Krabuku selayar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Referensi: sumber batu mentas
Manggisjeruk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(43 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Taxobox
| status = VU
| name = Krabuku Selayar
| status_system = iucn3.1
| status_ref = <ref name=iucn>{{IUCN2008|assessors=Shekelle, M. & Salim, A.|year=2008|id=21491|title=Tarsius tarsier|downloaded=1 January 2009}}</ref>
| image = Spectral_Tarsier.jpg
| image_width = 250px
| range_map = SpectralLocator TarsierSelayar areaRegency.pngsvg
| range_map_caption = Wilayah ''Tarsius tarsier'', di [[Kepulauan Selayar]]
| regnum = [[Animalia]]
| phylum = [[Chordata]]
Baris 18 ⟶ 20:
| synonyms = ''Tarsius spectrum'' <small>(Pallas, 1779)</small>
}}
'''''Tarsius tarsier''''' ('''Binatang Hantu'''/'''Kera Hantu'''/'''Monyet Hantu''') adalah suatu jenis [[primata]] kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
 
'''Krabuku Selayar''Tarsius' atau tarsier'''Singapuar''', ('''BinatangTanda HantuBona Passo'''/, '''KeraPodi''', Hantu'''/Wengi'''Monyet, Hantu''')Tanda Bona'''<ref name="unikom">{{cite web | title= | url=https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/294/8/UNIKOM_Teguh%20Setia%20Anugrah_11.%20BAB%20II.pdf | access-date=2024-04-01}}</ref> adalah suatu jenis [[primata]] kecil, memiliki tubuh berwarna coklatcokelat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk ''grooming''.
 
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. TarsiusKrabuku juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk ''grooming''.<ref name=":1" />
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
 
Yang paling istimewa dari Tarsiuskrabuku adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsiuskrabuku dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Tarsius adalah makhluk [[nokturnal]] yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan [[Sulawesi Utara]] hingga [[Sulawesi Selatan]], juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, [[Selayar]], dan [[Pulau Peleng|Peleng]]. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "''balao cengke''" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
 
== Ukuran ==
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan [[urine]]. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Krabuku selayar adalah primata mungil, beratnya hanya sekitar 110-120 gram. Panjang tubuh sekitar 11-12&nbsp;cm dan panjang ekor antara 13,5-27,5&nbsp;cm.<ref name="unikom"/><ref name=":1">{{Cite web|url=http://dishut.sultengprov.go.id/10-ragam-potensi/138-tarsius-tarsius-tarsier-primata-mungil-dari-sulawesi.html|title=Tarsius (Tarsius tarsier) Primata Mungil dari Sulawesi - Dishut Prov. Sulteng|last=Harun|first=Surya|website=dishut.sultengprov.go.id|language=id-id|access-date=2017-11-02|archive-date=2017-11-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20171107042254/http://dishut.sultengprov.go.id/10-ragam-potensi/138-tarsius-tarsius-tarsier-primata-mungil-dari-sulawesi.html|dead-url=yes}}</ref>
 
== Habitat ==
=== Tarsius di Pulau Belitung<ref name=":0">[http://www.travel.belitungku.com/2014/09/tarsius-bancanus-saltator-pelilean.html www.travel.belitungku.com | Portal Informasi Wisata pulau Belitung] </ref> ===
Krabuku adalah makhluk [[nokturnal]] yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu krabuku berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar.
'''Tarsius Bancanus Saltator''' atau dalam bahasa local Belitung dikenal dengan “pelilean” adalah salah satu jenis Tarsius yang baru ditemukan dan masuk dalam daftar appendix dunia melengkapi dari beberapa jenis Tarsius lainnya yang sudah lebih dahulu teridentifikasi. Variasi speciesnya ditemukan juga di Sumatra, Borneo, Sulawesi (Indonesia) serta pulau Bohor, Samar, Mindanau, dan Leyte (Philipina). Matanya yang bulat lebar dan hidungnya yang lucu sangat menarik untuk dilihat sementara ukurannya yang kecil pas banget bila berada di genggaman tangan kita. Hewan mirip monyet ini memakan serangga yang sering keluar dari kayu bekas terbakar atau arang kayu.
 
