Masjid Al Ihsaniyyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k Muhamad Izzul Fiqih memindahkan halaman Masjid Ihsaniyyah ke Masjid Al Ihsaniyyah: perbaikan penulisan sebelumnya, yang lebih sesuai di Jambi saat ini (penambahan "Al") |
||
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious building
| image
| caption
| building_name
| location
| religious_affiliation
| website = ▲|architect =
▲|architecture_type = Masjid
▲|architecture_style =
▲|groundbreaking =
▲|year_completed =
▲|construction_cost =
▲|capacity =
▲|dome_quantity =
▲|dome_height_outer =
▲|dome_dia_outer =
▲|minaret_quantity =
▲|minaret_height =
}}
'''Masjid
== Sejarah ==
Baris 31:
== Tradisi Sumpah ==
Sekitar tahun 60-an, masjid
Menurut Habib Salim, seorang pengurus masjid, [[masjid]] ini diyakini memiliki keramat tersendiri karena jika ada yang berani bersumpah palsu di dalamnya, maka dia akan mengalami bala atau hal lainnya. Karenanyalah, pada masa itu Masjid Batu amat masyhur dan tak ada seorang pun yang berani mengambil risiko bersumpah palsu di dalamnya. Banyak orang-orang yang berdusta yang awalnya berani bersumpah di dalamnya. Namun, setelah sampai mereka tak berani dan mengakui perbuatannya. Jika ada yang bersalah dan tak mengakui perbuatannya sampai diambil sumpahnya, orang itu akan menggelepar tak sadarkan diri. Dan jika ia sudah sadar biasanya orang yang bersalah itu akan mengakui perbuatannya.
Baris 38:
== Dipugar Belanda ==
Keadaan ini tentu saja berpengaruh bagi '''Masjid Batu'''. Makin lama jamaah masjid itu semakin penuh hingga akhirnya tak lagi mampu menampung jamaah yang terus membludak, terlebih pada [[Salat Jumat]]. Maka tokoh-tokoh masyarakat lalu menggelar musyawarah dan bermufakat untuk memperbaharui masjid. Disepakati dana pembangunan [[masjid]] dikumpulkan dari sedekah dan [[infaq]] masyarakat sampai akhirnya terkumpul dana yang cukup untuk memugar [[masjid]]. Saat itu tahun menunjukkan angka [[1935]].
Baris 45:
Tahulah Belanda bahwa Masjid Batu tersebut merupakan peninggalan Sayyid Idrus yang merupakan salah seorang sultan Jambi yang bergelar ''Pangeran Wiro Kusumo''. Karena menganggap bahwa masjid tersebut bernilai sejarah sebagai masjid sultan, tahun [[1937]] pihak [[kolonial Belanda|kolonial]] mengambil alih pembangunan masjid. Dana pun turun dari pihak kolonial dan pembangunan sepenuhnya berada dalam pengendalian Belanda. Padahal awalnya para tokoh masyarakat hanya perlu izin karena dana sudah tersedia. Jadilah dana dari masyarakat itu tidak terpakai yang akhirnya digunakan untuk membuat pagar mengelilingi [[masjid]].<ref>Majalah Hidayah edisi 58, Mei 2006 halaman 126-129</ref>
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Masjid Ihsaniyyah.jpg|Masjid Al Ihsaniyah (2024)
Berkas:Masjid Al-Ihsaniyah 01.jpg|Masjid Al Ihsaniyah
</gallery>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Ikhsaniyyah}}▼
{{Masjid di Indonesia}}
▲{{DEFAULTSORT:Ikhsaniyyah}}
[[Kategori:Masjid di
[[Kategori:Kota Jambi]]
|