak lagi mampu menampung jamaah yang terus membludak, terlebih pada [[Salat Jumat]]. Maka tokoh-tokoh masyarakat lalu menggelar musyawarah dan bermufakat untuk memperbaharui masjid. Disepakati dana pembangunan [[masjid]] dikumpulkan dari sedekah dan [[infaq]] masyarakat sampai akhirnya terkumpul dana yang cukup untuk memugar [[masjid]]. Saat itu tahun menunjukkan angka [[1935]].
 
Karena berada di bawah kekuasaan [[kolonial Belanda]]. para tokoh masyarakat meminta izin kepada Belanda. lalu masuklah permohonan pemugaran masjid ke pemerintah Belanda yang ada di Jambi dengan menceritakan latar belakang dan sejarah berdirinya masjid.
 
Tahulah Belanda bahwa Masjid Batu tersebut merupakan peninggalan Sayyid Idrus yang merupakan salah seorang sultan Jambi yang bergelar ''Pangeran Wiro Kusumo''. Karena menganggap bahwa masjid tersebut bernilai sejarah sebagai masjid sultan, tahun [[1937]] pihak [[kolonial Belanda|kolonial]] mengambil alih pembangunan masjid. Dana pun turun dari pihak kolonial dan pembangunan sepenuhnya berada dalam pengendalian Belanda. Padahal awalnya para tokoh masyarakat hanya perlu izin karena dana sudah tersedia. Jadilah dana dari masyarakat itu tidak terpakai yang akhirnya digunakan untuk membuat pagar mengelilingi [[masjid]].<ref>Majalah Hidayah edisi 58, Mei 2006 halaman 126-129</ref>
 
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Masjid Ihsaniyyah.jpg|Masjid Al Ihsaniyah (2024)
Berkas:Masjid Al-Ihsaniyah 01.jpg|Masjid Al Ihsaniyah
</gallery>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Masjid di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Ikhsaniyyah}}
[[Kategori:Masjid di IndonesiaJambi]]
[[Kategori:Kota Jambi]]