''Tarsius tarsier'' ditemukan di hutan hujan primer dan sekunder, meskipun mereka lebih memilih hutan pertumbuhan sekunder. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelimpahan makanan yang melimpah di hutan pertumbuhan sekunder. Habitat mereka berkisar dari hutan hujan malar hijau dataran rendah di dekat permukaan laut ke hutan hujan pegunungan rendah sampai 1500 m. Krabuku spektral juga ditemukan di hutan mangrove dan semak belukar.<ref group="(Wright, et al., 2003)">Tarsius spektral ditemukan di hutan hujan primer dan sekunder, meskipun mereka lebih memilih hutan pertumbuhan sekunder. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelimpahan makanan yang melimpah di hutan pertumbuhan sekunder. Habitat mereka berkisar dari hutan hujan evergreen dataran rendah di dekat permukaan laut ke hutan hujan pegunungan rendah sampai 1500 m. Tarsius spektral juga ditemukan di hutan mangrove dan semak belukar.</ref>
'''Tarsius Bancanus Saltator''' ini adalah hewan yang sangat aktif dan menarik dengan ciri-cirinya yang khas. Meski tubuhnya dibalut dengan bulu warna abu-abu, ekornya yang sepanjang kira-kira 232mm hampir tidak berbulu alias gundul. Dari kepala hingga ekor panjangnya antara 118-149mm dengan berat 113-142 gram. Yang mengesankan dari hewan ini adalah mata besarnya yang menonjol yang sepertinya tidak pas dibandingkan dengan tubuh mungilnya. Ukuran rongga matanya hingga melebihi ukuran tempurung otak dan perutnya.<ref name=":0" />
 
Sebagai makhluk [[nokturnal]] yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari, krabuku tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lain, tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (''[[tapetum lucidum]]'') di matanya. Mereka juga memiliki [[fovea]], suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal.<ref name=":1" />
Tangan dan kakinya mempunyai jari-jari yang mirip dengan manusia yang digunakannya untuk bertengger di pohon dan ekornya digunakan untuk keseimbangan. Anda bisa melihat saat jari tengahnya mulur dan tulang pergelangannya yang panjang bekerja seperti shock absorber. Hal ini membantunya melompat dari dahan yang satu ke dahan yang lainnya dengan mudah. Kepalanya sangat mirip dengan kepala burung hantu karena bentuknya dan pertemuan yang unik di tengah-tengah sinus dan tengkoraknya membuatnya mampu memutar kepalanya 180 derajat. Tarsier juga memiliki gigi-gigi yang tajam untuk membantunya memangsa serangga selama berburu di malam hari.
 
TarsiusKrabuku menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan [[urine]]. TarsiusKrabuku berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Tarsier lebih suka tinggal di lubang-lubang di pohon atau akar-akar bambu meski masih mungkin menemukannya di tempat lain. Hewan ini banyak melakukan aktivitasnya di malam hari, meski sekali-kali Anda bisa memergokinya di siang hari.
 
Rumpun bambu digunakan krabuku sebagai tempat tidur dan tempat berlindung (cover), di mana tarsius membangun sarang di bagian bawah rumpun bambu yang cukup rapat dan terlindung dari kemungkinan serangan predator, misalnya ular.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=221:habitat-populasi-dan-perilaku-tarsius-tarsius-tarsier-di-tn-bantimurung-bulusaraung&catid=49:artikel&Itemid=195|title=Habitat, Populasi dan Perilaku Tarsius (Tarsius tarsier) Di TN. Bantimurung Bulusaraung|last=Administrator|website=tn-babul.org|language=id-id|access-date=2017-11-02}}</ref>
 
