Al-Fa'iz Binasrillah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manggadua (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Lowercase title}}{{Infobox royalty | name = al-Fa'iz bi-Nasr Allah <br /> الفائز بنصر الله | succession = ImamKhalifah Kekhalifahan Fathimiyah | image = | caption = | reign = 1154–1160 | predecessor = al-Zafir | successor = al-Adid | birth_date = 31 Mei 1149 | birth_place = | death_date = 22 Juli 1160 {{nowrap|(umur 11)}} | death_place = | religion = S...'
 
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(5 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 14:
| issue =
| full name =
| house = [[KekhalifahanDinasti Fathimiyah|Fathimiyah]]
| house-type = Dinasti
| father = al-Zafir
Baris 20:
}}
{{Ismailiyah|collapsed=1}}
'''Abūʾl-Qāsim ʿĪsā ibn al-Ẓāfir''' ({{lang-ar|أبو القاسم عيسى بن الظافر}}; 1149–1160), lebih dikenal dengan [[laqab|nama regnal]] '''al-Fāʾiz bi-Naṣr Allāh''' ({{lang|ar|الفائز بنصر الله}}), adalah [[daftar Khalifah Fathimiyah|khalifah Fathimiyah]] yang ketigabelas dan kedua dari belakang, yang memerintah di [[Mesir]] dari tahun 1154 hingga 1160, dan [[Imamah dalam doktrin Ismailiyah|imam]] ke-23 dari cabang [[Syiah|Islam Syiah]] [[Isma'ilisme Hafizi]]. Al-Fa'iz diangkat ke takhta pada usia lima tahun setelah ayahnya dibunuh oleh [[wazir (Kekhalifahan Fathimiyah)|wazir]] [[Abbas bin Abi al-Futuh]], dan menghabiskan seluruh hidupnya sebagai [[penguasa boneka|boneka]] penerus Abbas, [[Tala'i bin Ruzzik]]. Mengalami [[kejang epilepsisawan|serangan epilepsi]], al-Fa'iz meninggal karenanya pada usia sebelas tahun, dan keponakannya, [[al-Adid]], khalifah terakhir Fathimiyah, menggantikannya.
 
== Kehidupan ==
Al-Fa'iz masa depan lahir dengan nama Abu'l-Qasim Isa, putra dari [[daftar imam Isma'iliyah|imam]] kedua belas-[[khalifah]] [[Kekhalifahan Fathimiyah]], [[al-Zafir]].{{sfn|Halm|2014|p=237}} Isa diangkat ke tahta pada 16 April 1154 pada usia lima tahun, setelah pembunuhan ayahnya dan dua pamannya, oleh [[wazir (Kekhalifahan Fathimiyah)|wazir]], [[Abbas bin Abi al-Futuh]], dan putranya, Nasr.{{sfn|Daftary|2007|p=250}}{{sfn|Brett|2017|p=283}} Ia diberi [[laqab|nama regnal]] ''al-Fā'iz bi-Naṣr Allāh'', 'Menang dengan Bantuan Tuhan'.{{sfn|Halm|2014|p=237}} Pemandangan mayat pamannya, dan teriakan keras aklamasi dari pasukan tentara Fathimiyah yang berkumpul membuat anak laki-laki itu ketakutan. Sepanjang hidupnya, kepercayaan umum adalah bahwa [[sawan|kejang epilepsi]] dan tremor berikutnya adalah akibat dari pengalaman traumatis ini.{{sfn|Halm|2014|p=237}} Karena alasan yang sama, perannya dalam upacara publik terbatas; upacara tahunan untuk merayakan [[banjir Sungai Nil]] bahkan diadakan pada malam hari selama masa pemerintahannya.{{sfn|Halm|2014|p=247}}
 
Peristiwa berdarah itu segera mengakibatkan kejatuhan Abbas sendiri. Para wanita yang ketakutan dalam keluarga FatimiyahFathimiyah meminta bantuan gubernur [[Asyut]] kelahiran [[orang Armenia|Armenia]], [[Tala'i bin Ruzzik]], dan dilaporkan mengirimkan rambut mereka yang dipotong untuk memohon.{{sfn|Brett|2017|p=283}}{{sfn|Halm|2014|p=238}} Ibnu Ruzzik dengan mudah setuju dan berbaris menuju Kairo. Abbas mencoba melawan, tetapi menghadapi pertentangan umum: sebagian besar pasukan enggan mendukungnya atau membelot langsung, dan sisanya diserang oleh penduduk dengan batu. Pada akhirnya, pada tanggal 29 Mei Abbas harus memaksa keluar dari ibu kota bersama putranya dan segelintir pengikutnya. Rombongan itu menuju [[Bilad asy-Syam|Suriah]] tetapi dicegat pada tanggal 6 Juni oleh Tentara Salib di dekat [[Laut Mati]]. Abbas terbunuh, dan Nasr dijual kepada Fathimiyah; dia dipukuli sampai mati dan dimutilasi oleh para wanita istana.{{sfn|Brett|2017|p=283}}{{sfn|Halm|2014|pp=238–240}}
 
