Suku Melayu Basemah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Abcdef242526 (bicara | kontrib)
k Abcdef242526 memindahkan halaman Suku Basemah ke Suku Melayu Basemah: Judul salah eja
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(62 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
|group = Basemah / Besemah / Pasemah / Pesemah
|image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Dansende vrouw te Muara Empajang Pasemah Zuid-Sumatra TMnr 10002801.jpg
|image=
|poptime = 450.000 jiwa<ref>[http://www.sabda.org/misi/profilo_isi.php?id=51 Populasi suku BasemahBesemah]</ref>
|popplace = [[Kabupaten Empat Lawang|Empat Lawang]]<br, />[[Kabupaten Lahat|Lahat]]<br, />[[Ogan Komering Ulu]]<br, />[[Kota Pagar Alam]]<br, />[[Kabupaten Muara Enim|Muara Enim]]
|langs = [[Bahasa Basemah|Basemah]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]{{br}}[[Bahasa Melayu|Melayu]]
|rels = [[Islam]]
|rels=[[Islam]]<br />[[Kristen Protestan]]<br />[[Kristen Katolik]]
|related = [[Suku RejangLintang|Lintang]] {{br}} [[Suku Serawai|Serawai]] {{br}} [[Suku Kaur|Kaur]] {{•}} [[Suku Palembang|Palembang]] {{•}} [[Suku LembakOgan|Ogan]]
}}
Suku basemah sering juga di sebut pasemah adalah suku bangsa yang mendiami wilayah [[kabupaten Empat Lawang|Kota Pagaralam, kabupaten Empat Lawang]], [[kabupaten Lahat]], [[Ogan Komering Ulu Selatan (Kisam)]] , dan di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif [[gunung Dempo]]. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di [[provinsi Bengkulu]].
 
'''{{PAGENAME}}'''<ref>[http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Basemah Kamus Besar Bahasa Indonesia: Basemah]</ref> atau juga disebut '''Melayu Besemah''' , '''Besemah''', '''Pasemah''', atau '''Pesemah''', adalah [[suku bangsa]] yang mendiami wilayah [[kota Pagaralam]], [[kabupaten Empat Lawang]], [[kabupaten Lahat]], [[Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan|Ogan Komering Ulu Selatan]], dan [[Muara Enim]]. Suku ini secara umum bermukim di sekitar kawasan [[gunung berapi]] yang masih aktif, [[gunung Dempo]]. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di [[provinsi Bengkulu]]. Suku Pasemah merupakan salah satu suku bangsa asli yang berasal dari wilayah [[Sumatera Selatan]] yang memiliki kerabatan dengan suku [[suku Melayu|Melayu]] dan [[suku Komering|Komering]] yang juga sudah ratusan tahun tinggal di [[Sumatera Selatan]].
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Basemah]]
* [[Budaya Basemah]]
 
== ReferensiAsal-usul ==
Suku Pasemah yang sekarang paling identik adalah Kota Pagar Alam, [[Lahat]], Muara Enim dan Empat Lawang. [[Empat Lawang]] merupakan kabupaten baru pemerkaran dari [[Kabupaten Lahat]]. Sedangkan Muara Enim yang merupakan suku Basemah adalah daerah sekitar Semendo, kurang lebih 50km dari kota [[Muara Enim]].
{{reflist}}
 
Suku Pasemah di [[Bengkulu|Provinsi Bengkulu]] dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu Pasemah Kedurang dan Pasemah Padang Guci. Kedua kelompok ini mempunyai cerita yang berbeda mengenai asal-usul mereka.<ref name=":0">{{Cite book|last=Melalatoa|first=Junus|date=1995|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/7479/|title=Ensiklopedi Bangsa Di Indonesia|location=CV. EKA PUTRA|pages=662|url-status=live}}</ref>
{{Suku bangsa di Indonesia}}Besemah suatu terminology lebih dikenal dekat dengan satu bentuk kebudayaan dan suku yang berada disekitar gunung Dempo dan pegunungan Gumay. Wilayah ini dikenal dengan Rena Besemah. Sedangkan untuk terminology politik dan pemerintahan, dipergunakan nomenklatur Pasemah. Pada masa kolonial oleh Inggris dan Belanda menyebutnya Pasumah, bahkan sampai sekarang Pemerintah Republik Indonesia masih menyebutnya Pasemah.
 