Pada saat tidur, krabuku menempati bagian bawah rumpun bambu. Satwa ini keluar dari tempat tidurnya pada pukul 6 sore hari, kemudian mereka mencari makan dan kembali ke tempat tidur/sarang sekitar pukul 5 dinihari. Tempat tidur krabuku dapat diketahui dengan mudah karena ketika keluar dari sarang, tarsius mengeluarkan suara sebagai penanda teritori, dan hal yang sama dilakukan ketika kembali ke sarang pagi hari. Sesekali suara tarsius dapat terdengar ketika mereka sedang mencari makan (foraging), memberi tahu keberadaan dari pasangan masing-masing. Selain itu, keberadaan krabuku di suatu pohon atau rumpun bambu dapat diketahui dari bau urinenya yang sangat khas.<ref name=":2" />
 
== Perilaku ==
 
 
daripada melihat skrabuku itu sendiri, karena itu hanya beberapa orang yang betul-betul kenkrlbuku, a, apalagi suara satwa ini sepintas seperti suara serangga (nada crit-crit-crit……., berulang kali) atau suara kelelawar kecil yang terbang malam hari.<ref name=":2" /><ref group="[Gron, 2010; Gursky, 2002; Gursky-Doyen, 2011; MacKinnon and MacKinnon, 1980 1]">Perilaku</ref> Tarsius aktif mencari makan pada malam hari (''nocturnal''), makanan utamanya adalaKrabukugai jenis serangga yang aktif pada malam hari. Selain serangga, tarsius juga makan berbagai jenis reptilia kecil serta burung berukuran kecil dkrabuku nya burung kacamata (''Zosterops'' sp.).
 
Dalam mencari makan, tarsius mengintai mkrabukua, sambil mengendap perlahan, kemudian secarakrtbuku aa dengan gerakan yang sangat cepat menyergap mangsanya dengan cara kedua tangan memegang mangsa, dan kedua kaki membantu kedua tangan menekan mangsa, sampai mangsa bisa dikuasai sepenuhnya. Seperti halnya jenis primata lainnya, tarsius dapat menggenggam sempurna mangsanya dengan kedua tangannya secara sempurna karena satwa ini memiliki lima jari tangan dan lima jari kaki. Pada jari kaki tengah, terdapat kuku yang menonjol, seperti gigi agak melengkung yang memudahkan tarsius dalam mencengkram mangsanya. Karena makanan tarsius adalah berbagai jenis serangga, satwa ini tidak dianggap hama oleh petani dan pemilik kebun di sekitar hutan.
 
Krabuku hidup berpasangan atau membentuk kelompok kecil di mana dalam satu kelompok hanya terdapat satu ekor jantan dan betina dewasa. Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari dua individu, maka dapat dipastikan bahwa kelompok tersebut terdiri dari jantan dan betina dewasa serta anak yang sudah beranjak dewasa dan anak yang masih kecil yang masih disapih oleh induknya. Setiap kelompok tarsius memiliki daerah teritori yang jelas, di mana teritori dapat ditandai dengan air seni dan kotorannya serta bau badannya. Teritori dijaga secara ketat dari masuknya kelompok tarsius yang lain, di mana pelanggaran teritori dapat menyebabkan perkelahian antar kelompok.
 
