Sungai Brantas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Tahap pertama (1959 - 1972): wikifisasi |
k Lokasi sebenarnya ditemukannya prasasti Harinjing Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(48 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox river
<!-- *** Name section *** -->| name = Sungai Brantas
| native_name =
| name_other = Kali Brantas
<!-- *** Image *** --->| image = Berkas:Brantas 140722-44832 kdi.JPG
| image_size = 300
| image_alt =
| image_caption = Sungai Brantas di [[Kediri]] dengan latar [[Gunung Wilis]].
<!-- *** Etymology *** --->| etymology = <!-- *** Country etc. *** -->
| subdivision_type3 = Kabupaten/Kota
| subdivision_name3 = [[Kota Batu]]<br>[[Kota Malang]]<br>[[Kabupaten Malang]]<br>[[Kabupaten Blitar]]<br>[[Kabupaten Tulungagung]]<br>[[Kabupaten Kediri]]<br>[[Kota Kediri]]<br>[[Kabupaten Jombang]]<br>[[Kabupaten Nganjuk]]<br>[[Kabupaten Mojokerto]]<br>[[Kabupaten Gresik]]<br>[[Kabupaten Sidoarjo]]<br>[[Kabupaten Pasuruan]]<br>[[Kota Surabaya]]
<!-- *** Dimensions *** -->| length = {{cvt|320|km}}
| depth =
| basin_size = {{cvt|11900|km2}}<ref>https://hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011</ref>
|
| source1_location = [[Sumber Brantas, Bumiaji, Batu|Desa Sumber Brantas]], [[Bumiaji, Batu|Kecamatan Bumiaji]], [[Kota Batu]]
| source1_elevation = {{cvt|2000|m}}
| pushpin_map_caption = Lokasi sungai
<!-- *** Muara *** -->| mouth = [[Kali Mas]], [[Kali Porong]], [[Selat Madura]]
| mouth_location =
|
| lat_d = -7.4599
| long_d = 112.4302
| timezone_label = Asia/Jakarta
| utc_offset = +7
| timezone = [[Waktu Indonesia Barat|WIB]]
| geonames = 6881549
| river_system = DAS Brantas<ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>
| basin_code = DAS220228 <ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>
| basin_management = BPDAS Brantas Sampean <ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>
| basin_authority = [[Balai Besar Wilayah Sungai Brantas | BBWS Brantas]]<ref>https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/152117/Permen%20PUPR%20Nomor%2016%20Tahun%202020.pdf</ref>
| river_region = WS Brantas
| river_region_code = 02.19.A3
| extra = q
|
| state = [[Jawa Timur]]
| waterbodies = [[Bendungan Sutami]]; [[Bendungan Wonorejo]]; [[Bendungan Selorejo]]
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De rivier Brandas TMnr 3728-1021.jpg|jmpl|300px|[[Litografi]] Sungai Brantas berdasarkan lukisan [[Abraham Salm]] (1865-1872)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Rivier de Brantas Java TMnr 10022610.jpg|jmpl|300px|Sungai Brantas sebelum tahun 1940]]
'''Sungai Brantas''' adalah sebuah [[sungai]] yang mengalir di provinsi [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].<ref>
Hingga dekade 1960-an, masalah utama Sungai Brantas adalah fluktuasi debit air yang ditandai oleh dua peristiwa, yakni kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Terjadi kegagalan panen dan kelaparan akibat kekurangan air di musim kemarau, sementara di musim hujan terjadi banjir yang mengakibatkan korban harta bahkan jiwa. Selain itu, aliran air juga terhambat karena endapan [[sedimen]] yang dihasilkan oleh letusan [[Gunung Kelud]]. Setiap 10 hingga 15 tahun, Gunung Kelud meletus dan melontarkan abu dan batu [[piroklastik]] ke Sungai Brantas bagian tengah, sehingga menimbulkan gangguan [[fluvial]] pada sungai tersebut. Pemerintah Indonesia kemudian mengembangkan sejumlah infrastruktur sumber daya air untuk mengatasi masalah tersebut.