Suku Pasemah Kedurang berasal dari daerah Pasemah Lehar di Sumatera Selatan, dan kini mereka terutama menyebar di wilayah Kecamatan Manna. Orang Pasemah Padang Guci berasal dari daerah Lahat danTanjung Enim di Sumatera Selatan, dan kini mereka terutama menyebar di Kecamatan Manna, Kaur Utara, dan Kaur Tengah.<ref name=":0" />
Asal-usul penyebutan atau penamaan Besemah, diyakini diambil dari nama ikan Semah. Tetapi akibat salah pengejaan dan penulisannya dalam bahasa asing, khususnya penjajah Kolonial Belanda, nama suku ini cenderung disebut “Pasemah”.
 
Di wilayah "asalnya" di Sumatera Selatan, persebaran orang Pasemah dapat dilihat dari persebaran bahasa yang mereka pergunakan. Bahasa Pasemah, yang disebut juga hahasa Basemah. termasuk rumpun bahasa Melayu.
Ikan Semah, nama ikan ini memang kurang familiar di telinga kebanyakan masyarakat Sumatera Selatan. Karena, jenis ikan mas ini hanya hidup di aliran air jernih dan berbatu-batu, plus ditumbuhi lumut serta diteduhi pepohonan.
 
Masyarakat Suku Pasemah yang hidup di sekitar gunung Dempo sebagian besar merupakan petani dengan mengelola [[kebun]]. Tanaman pokok adalah yang terbanyak. Saat ini pun daerah ini masih menjadi sentra produksi kopi di Sumatera Selatan. Kopi Semendo adalah salah satu kopi yang paling dicari oleh para penikmat kopi. Sedangkan tanaman lainnya adalah sayuran, Kota Pagar Alam sebagai sentral sayuran sepeti kobis, wortel, cabe, daun bawang, seledri, dan lain-lain.
Dari nama ikan Semah inilah diyakini nama etnis Besemah muncul. Ditambah awalan “be” yang berarti “ada”, menunjukkan kawasan Besemah yang banyak ikan semahnya. Namun cerita asal-usul nama Besemah ini juga masih terkait seputar legenda, alias cerita rakyat (folklore''', red) '''yang berkembang secara turun-temurun.
 
* ''Suku Basemah yang hidup di sekitar Gunung Patah di wilayah Sumatera Selatan, memiliki dua tradisi yakni matrilineal dan patrilineal. Tradisi matrilineal berlaku pada marga Semende daghat (darat).''
Dari keterangan jurai-jurai tuwe (anak laki-laki pertama pendiri dusun/desa atau suatu wilayah, '''red'''), istilah Besemah ini muncul ketika nenek moyang mereka melihat banyak ikan semah yang hidup di aliran sungai serta danau.
* ''Meskipun memiliki dua tradisi, tapi peranan dan posisi perempuan tetap sama di keluarga maupun masyarakat. Perempuan dan laki-laki bekerjasama mengurus rumah, sawah, kebun, dan akses terhadap hutan, termasuk pula terhadap hukum adat.''
* ''Tradisi matrilineal di marga Semende Darat sebagai simbol penghormatan terhadap alam yang mereka ibaratkan sebagai ibu. Semua kekayaan alam itu dari ibu kembali ke ibu.''
* ''Falsafah hidup Suku Basemah yang mengatakan “tidak dapat membantu, tapi jangan merusak jadilah”. Falsafah ini sama seperti sikap alam terhadap makhluk hidup, khususnya manusia.''<ref>{{Cite web|title=Mongabay.co.id|url=https://www.mongabay.co.id/|website=www.mongabay.co.id|language=en-US|access-date=2020-10-28}}</ref>
 
== Sistem kekeluargaan ==
Nenek moyang orang Besemah inipun identik dengan pemimpin mereka Ratu Atung Bungsu. Konon, Ratu Atun Bungsu merupakan bangsawan dari Majapahit. Sebutan “Ratu” pada Atung Bungsu bukan berarti perempuan. Ratu itu sebutan lain dari “Raja” istilah saat ini.
 