Selama ini, mereka sering merawat dirinya sendiri dengan menjilati dan menggaruk bulunya dengan cakar toilet mereka. Jika terjadi hujan deras, tarsius menemukan daerah kering dan tetap tidak aktif. Mereka bergerak melalui pepohonan dan bisa melompati lebih dari 40 kali panjang tubuhnya. Saat mendekati pagi, krabuku spektral "bernyanyi" saat mereka kembali ke tempat tidur mereka, baik sebagai duet dengan pasangan mereka atau dalam paduan suara keluarga. Lagu-lagu ini memberi isyarat kepada kelompok tetangga yang wilayahnya ditempati. Krabuku sulawesi sangat teritorial dan terlibat dalam sengketa dengan kelompok tetangga yang memasuki batas-batas mereka. Mereka menandai wilayah mereka dengan urin dan sekresi kelenjar.
 
 
juga terlibat dalam perilaku bermain, meringkuk, allogrooming, dan berbagi makanan. Persaingan untuk pangan menghasilkan peningkatan waktu mencari makan. Individu tampaknya mendapat keuntungan dari kehidupan kelompok, terutama saat tekanan predasi tinggi, ketika perempuan menerima secara seksual, dan bila ada kemungkinan besar menghadapi laki-laki yang berpotensi infantis.
 
== Reproduksi ==
Mayoritas tarsius adalah monogami; Namun, krabuku Sulawesi mungkin mempraktekkan monogami fakultatif atau poligini. Monogami tampaknya merupakan sistem kawin yang lazim di spesies ini karena terbatasnya jumlah situs tidur bermutu tinggi. Masing-masing betina membutuhkan tempat tidur berkualitas tinggi untuk dirinya dan anak-anaknya. Pohon ara dengan diameter besar lebih disukai tapi jarang, yang umumnya dijadikan oleh Tarsius jantan dan betina untuk berbagi tempat tidur dan dengan demikian membentuk pasangan monogami.
 
Kelompok poligini terjadi 19% dari waktu. Kelompok monogami sering terdiri dari dua atau tiga betina dengan satu betina yang bereproduksi dan satu laki-laki teritorial, sedangkan kelompok poligini terdiri dari enam atau lebih individu dengan beberapa wanita reproduksi dan satu laki-laki. Kehadiran testis besar di T. tarsier menunjukkan bahwa poligini cukup umum, karena testis besar terkait dengan sistem perkawinan acak.<ref name=":0" group="Gursky-Doyen, 2010; MacDonald, 2006">Reproduksi</ref>
 
''Tarsius tarsier'' berkembang biak dua kali dalam setahun, dan kopulasi terjadi pada bulan Mei atau November. Masa kehamilan kira-kira 6 bulan, dan kelahiran juga biasanya terjadi pada bulan Mei atau November. Betina melahirkan satu keturunan tunggal, yang lahir sepenuhnya berbulu dan dengan matanya terbuka. Bayi baru lahir bersifat precocial dan mampu memanjat hanya pada satu hari usia. Di antara mamalia, keturunan krabuku adalah yang terbesar relatif terhadap massa tubuh ibu. Berat badan bayi baru lahir rata-rata 23,7 g, hampir 22% dari massa tubuh ibu. Sebagian besar berat badan mereka diinvestasikan dalam massa otak, mata, dan tengkorak.
 
Laktasi umumnya berlangsung hingga 80 hari. Penyapihan terjadi antara usia 4 dan 10 minggu, dan kemandirian terjadi secara langsung setelah disapih karena keturunan mampu memburu sendiri. Tarsius spektral mencapai kematangan seksual pada usia 17 bulan. Betina memiliki rahim bicornuate dan plasenta haemochorial.<ref name=":0" group="Gursky-Doyen, 2010; MacDonald, 2006" />
 
== Makanan ==
Mereka terutama memangsa serangga terbang seperti ngengat, belalang, kumbang dan jangkrik.<ref group="Gron, 2010; Gursky, 2002; MacDonald, 2006; MacKinnon and MacKinnon, 1980; Shekelle and Salim, 2008">Makanan</ref> Mereka kadang-kadang makan vertebrata kecil, seperti kadal atau kelelawar. ''Tarsius tarsier'' mendengarkan dengan telinga mereka yang bergerak secara mandiri untuk menemukan mangsa potensial. Begitu item mangsa ditargetkan, seekor tarsius menyergap mangsanya dengan serangan mendadak, menangkapnya dengan jari-jarinya yang panjang dan ramping, dan gigitan untuk membunuhnya. Tarsius kemudian kembali ke tempat bertenggernya untuk mengkonsumsi mangsanya. Bentuk berburu penyergapan ini membutuhkan koordinasi mata-tangan yang bagus. ''Tarsius tarsier'' dapat mengumpulkan mangsa mereka dari udara, di tanah, atau di lepas daun dan dahan.
 
