Kampanye pasifikasi Belanda di Formosa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Short description|1635–36 military and diplomatic actions}} {{good article}} {{Infobox military conflict | conflict = Dutch pacification campaign on Formosa | partof = | image = | caption = | date = November 22, 1635 – February 1636 | place = Southwestern Taiwan | map_type = Taiwan | map_caption = Location of Mattau, the most important target of the campaign | coordinates = {{coord|23.18|120.23|type:event_region:TW|disp...' Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
|||
(15 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|
{{Infobox military conflict
| conflict =
| partof =
| image =
| caption =
| date =
| place =
| map_type = Taiwan
| map_caption =
| coordinates = {{coord|23.18|120.23|type:event_region:TW|display=inline}}
| territory =
| result =
| status =
| combatant1 = {{flagicon image|Flag of the Dutch East India Company.svg}} [[
| combatant2 =
| commander1 = [[Hans Putmans]]
| commander2 = ''
| strength1 = 500
| strength2 = ''
| casualties1 =
| casualties2 = {{circa}} 30
| notes =
| campaignbox = {{Kotak kampanye kolonial Belanda}}
}}
Serangkaian
Setelah menerima bala bantuan dari markas kolonial di [[Batavia]], Belanda melancarkan serangan pada tahun 1635 dan berhasil menghancurkan perlawanan serta membawa wilayah di sekitar Tainan saat ini sepenuhnya di bawah kendali mereka. Setelah melihat bahwa Mattau dan [[Distrik Jiali|Soulang]]—desa-desa terkuat di wilayah tersebut—dikuasai oleh pasukan Belanda secara keseluruhan, banyak desa lain di wilayah sekitarnya datang kepada Belanda untuk mencari perdamaian dan menyerahkan kedaulatan. Dengan demikian, Belanda mampu memperluas wilayah kendali teritorial mereka secara dramatis dalam waktu singkat, dan menghindari perlunya pertempuran lebih lanjut. Kampanye tersebut berakhir pada bulan Februari 1636, ketika perwakilan dari dua puluh delapan desa menghadiri upacara di Tayouan untuk memperkuat kedaulatan Belanda.
Dengan memperkokoh wilayah barat daya di bawah kekuasaan mereka, Belanda mampu memperluas operasi mereka dari perdagangan [[entrepôt]] terbatas yang dilakukan oleh koloni sebelum tahun 1635. Perluasan wilayah ini memungkinkan akses terhadap perdagangan rusa, yang kemudian menjadi sangat menguntungkan, dan menyediakan pasokan makanan yang aman. Akuisisi teritorial baru menyediakan lahan yang subur, yang mulai digunakan Belanda untuk mendatangkan banyak pekerja Tiongkok untuk bertani. Desa-desa penduduk asli juga menyediakan prajurit untuk membantu Belanda di masa-masa sulit, terutama dalam [[Pembantaian Pulau Liuqiu|Pembantaian Pulau Lamey]] tahun 1636, [[Pertempuran San Salvador (1642)|kemenangan Belanda atas Spanyol tahun 1642]], dan [[Pemberontakan Guo Huaiyi]] tahun 1652. Desa-desa yang bersekutu juga menyediakan kesempatan bagi para misionaris Belanda untuk menyebarkan agama mereka. Kampanye pasifikasi dianggap sebagai fondasi yang membangun keberhasilan koloni di kemudian hari.
==Latar belakang==
[[Berkas:Zeelandia-environs.png|thumb|right|250px|Desa-desa di sekitar Benteng Zeelandia]]
[[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) tiba di Formosa selatan tahun 1624 dan setelah membangun benteng [[Benteng Kuno Anping|Benteng Zeelandia]] di semenanjung Tayouan, mulai menjajaki desa-desa setempat untuk kemungkinan membentuk aliansi. Meskipun awalnya tujuannya adalah untuk menjalankan koloni hanya sebagai [[entrepôt]] (pelabuhan perdagangan), Belanda kemudian memutuskan bahwa mereka perlu mengendalikan wilayah pedalaman untuk memberikan keamanan.{{sfnp|Shepherd|1993|p=49}} Selain itu, sebagian besar perbekalan untuk para penjajah Belanda harus dikirim dari Batavia dengan biaya yang besar dan waktu yang tidak teratur, dan pemerintah koloni yang baru berdiri itu sangat ingin memperoleh bahan makanan dan perbekalan lainnya secara lokal.{{sfnp|van Veen|2003|p=143}} Perusahaan memutuskan untuk bersekutu dengan desa terdekat, yaitu [[Distrik Sinshih|Sinkan]] yang relatif kecil, yang mampu memasok mereka kayu bakar, daging rusa, dan ikan.{{sfnp|van Veen|2003|p=142}} Namun, hubungan dengan desa-desa lain tidaklah begitu bersahabat. Permukiman penduduk asli di daerah tersebut terlibat dalam peperangan kecil-kecilan yang kurang lebih terus-menerus satu sama lain (serangan perburuan kepala dan penjarahan harta benda),{{sfnp|Chiu|2008|p=24}} dan aliansi dengan Sinkan menyebabkan Belanda berselisih dengan musuh desa itu. Pada tahun 1625 Belanda membeli sebidang tanah dari penduduk Sinkan dengan harga lima belas ''cangan'' (sejenis kain), tempat mereka kemudian membangun kota [[Benteng Provintia|Sakam]] untuk para saudagar Belanda dan Tiongkok.{{sfnp|Shepherd|1993|p=37}}
==Catatan==
|