==== Sistem pernikahan ====
Menurut penelusuran Ahmad Bastari Suan, wilayah Besemah ini cukup luas. Penulis buku “Lampik Mpat Mardike Duwe” diterbitkan Pemkot Pagaralam tahun 2008 lalu itu menguraikan, bahwa Kabupaten/Kota seperti OKU, Lahat, Pagaralam, Empat Lawang, Muara Enim hingga Bengkulu Selatan masuk wilayah Besemah.
Mereka mengenal variasi dalam adat pemikahan dan penarikan garis keturunan. Dalam perkawinan, dikenal adat ambil anak dengan adat menetap nikah matrilokal. Pada perkawinan semacam ini pihak laki-laki tidak membayar uang jujur kepada pihak perempuan. Selain itu, ada adat ambil anak penantian dengan adat menetap nikah matrilokal. Sang suami menetap di lingkungan kerabat istri sampai anak laki-laki mereka dewasa dan berumah tangga. Berdasarkan kedua macam adat di atas, mereka menarik garis keturunan acara matrilineal.
 
Adat lain adalah kawin belaki dengan adat menetap nikah patrilokal dan penarikan garis keturunan secara patrilineal. Dalam adat perkawinan semacam ini pihak laki-laki membayar uang jujur dan biaya perkawinan pun ditanggung pihak laki-laki. Adat lain adalah semendean dengan adat menetap nikah neolokal. Dalam sistem adat ini tidak ada uang jujur dan biaya perkawinan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Wilayah tersebut banyak terdapat kesamaan. Dari budaya hingga strata sosial. Seperti bahasa misalnya, kebanyakan kata-kata berakhiran “e” (pepet, '''red'''). Juga dialek atau logat yang serupa. Memang ada beberapa pengucapan yang berbeda, tetapi tak terlalu jauh.
 
==== Sistem kemasyarakatan ====
Menariknya lagi, wilayah Besemah ini diyakini para jurai tuwe merupakan suatu kerajaan yang muncul setelah berakhirnya kejayaan Majapahit sekitar abad ke-6 Masehi. Kerajaannya bernama Jagat Besemah. Puncak kekuasaannya pada sekitar abad 15 hingga 17, berpusat di lereng Gunung Dempo.
Suku Pasemah tidak berbeda jauh dengan sistem kemasyarakatan kelompok masyarakat lain di Bengkulu. Mereka mengenal wilayah kemargaan yang dipimpin oleh seorang pasirah. Orang Pasemah umumnya adalah pemeluk agama Islam. Walaupun demikian, sisa-sisa kepercayaan lama masih terlihat dalam beberapa bidang kehidupan. Selain mempercayai adanya makhluk halus dan kekuata gaib, orang Pasemah juga menjalankan berbagai upacara adat yang dihubungkan dengan kepercayaan tersebut.<ref name=":1">{{Cite book|last=Melalatoa|first=Junus|date=1995|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/7479/|title=Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia|publisher=CV. EKA PUTRA|pages=663|url-status=live}}</ref>
 
