Kerajaan Pagaruyung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
|||
(23 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 26:
| p7 = Kesultanan Barus
| flag_p7 =
| p8 =
| flag_p8 =
| s1 = Kesultanan Malaka
Baris 32:
| s2 = Kerajaan Indragiri
| flag_s2 =
| s3 = Kesultanan
| flag_s3 =
| s4 = Kesultanan Inderapura
Baris 66:
| image_map =
| capital = [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyung]]
| common_languages = [[Bahasa Minang|
| government_type = Monarki
| title_leader = Maharajadiraja - Sultan - [[Yang Dipertuan Pagaruyung]]
Baris 76:
}}
'''Kerajaan Pagaruyung''' ([[bahasa Minangkabau|Bahasa Minang]]: ''
Nama kerajaan ini dirujuk dari nama pohon [[Nibung]] atau Ruyung,<ref>Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen</ref> selain itu juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan Tunggul Alam Bagagar dari Pagaruyung]],<ref name="Amran"/> yaitu pada tulisan beraksara [[Jawi]] dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi (Jawi: سلطان توڠݢل عالم باݢݢر ابن سلطان خليفة الله يڠ ممڤوڽاءي تختا کراجأن دالم نݢري ڤݢرويڠ دار القرار جوهن برداولة ظل الله في العالم; [[Alfabet Latin|Latin]]: ''Sulthān Tunggul Alam Bagagar ibnu Sulthān Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri '''Pagaruyung Dārul Qarār''' Johan Berdaulat Zhillullāh fīl 'Ālam'').<ref name="Note">''Lihat'': [[Bagagarsyah dari Pagaruyung#Cap mohor|Cap mohor Bagagarsyah dari Pagaruyung]] </sup></ref> sayangnya pada cap mohor tersebut tidak tertulis angka tahun masa pemerintahannya. Kerajaan ini runtuh pada masa [[Perang Padri]], setelah ditandatanganinya perjanjian antara [[Kaum Adat]] dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.<ref name="Stuers"/>
Baris 88:
[[Berkas:Adityawarman.jpg|jmpl|kiri|200px|[[Arca Bhairawa]] di [[Museum Nasional Republik Indonesia]], [[Jakarta]].]]
Munculnya nama [[Pagaruyung]] sebagai sebuah kerajaan
Dari [[Prasasti Amoghapasa|manuskrip]] yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang [[Arca Amoghapasa]]<ref name="Kern">Kern, J.H.C., (1907), ''De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka'', Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.</ref> disebutkan pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di [[Malayapura]], Adityawarman merupakan putra dari [[Adwayawarman]] seperti yang terpahat pada [[Prasasti Kuburajo]], dan anak dari [[Dara Jingga]] putri dari Kerajaan [[Dharmasraya]] seperti yang disebut dalam [[Pararaton]]. Ia sebelumnya bersama-sama Mahapatih [[Gajah Mada]] berperang menaklukkan Bali dan Palembang,<ref>Berg, C.C., (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara</ref> pada masa pemerintahannya kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman Minangkabau.