Ibnu Ruzzik diangkat menjadi wazir dengan kekuasaan penuh pada 17 Juni,{{sfn|Halm|2014|pp=241–242}} sementara al-Fa'iz yang masih di bawah umur ditempatkan di bawah pengawasan bibinya, yang dipimpin oleh saudara perempuan al-Zafir, [[Sitt al-Qusur]] ('Nyonya Istana'), yang telah memainkan peran utama dalam mengamankan balas dendam terhadap Abbas dan Nasr atas pembunuhan saudara-saudaranya.{{sfn|Brett|2017|p=283}}{{sfn|Cortese|Calderini|2006|p=114}} Di luar tembok [[Istana-istana Fatimiyah Agung|Istana Fathimiyah Agung]], Ibnu Ruzzik adalah penguasa negara yang sebenarnya, dan al-Fa'iz pada dasarnya adalah tawanannya.{{sfn|Daftary|2007|p=250}} Seorang [[Syiah Dua Belas Imam|Syiah Dua Belas]], ia secara aktif mensponsori ''[[Syarif|asyraf]]'' [[Bani Ali]] di [[Hijaz]] dan [[Irak]], tapi ia tidak melakukan upaya untuk menggulingkan Dinasti Fathimiyah, alih-alih memerintah atas nama dinasti tersebut sebagai raja ''de facto'' dengan gaya wazir Armenia yang sangat kuat dan terhormat [[Badr al-Jamali]] dan [[al-Afdhal Syahansyah]], yang ia coba tiru.{{sfn|Brett|2017|pp=283–285}}
 
Posisi Ibnu Ruzzik bukannya tanpa tantangan: pada tahun 1155, dan sekali lagi pada tahun 1157, ia menghadapi pemberontakan terhadapnya oleh gubernur provinsi.{{sfn|Halm|2014|p=242}} Berusaha untuk memperkuat legitimasinya, Ibnu Ruzzik kembali ke kebijakan agresif terhadap Tentara Salib di [[Palestina]]. Ia mencetak beberapa keberhasilan dengan serangan laut di [[Tyre, Lebanon|Tyre]] pada tahun 1155 dan dengan serangan di [[Gaza]] dan [[Hebron]] pada tahun 1157 dan 1158, tetapi upayanya untuk mengamankan Mesir melalui aliansi dengan [[ZengidDinasti Zankiyah]] dari Suriah di bawah [[NurudinNuruddin ZangiZanki]] gagal.{{sfn|Daftary|2007|p=250}}{{sfn|Brett|2017|p=285}}{{sfn|Halm|2014|pp=242–243}} Ketika [[Baldwin III]] dari Yerusalem]] mempersiapkan invasi ke Mesir pada tahun 1160, ia harus dibeli.{{sfn|Brett|2017|p=285}} Reputasi Ibnu Ruzzik sebagai pejuang suci, penyair, dan pelindung budaya diimbangi oleh kekuasaannya yang despotik, yang melakukan penyitaan untuk mengatasi kekurangan pendapatan yang kronis, diperburuk oleh pengejaran perang melawan Tentara Salib.{{sfn|Brett|2017|pp=284–285}}
 
Al-Fa'iz meninggal karena serangan epilepsi pada tanggal 22 Juli 1160.{{sfn|Daftary|2007|p=250}}{{sfn|Halm|2014|p=247}} Ibnu Ruzzik memilih anak di bawah umur lainnya untuk menggantikannya: sepupu al-Fa'iz yang berusia sembilan tahun, al-Adid, yang menikah dengan salah satu putri wazir untuk ukuran yang baik.{{sfn|Halm|2014|p=247}}{{sfn|Daftary|2007|pp=250–251}} Dia menjadi khalifah FatimiyahFathimiyah terakhir.{{sfn|Daftary|2007|pp=251–252}}
 
== Referensi ==
Baris 51:
 
{{Khalifah Fathimiyah|state=expanded}}
{{Topik Fathimiyah}}
 
{{DEFAULTSORT:Faiz bi-Nasr Allah}}
[[Kategori:Kelahiran 1149]]