== Mata pencaharian hidup ==
Akhir kerajaan ketika dipimpin Ratu kesepuluh. Singa Bekurung mengutus para Depati untuk menghadap Ratu Sinuhun istri Pangeran Sido Ing Kenayan, Raja Palembang, untuk bergabung dibawah kerajaan Palembang. Artinya, Besemah bukan ditundukkan oleh kekuatan militer kerajaan Palembang, tetapi bergabung atas kehendak sendiri. Hingga pemimpin ke-12, di Besemah masih menggunakan gelar “Ratu”, meskipun saat itu telah berada dibawah kekuasaan Palembang.
Sekarang ini mata pencaharian utama suku Pasemah adalah menanam padi. Mereka mengenal dua jenis sawah, yaitu sawah tadah hujan dan sawah payau atau rawa-rawa. Berkebun kopi dikerjakan dengan cara membuka hutan. Sistem perladangan ini dilakukan dengan cara sederhana. Daerah ini juga menghasilkan buah-buahan dan sayur-sayuran. Pekerjaan lainnya adalah betemak dan menangkap ikan di sungai. Sebagian masyarakat mengenal seni kerajinan menganyam rotan dan bambu.<ref name=":1" />
 
== Lihat pula ==
Tentang asal-usul suku Besemah, versi lain menceritakan bahwa ada seorang “Wali Tua” dari salahsatu anggota keluarga Kerajaan Majapahit berangkat ke Palembang, kemudian kawin dengan Putri (anak) Raja Iskandar yang menjadi Raja Palembang. Salahsatu keturunan inilah yang bernama Atung Bungsu yang pada suatu ketika berperahu menyelusuri sungai Lematang dan akhirnya sampai di sungai yang belum diketahui namanya.
* [[Bahasa BasemahBesemah]]
* [[Budaya BasemahBesemah]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Daftar pustaka ==
Tempatnya menetap dinamakan Benuakeling . Di sungai itu, Atung Bungsu melihat banyak ikan semah yang mengerumuni bekas-bekas makanan yang dibuang ke sungai. Atung Bungsu menceritakan kepada istrinya bahwa di sungai banyak ikan semah-nya.
*Brigitte Khan Majlis. Catalogue// Art Institute of Chicago Museum Studies. — 1966. — Vol.33 — № 2. pp. 28—112.
*Edwin M. Sumatra. Its History and People/ Edwin M. // Artibus Asiae. — 1937. — Vol.7— № 2. — pp. 290—296.
*Miksic J. Classical Archaeology in Sumatra/ Miksic J. // Indonesia. — 1966.— Vol. 30.— pp. 42—66.
 
== Pranala luar ==
Konon katanya, nama ikan inilah yang menjadi cikal-bakal asal-usul nama “Besemah” yang artinya “sungai yang ada ikan semah-nya”. Sungai itulah yang sampai sekarang dikenal dengan nama Ayik Besemah, terletak di antara dusun Karanganyar dengan dusun Tebat Gunung Baru sekarang. Jadi, ada beberapa versi cerita mengenai ikan semah sebagai asal nama Besemah, diantaranya versi Atung Bungsu dan versi Senantan Buih.
* [http://etnolog.ru/people.php?id=PASE Ethnologue]
* [https://www.jstor.org/stable/20205555 Brigitte Khan Majlis. Catalogue// Art Institute of Chicago Museum Studies. — 1966. — Vol.33 — № 2. pp. 28—112.]
* [https://www.jstor.org/stable/3250398 Edwin M. Sumatra. Its History and People/ Edwin M. // Artibus Asiae. — 1937. — Vol.7— № 2. — pp. 290—296.]
* [https://www.jstor.org/stable/3350825 Miksic J. Classical Archaeology in Sumatra/ Miksic J. // Indonesia. — 1966. — №30.— pp. 42—66.]
 
{{Suku bangsa di Indonesia}}
Di kawasan Besemah ini pula, peninggalan-peninggalan megalith banyak ditemukan. Ini menunjukkan bahwasanya masyarakat Besemah sejak lama telah memiliki peradaban tinggi.{{suku-stub}}
{{suku-stub}}
 
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|BasemahBesemah]]
[[Kategori:BasemahBesemah]]