isa makan 10% dari berat tubuh mereka sendiri setiap 24 jam, dan mereka minum air beberapa kali sepanjang malam.
 
''Tarsius tarsier'' tampaknya memanfaatkan cahaya bulan saat mencari makan. Ini adalah perilaku yang tidak biasa, karena kebanyakan mamalia nokturnal kecil menunjukkan fobia lunar sebagai mekanisme penghindaran predator. Krabuku mengatasi peningkatan risiko predasi ini dengan mencari makan dalam kelompok.
 
Saat ini Tarsius di Belitung semakin terancam keberadaannya akibat kerusakan di habitat hutan alamnya. Pembukaan lahan hutan dengan dibakar, perkebunan besar dan illegal logging menjadi biang keladi menurunnya jumlah tarsius. Untuk itu kami bekerjasama dengan GEF dan UNEP serta Pemkab Beitung berupaya untuk melakukan upaya konservasi terhadap Tarsius yang mana saat ini difokuskan di tempat Wisata Alam terpadu Batu Mentas<ref>[http://www.travel.belitungku.com/2014/09/batu-mentas-belitung-island.html Batu Mentas, Kelekak Datuk, Badau, Belitung]</ref>, HL Gunung Tajam, Kecamatan Badau.
== Referensi ==
{{commonscat|Tarsius tarsier}}
{{reflist}}
<references group="(Wright, et al., 2003)" />
<references group="[Gron, 2010; Gursky, 2002; Gursky-Doyen, 2011; MacKinnon and MacKinnon, 1980 1]" />
<references group="Gursky-Doyen, 2010; MacDonald, 2006" />
<references group="Gron, 2010; Gursky, 2002; MacDonald, 2006; MacKinnon and MacKinnon, 1980; Shekelle and Salim, 2008"/>
 
* Wright, P., E. Simons, S. Gursky. 2003. Tarsiers: past, present, and future. United States of America: Rutgers University Press.
* [http://www.travel.belitungku.com/2014/09/tarsius-bancanus-saltator-pelilean.html/ www.travel.belitungku.com | Portal Informasi Wisata pulau Belitung]
* Gursky, S. 2010. Dispersal Patterns in ''Tarsius spectrum''. International Journal of Primatology, 31: 117-131.
 
* MacDonald, D. 2006. The Encyclopedia of Mammals. New York: Facts on File.Gron, K. 2010. "Primate Factsheets: Tarsier (Tarsius) Taxonomy, Morphology, & Ecology" (On-line). Primate Info Net. Accessed November 08, 2011 at http://pin.primate.wisc.edu/factsheets/entry/tarsier/taxon.
* [http://www.travel.belitungku.com/2014/09/batu-mentas-belitung-island.html/ www.travel.belitungku.com | Portal Informasi Wisata pulau Belitung]
* Gursky, S. 2002. The behavioral ecology of the Spectral tarsier, ''Tarsius spectrum''. Evolutionary Anthropology, 11: 226-234.
* MacKinnon, J., K. MacKinnon. 1980. The behaviour of wild spectral tarsiers.. International Journal of Primatology, 1(4): 361-379.
{{Taxonbar|from=Q859277}}
 
[[Kategori:Primata Indonesia]]
[[Kategori:FaunaMamalia IndonesiaAsia Tenggara]]
[[Kategori:Fauna Asia TenggaraTarsius]]
[[Kategori:Satwa liar dilindungi di Indonesia]]