Baris 124:
Pada awal abad ke-17, kerajaan ini terpaksa harus mengakui kedaulatan [[Kesultanan Aceh]],<ref>Kathirithamby-Wells, J., (1969), ''Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663'', JSEAH 10, 3:453-479.</ref> dan mengakui para gubernur Aceh yang ditunjuk untuk daerah pesisir pantai barat Sumatra. Namun sekitar tahun 1665, masyarakat Minang di pesisir pantai barat bangkit dan memberontak terhadap gubernur Aceh. Dari surat penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya ''Raja Pagaruyung'' mengajukan permohonan kepada VOC, dan VOC waktu itu mengambil kesempatan sekaligus untuk menghentikan monopoli Aceh atas emas dan lada.<ref>Basel, J.L., (1847), ''Begin en Voortgang van onzen Handel en Voortgang op Westkust'', TNI 9, 2:1-95.</ref> Selanjutnya VOC melalui seorang ''regent''nya di Padang, ''Jacob Pits'' yang daerah kekuasaannya meliputi dari Kotawan di selatan sampai ke Barus di utara Padang mengirimkan surat tanggal 9 Oktober 1668 ditujukan kepada ''[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Sultan Ahmadsyah]], Iskandar Zur-Karnain, Penguasa Minangkabau yang kaya akan emas'' serta memberitahukan bahwa VOC telah menguasai kawasan pantai pesisir barat sehingga perdagangan emas dapat dialirkan kembali pada pesisir pantai.<ref>NA, VOC 1277, ''Mission to Pagaruyung'', fols. 1027r-v</ref> Menurut catatan Belanda, Sultan Ahmadsyah meninggal dunia tahun 1674<ref name="Dobbin">{{cite book|last=Dobbin|first=C.E.|coauthors=|title=Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847|publisher=Curzon Press|year=1983|id=ISBN 0-7007-0155-9}}</ref> dan digantikan oleh anaknya yang bernama [[Indermasyah dari Suruaso|Sultan Indermasyah]].<ref>SWK 1703 VOC 1664, f. 117-18</ref>
Ketika [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] berhasil mengusir [[Kesultanan Aceh]] dari pesisir
Sekitar tahun 1750 kerajaan Pagaruyung mulai tidak menyukai keberadaan VOC di [[Padang]] dan pernah berusaha membujuk Inggris yang berada di [[Bengkulu]], bersekutu untuk mengusir Belanda walaupun tidak ditanggapi oleh pihak Inggris.<ref name="Kato">{{cite book|last=Kato|first=Tsuyoshi|authorlink=Tsuyoshi Kato|title=Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah|publisher=PT Balai Pustaka|year=2005|id=ISBN 979-690-360-1}}</ref> Namun pada tahun 1781 Inggris berhasil menguasai Padang untuk sementara waktu,<ref name="Raffles, chapter V">{{cite book|last=Raffles|first=Sophia|coauthors=|title=Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles|publisher=J. Duncan|volume=Volume I|chapter=Chapter V|page=|year=1835|id=|ISBN= }}</ref> dan waktu itu datang utusan dari Pagaruyung memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Inggris mengusir Belanda dari Padang.<ref name="Marsden">{{cite book|last=Marsden|first=William|authorlink=William Marsden|title=The history of Sumatra: containing an account of the government, laws, customs and manners of the native inhabitants, with a description of the natural productions, and a relation of the ancient political state of that island|url=https://archive.org/details/historysumatrac01marsgoog|year=1784}}</ref> Menurut Marsden tanah Minangkabau sejak lama dianggap terkaya dengan emas, dan waktu itu kekuasaan raja Minangkabau disebutnya sudah terbagi atas ''raja Suruaso'' dan ''raja Sungai Tarab'' dengan kekuasaan yang sama.<ref name="Marsden"/> Sebelumnya pada tahun 1732, ''regent'' VOC di Padang telah mencatat bahwa ada seorang ''ratu'' bernama ''Yang Dipertuan Puti Jamilan'' telah mengirimkan tombak dan pedang berbahan emas, sebagai tanda pengukuhan dirinya sebagai penguasa ''bumi emas''.<ref name="Barbara">{{cite book|last=Andaya|first=B.W.|authorlink=Barbara Watson Andaya|title=To live as brothers: southeast Sumatra in the seventeenth and eighteenth centuries|publisher=University of Hawaii Press|year=1993|id=ISBN 0-8248-1489-4}}</ref> Walaupun kemudian setelah pihak Belanda maupun Inggris berhasil mencapai kawasan pedalaman Minangkabau, tetapi mereka belum pernah menemukan cadangan emas yang signifikan dari kawasan tersebut.<ref>Miksic, John., (1985), ''Traditional Sumatran Trade'', Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient.</ref>
Sebagai akibat konflik antara Inggris dan [[Prancis]] dalam [[Peperangan era Napoleon|Perang Napoleon]] di mana Belanda ada di pihak Prancis, maka Inggris memerangi Belanda dan kembali berhasil menguasai pantai barat