== Hidrologi ==
Sungai Brantas
{
"type": "FeatureCollection",
"features": [
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "m",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Muara sungai Brantas"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.874351, -7.571905 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "[[Bendungan Sutami]] (Waduk Karangkates)"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.449422, -8.162836 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Bendungan Wonorejo"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 111.800505, -8.017667 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Bendungan Selorejo"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.362544, -7.874466 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "[[Bendungan Bening]]"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 111.794008, -7.539452 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {"marker-symbol":"park", "marker-color":"208020", "title":"Taman Nasional Bromo Tengger Semeru"},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.878513, -8.037473 ]
}
}
]
}
</mapframe>
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een kabelbrug over de rivier Brantas bij Kesamben residentie Kediri Oost-Java TMnr 10007555.jpg|jmpl|300px|Sebuah jembatan gantung di atas sungai Brantas dekat Kesamben (1922).]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Rivier de Brantas Surabaya Java TMnr 10018418.jpg|jmpl|Sungai Brantas di wilayah Surabaya, awal abad ke-20]]
Sejak abad ke-8, di DAS Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan corak agraris, bernama [[Kanjuruhan]]. Kerajaan ini meninggalkan [[Candi Badut]] dan [[prasasti Dinoyo]] yang berangka tahun 760 M sebagai bukti keberadaannya. Wilayah hulu DAS Brantas di mana kerajaan ini berpusat memang cocok untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997). Sungai Brantas maupun anak-anak sungainya menjadi sumber air yang memadai. Bukti terkuat tentang adanya budaya pertanian yang ditunjang oleh pengembangan prasarana pengairan (irigasi) yang intensif ditemukan di DAS Brantas, lewat [[Prasasti Harinjing]] di [[
Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu [[Gunung Kelud]] dan [[Gunung Semeru]] menyebabkan banyak material [[vulkanik]] yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat [[sedimentasi]] bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi. Dalam sumpahnya, [[Lembu Sora]] bahkan menyatakan "''Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung, Kediri dadi kali''" ([[bahasa Jawa]]: [[Blitar]] menjadi lautan pasir, [[Tulungagung]] menjadi kubangan air, [[Kediri]] menjadi sungai),<ref name="lembu">{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/xml/2014/02/15/0925421/.Sepatan.Lembu.Sura.dan.Runtuhnya.Majapahit.Mitos.dan.Sains.Gunung.Kelud.|title="Sepatan" Lembu Sura dan Runtuhnya Majapahit, Mitos dan Sains Gunung Kelud...|publisher=Kompas|first=Palupi Annisa|last=Auliani|date=15 Februari 2014|language=id|access-date=13 November 2022}}</ref>, yang kemungkinan terinspirasi dari kondisi Sungai Brantas pada saat itu.
Merujuk khazanah sastra periode klasik, sungai Brantas inilah yang diduga kuat disebut sebagai '''Ci Ronabaya''' dalam naskah [[Perjalanan Bujangga Manik]].
