Olivio Mendonca Moruk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k clean up, removed stub tag
k correct spelling
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 28:
}}
'''Olivio Mendonca Moruk'''<ref>http://syaldi.web.id/mot/cons92z%20-%20Olivio%20Moruk.htm</ref> ({{lahirmati||6|9|1962|[[Atambua]], [[Nusa Tenggara Timur]]|5|9|2000}}) adalah tokoh pejuang integrasi [[Timor Timur]]. Dia pernah menjabat sebagai Komandan Milisi [[Laksaur]].
 
== Komandan Milisi Laksaur ==
Baris 35:
Milisi Laksaur yang dipimpinnya telah dibentuk oleh militer pada Februari 1999. Ia memiliki sekitar 500 orang dengan 100 senjata api, dan berbasis di Salele, di kecamatan Tilomar di perbatasan dengan Timor Barat di barat Suai. Kantor pusatnya terletak di pos militer (Koramil Tilomar). Segera setelah penarikan Indonesia, ia menonjol di antara para komandan milisi di sepanjang perbatasan Indonesia dengan Timor Timur yang menjanjikan untuk melakukan kampanye gerilya untuk memulihkan Timor Timur.
Dakwaan [[Indonesia]] dan [[Dili]] mengatakan bahwa Moruk dan milisi Laksaurnya dibawa oleh truk [[TNI]] dari markas mereka untuk berkumpul di kediaman Bupati Covalima Kolonel [[Herman Sediono|Kolonel Herman SedionoSedyono]] pada pukul 9 pagi tanggal 6 September 1999. Juga hadir adalah Dandim Covalima [[Liliek Kushadiyanto|Letkol Liliek Kushadiyanto]]. dan Kapolres Covalima, [[Gatot Subiyaktoro|Letkol. Pol. Gatot Subiyaktoro]]. Dari sana Moruk memimpin anak buahnya ke gereja Ave Maria dan mulai menembak orang-orang sipil di dalam. Moruk secara pribadi membunuh pastor Francisco Soares dengan pedang. Orang lain yang memimpin serangan itu adalah pemimpin milisi Laksaur Martinus Bere. Mantan anggota milisi Laksaur Miguel da Silva (alias Miguel Mau) juga didakwa di depan panel khusus Dili karena ikut serta dalam pembantaian, serta untuk sebelumnya membunuh empat pendukung kemerdekaan di kecamatan Tilomar pada 23 April 1999.
Tiga pejabat senior yang disebutkan di atas kemudian pergi ke gereja tetapi gagal menghentikan serangan itu. Kepala staf Kushadiyanto, [[Ahmad Syamsuddin|Kapten Ahmad Syamsuddin]], secara pribadi bergabung dalam serangan itu. Setelah itu Moruk memperkosa Fatimah, putri salah satu korban di gereja, di markas militer distrik