=== Runtuhnya Pagaruyung ===
Baris 144:
Setelah menyelesaikan [[Perang Diponegoro]] di [[Jawa]], Belanda kemudian berusaha menaklukkan Kaum Padri dengan kiriman tentara dari Jawa, [[Pulau Madura|Madura]], [[Bugis]] dan [[Ambon]].<ref>Teitler, G., (2004), ''Het einde Padri Oorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837'': Een bronnenpublicatie, Amsterdam: De Bataafsche Leeuw.</ref> Namun ambisi kolonial Belanda tampaknya membuat kaum adat dan Kaum Padri berusaha melupakan perbedaan mereka dan bersekutu secara rahasia untuk mengusir Belanda. Pada tanggal [[2 Mei]] [[1833]] Sultan Tunggul Alam Bagagar ditangkap oleh Letnan Kolonel [[Cornelis Pieter Jacob Elout|Elout]] di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan. Ia dibuang ke Batavia ([[Jakarta]] sekarang) sampai akhir hayatnya, dan dimakamkan di pekuburan Mangga Dua.<ref>Hamka (12 Februari 1975). Pidato Prof. Dr. Hamka dalam upacara pemakaman kembali Sultan Alam Bagagar Syah di Balai Kota Jakarta. Jakarta:Penerbit Pustaka Panjimas.</ref>
Setelah kejatuhannya, pengaruh dan prestise Kerajaan Pagaruyung tetap tinggi terutama pada kalangan masyarakat Minangkabau yang berada di rantau. Salah satu ahli waris Kerajaan Pagaruyung diundang untuk menjadi penguasa di Kuantan.<ref>Anon, (1893), ''Mededelingen...Kwantan''. TBG 36: 325–42.</ref> Begitu juga sewaktu Raffles masih bertugas di Semenanjung Malaya, dia berjumpa dengan kerabat Pagaruyung yang berada di [[Negeri Sembilan]], dan Raffles bermaksud mengangkat Yang Dipertuan Ali Alamsyah yang dianggapnya masih keturunan langsung raja Minangkabau sebagai raja di bawah perlindungan [[Inggris]].<ref name="Amran"/> Sementara setelah berakhirnya [[Perang Padri]], [[Tuan Gadang]] di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] meminta pemerintah Hindia Belanda untuk memberikan kedudukan yang lebih tinggi daripada sekadar ''Regent'' Tanah Datar yang dipegangnya setelah menggantikan Sultan Tunggul Alam Bagagar, tetapi permintaan ini ditolak oleh Belanda,<ref name="Radjab">{{cite book|last=Radjab|first=M.,|authorlink=Muhamad Radjab|coauthors=|title=Perang Paderi di
== Wilayah kekuasaan ==
Baris 192:
: Daerah sekitar [[Gunung Talang]] dan [[Gunung Kerinci]]
: Daerah [[Pariangan, Pariangan, Tanah Datar|Pariangan Padang Panjang]] dan sekitarnya
: Daerah sekitaran [[Inderapura, Pancung Soal, Pesisir Selatan|Indropuro]] ([[Kabupaten Pesisir Selatan]]) dan [[Kabupaten Mukomuko]]
: Daerah [[Jambi]] sebelah barat
: Daerah yang berbatasan dengan [[Jambi]]
Baris 205:
: Daerah di kawasan [[Rao, Pasaman|Rao]] dan [[Mapat Tunggul, Pasaman]]
: Daerah perbatasan dengan [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli selatan]]
: Daerah sepanjang
: Daerah sekitar Silauik dan [[Lunang]]
: Daerah hingga [[Tanjung Simalidu]]
Baris 217:
=== Raja ===
{{main|Raja Pagaruyung}}
Adityawarman pada awalnya menyusun sistem pemerintahannya mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di [[Majapahit]]<ref name="Dt">Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), ''Tambo Minangkabau dan Adatnya'', Jakarta: Balai Pustaka.</ref> masa itu, meskipun kemudian menyesuaikannya dengan karakter dan struktur kekuasaan kerajaan sebelumnya ([[Kerajaan Dharmasraya|Dharmasraya]] dan [[Sriwijaya]]) yang pernah ada pada masyarakat setempat. Ibu kota diperintah secara langsung oleh raja, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh [[Datuk di Minangkabau|Datuk]] setempat.<ref>{{cite book|last=Muljana|first=S.|authorlink=Slamet Muljana|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=Yogyakarta|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2006|id= ISBN 979-8451-62-7}}</ref>
Pagaruyung memiliki sistem raja triumvirat yang disebut ''rajo tigo selo'' ("tiga orang raja yang bersila"), yang terdiri atas:<ref>{{Cite book|last=[[Mochtar Naim]]|first=|date=2002|url=https://books.google.co.id/books?id=WupuAAAAMAAJ&q=pagaruyung+%22+triumvirat%22&dq=pagaruyung+%22+triumvirat%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjdtf_Ar8DrAhWCeisKHX_mAO4Q6AEwAHoECAEQAg|title=Menelusuri jejak Melayu-Minangkabau|location=|publisher=Yayasan Citra Budaya Indonesia|isbn=978-979-95830-8-6|pages=6|language=id|url-status=live}}</ref>
Baris 231:
# '''[[Tuan Gadang]]''' yang berkedudukan di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]].
Belakangan, pengaruh [[Islam]] menempatkan '''Tuan Kadi''' yang berkedudukan di [[Padang Ganting, Padang Ganting, Tanah Datar|Padang Ganting]] menggeser kedudukan Tuan Gadang di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]], dan bertugas menjaga syariah agama.{{citation needed}}
Sebagai aparat pemerintahan, masing-masing [[Basa Ampek Balai Tapan, Pesisir Selatan|Basa Ampek Balai]] punya daerah-daerah tertentu tempat mereka berhak menagih upeti sekadarnya, yang disebut rantau masing-masing pembesar tersebut. Bandaro memiliki rantau di [[Bandar Sepuluh|Bandar X]], rantau Tuan Kadi adalah di [[Koto VII, Sijunjung|VII Koto]] dekat [[Kabupaten Sijunjung|Sijunjung]], Indomo punya rantau di bagian utara Padang sedangkan Makhudum punya rantau di [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Melayu]], di daerah permukiman orang Minangkabau di sana.{{citation needed}}
Selain itu dalam menjalankan roda pemerintahan, kerajaan juga mengenal aparat pemerintah yang menjalankan kebijakan dari kerajaan sesuai dengan fungsi masing-masing, yang sebut ''[[Langgam nan Tujuah]]''. Mereka terdiri dari:
# Pamuncak Koto [[Suku Piliang|Piliang]]
# Perdamaian Koto Piliang
# Pasak Kungkuang Koto Piliang
Baris 263:
| Sungai Tarok Salapan Batua - Nan Baikua Bakapalo, Bakapak Baradai, Bagombak Bakatitiran Di Ujuang Tunjuak dan Langgam Nan Tujuah || Sapuluah Koto Maninjau ||Luhak
|-
| Batipuah - Sapuluah Koto || Garagahan Lubuak Basuang ||Ranah dan Sehilir Kampar Kanan (Ujuang Luhak)
|-
| Pagaruyuang, Buo, Sumpu Kudus, Sumaniak, Saruaso dan Padang Gantiang sekitarnya || Tigo Koto Batu Kambiang dan Sitalang ||Sandi
|-
| Duo Puluah Koto || Bonjo dan Lubuak Sikapiang ||
|-
| Kubuang Tigo Baleh dan sekitarnya|| ||
Baris 273:
| Koto Tujuah dan sekitarnya || ||
|-
| Tujuah Koto Sungai Lansek dan Ampek Baleh Koto Aia Amo || ||
|-
| Alam Surambi Sungai Pagu || ||
Baris 316:
''Rantau sehilir batang Kuantan''
* Rantau Nan Kurang Aso Duo Puluah dan sekitarnya
* Tigo Lorong (Paranok)
Baris 323 ⟶ 322:
* Rantau Duo Baleh Koto (Lubuak Gadang, Lubuak Malako, Bidar Alam, Abai, Dusun Tangah, Sungai Kunyik dan Lubuak Ulang Aliang)
* Sambilan Koto (Silago)
* Pulau Punjuang
* Siguntua
Baris 438 ⟶ 436:
|last=Amran
|first=Rusli
|title=
|publisher=Penerbit Sinar Harapan
|year=1981}}
Baris 470 ⟶ 468:
[[Kategori:Kerajaan Pagaruyung| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Pagaruyung]]
[[Kategori:Kerajaan di
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1347]]
[[Kategori:Artikel pilihan bertopik Indonesia]]
|