Baris 85 ⟶ 153:
== Pengembangan infrastruktur ==
[[Berkas:Brantas 140722-44842 kdi.JPG|jmpl|300px|Sungai Brantas yang mendangkal di Kota Kediri. Di kejauhan, tampak sampan penambang [[pasir]]. ]]
===Pra kemerdekaan===
Pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas telah dimulai pada saat Raja [[Airlangga]] memimpin [[Kerajaan Kahuripan]], sebagaimana dijelaskan pada [[Prasasti Kamalagyan]] yang berangka tahun 1037. Prasasti tersebut menjelaskan bahwa Raja Airlangga memerintahkan warga untuk membangun bendungan di Waringin Sapta untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di Kamalagyan dan sekitarnya.<ref name="pws">{{cite book | last = Notodihardjo | first = Mardjono | title = Pengembangan Wilayah Sungai di Indonesia | publisher = Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum | series = | volume = | edition = | date = 1989 | location = Jakarta | pages = | language = Indonesia | url = https://pustaka.pu.go.id/storage/biblio/file/pengembangan-wilayah-sungai-di-indonesia-kumpulan-karangan-9J4GB.pdf | access-date = 2023-01-01 | archive-date = 2023-01-17 | archive-url = https://web.archive.org/web/20230117132138/https://pustaka.pu.go.id/storage/biblio/file/pengembangan-wilayah-sungai-di-indonesia-kumpulan-karangan-9J4GB.pdf | dead-url = yes }}</ref> Pada dekade 1840-an, pada masa pendudukan Belanda, pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas difokuskan untuk mengendalikan banjir dan memanfaatkan derasnya aliran sungai ini.<ref name="jica4"/> Pada tahun 1843, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Pintu Air Mlirip]] untuk mengendalikan air Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya. Pada tahun 1857, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Bendung Lengkong]] untuk mengairi lahan pertanian seluas 30.000 hektar di delta Sungai Brantas.<ref name="sinaro"/> Pada tahun 1865 dan 1870, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Kali Jagir]] dan [[Pintu Air Jagir]] untuk mengurangi jumlah air Kali Surabaya yang mengalir ke [[Kali Mas]]. Pada tahun 1882, pemerintah Hindia Belanda juga membangun [[Kali Porong]] untuk mengurangi jumlah air Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya.<ref name="porong"/>
Pada tahun 1889, pemerintah Hindia Belanda juga membangun [[Pintu Air Gubeng]] untuk mengendalikan air Kali Mas yang mengalir ke pusat kota Surabaya.<ref name="porong">{{Cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2020/08/21/menyibak-peradaban-masa-lalu-yang-terkubur-bencana-alam/|title=Menyibak Peradaban Masa Lalu yang Terkubur Bencana Alam|publisher=[[Mongabay]]|first=Eko|last=Widianto|date=21 Agustus 2020|language=id|access-date=12 November 2022}}</ref> Sekitar tahun 1910, saluran-saluran irigasi pun mulai dikembangkan di bagian hulu dan bagian tengah Sungai Brantas.<ref name="pws"/> Pada tahun 1926 dan 1932, mulai dioperasikan [[PLTA Siman]] dan [[PLTA Mendalan]] di hulu [[Kali Konto]] untuk membangkitkan listrik.<ref name="sinaro"/> Infrastruktur lain yang juga dibangun pada masa pendudukan Belanda di Indonesia meliputi [[Pintu Air Gunungsari]] dan [[Bozem Morokrembangan]] untuk mengendalikan air yang masuk ke pusat kota Surabaya.<ref name="jica4">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 4)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 40-41 | language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_04.pdf}}</ref> Pada tahun 1943, di bawah arahan tentara Jepang, masyarakat juga mulai membangun [[Terowongan Neyama]] tanpa bantuan mesin,<ref name="hist">{{Cite web|url=https://historia.id/amp/urban/articles/terowongan-neyama-romusha-PRkO6|title=Terowongan Neyama Romusha|publisher=Historia|first=Hendri|last=Isnaeni|date=14 April 2012|language=id|access-date=23 Oktober 2022}}</ref> sehingga baru dapat diselesaikan setahun kemudian.<ref name="jica4"/>
===Pasca
Pada dekade 1950-an, infrastruktur yang telah dibangun di Sungai Brantas mulai menua dan kurang terawat, karena kurangnya dana yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia pada saat itu. Banjir besar yang terjadi pada tahun 1954 dan 1955 juga makin memperburuk kondisi infrastruktur yang telah ada.<ref name="jica4"/> Pengamatan lebih teliti terhadap sifat dan perilaku Sungai Brantas kemudian dilaksanakan oleh [[White Engineering]] asal [[Amerika Serikat]] mulai tahun 1954, dan empat tahun kemudian, White Engineering pun menghasilkan sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur yang diberi judul ''Brantas Plan''. Pengamatan tersebut lalu diperdalam dengan survei yang dilaksanakan oleh [[Sogreah]] asal [[Prancis]] dan [[Nippon Koei]] asal [[Jepang]], yang kemudian menghasilkan ''Overall Development Plan'' bagi Sungai Brantas pada tahun 1961.<ref name="bbws">{{Cite web|url=https://sda.pu.go.id/balai/bbwsbrantas/assets/uploads/files/profil_balai_bbws_brantas_2021_1667150483_fe3d977a2a40779fdcda.pdf|title=Profil BBWS Brantas|publisher=PPID BBWS Brantas|first=|last=|date=2021|language=id|access-date=4 Januari 2023}}</ref><ref name="pws"/> Rencana induk tersebut menyimpulkan bahwa pengendalian banjir di Sungai Brantas akan dilakukan dengan cara membangun bendungan di bagian hulu, mengendalikan banjir di anak Sungai Brantas, mengendalikan pasir di lereng [[Gunung Kelud]], meningkatkan daya gelontor pasir di bagian hilir, serta mengelola pemanfaatan air Sungai Brantas secara menyeluruh dan terpadu.<ref name="bbws"/>
==== Tahap pertama (1959 - 1972) ====
Tahap pertama bertujuan untuk mengendalikan banjir, karena jika banjir belum dapat dikendalikan, maka pengembangan yang lain tidak dapat dilakukan. Pengendalian banjir dilakukan dengan membangun sejumlah bendungan untuk menampung kelebihan air, perbaikan alur sungai di bagian tengah Sungai Brantas, dan pembuatan jalur pelepas banjir (''flood way''). Selain itu, disiapkan pula sistem peringatan dini banjir dan jejaring pemantauan hidrologi.
Di bagian hulu, dilakukan pembangunan [[Bendungan Karangkates]], [[Bendungan Selorejo]], dan [[Bendungan Lahor]], sementara di bagian tengah, dilakukan pembangunan kembali [[Terowongan Neyama]], sedangkan di bagian hilir, dilakukan pembangunan [[Bendung Lengkong Baru]], perbaikan [[delta]] Sungai Brantas, dan perbaikan saluran irigasi di delta Sungai Brantas.<ref name="jica10">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 10)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 182-183 | language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_10.pdf}}</ref>
Tahap ini bertujuan untuk mengurangi pasir yang mengendap di Sungai Brantas dengan cara ''"push the top and pull the toe"'' (mendorong di hulu dan menarik di hilir). Dengan adanya Bendungan Karangkates dan Bendungan Selorejo, tersedia air yang cukup banyak sepanjang tahun untuk menggelontor pasir yang mengendap di sepanjang Sungai Brantas. Selain berfungsi sebagai pengendali banjir di bagian hulu, kedua bendungan tersebut juga dapat difungsikan sebagai sumber air irigasi, pembangkit listrik, dan obyek pariwisata. Untuk menambah jumlah air yang terbendung di Bendungan Karangkates, Bendungan Lahor lalu dibangun beserta sebuah terowongan untuk menghubungkan genangan dari kedua bendungan tersebut.<ref name="jica">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 1)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = | language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_01.pdf}}</ref>
Baris 106 ⟶ 172:
Sementara itu, Bendung Lengkong Baru dibangun di bagian hilir untuk menggantikan Bendung Lengkong yang sudah sangat tua dan menghambat penggelontoran pasir yang mengendap di Sungai Brantas. Sedangkan perbaikan delta Sungai Brantas dan saluran irigasi di delta Sungai Brantas dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan air Sungai Brantas, sehingga selain meningkatkan hasil pertanian, diharapkan juga dapat mengurangi banjir di bagian hilir.<ref name="surjono"/>
====
Tahap kedua bertujuan untuk menyediakan air irigasi, seiring dengan kebijakan
Bendungan Wlingi awalnya dirancang sebagai bagian dari upaya untuk ''"central load relieving"'' (mengurangi beban di tengah), yakni membuang pasir yang mengendap di Sungai Brantas ke [[Samudra Hindia]]. Namun pada perkembangannya, pembangunan saluran pembuang endapan ke Samudera Hindia akhirnya ditunda, dan digantikan dengan pembangunan Terowongan Neyama 2 di [[Tulungagung]] untuk difungsikan sebagai pengendali banjir.<ref name="staf">{{cite report|author=Staf Proyek Brantas|date=1 April 1972|title=Uraian Singkat Mengenai Proyek Bendungan Serbaguna Karangkates|url=https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/autocover/2c8787c5bec961ca1a99097a36d68be8.pdf|publisher=Proyek Induk Serbaguna Kali Brantas|access-date=23 Januari 2022}}</ref> Sementara Saluran Irigasi
====
Tahap ini bertujuan untuk menyediakan air baku, terutama
====
Tahap ini ditekankan pada konservasi dan pengelolaan sumber daya air. Pengelolaan air tidak saja mencakup aspek kuantitas, tetapi juga ke arah pengendalian kualitas, walaupun masih bersifat terbatas. Di bagian tengah, dilakukan perbaikan terhadap [[Kali Widas]]. Sementara di bagian hilir, dilakukan perbaikan terhadap [[Kali Perbatasan]], [[Kali Pelayaran]], [[Kali Kebonagung]], dan [[Bozem Morokrembangan]].<ref name="sinaro"/> Pada tahap ini pula, dikembangkan sistem pengelolaan informasi hidrologi.
== Pengelolaan infrastruktur ==
[[Berkas:Bendungan Waru Turi.jpg|jmpl|Bendung Gerak Waru Turi di Kediri]]
Infrastruktur sumber daya air di Sungai Brantas yang saat ini dikelola oleh [[Jasa Tirta I]] antara lain:
{{div col}}
* [[Bendungan Sengguruh]]
* [[Bendungan Sutami]]
Baris 147 ⟶ 194:
* [[Bendungan Selorejo]]
* [[Bendungan Wlingi]]
* [[Terowongan Neyama]]
* [[Pintu Air Tulungagung]]
* [[Bendungan Wonorejo]]
* [[Bendungan Tugu]]
* [[Bendung Gerak Waruturi]]
* [[Bendungan Semantok]]
* [[Bendungan Widas]]
* [[
* [[Bendung Karet Jatimlerek]]
* [[Bendung Karet Menturus]]
* [[Bendung Lengkong Baru]]
* [[Pintu Air Mlirip]]
* [[Pintu Air Jagir]]
{{div col end}}
== Lumpur Lapindo ==
{{Main|Lumpur Lapindo}}
Terkait dengan luapan lumpur hidrokarbon dari Desa Siring Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo yang dikenal dengan Lumpur [[Lapindo]], aliran sungai ini digunakan untuk menggelontor sebagian semburan lumpur ke [[Selat Madura]]. Untuk itu, sebagian lumpur tersebut pun rutin dipompa ke salah satu anak Sungai Brantas di bagian hilir, yakni [[Kali Porong]].
== Lihat pula ==
* [[
* [[:Kategori:BPDAS Brantas Sampean|BPDAS Brantas Sampean]]
* [[Daftar sungai di Indonesia]]
* [[Daftar sungai di Jawa]]
* [[Daftar sungai di Jawa|Jasa Tirta I]]
* [[Kereta api Brantas]]
* [[Wilayah sungai]]
== Referensi ==
{{reflist}}
{{coord|7.4599|S|112.4302|E|display=title}}
{{Sungai di Jawa Timur}}
{{Laut Indonesia}}
[[Kategori:DAS Brantas]]
[[Kategori:Sungai di Jawa Timur]]
{{DEFAULTSORT:Brantas, Sungai}}
|