Majapahit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k Melindungi "Majapahit": Menjadi sasaran penyuntingan yang mengganggu ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 8 Desember 2024 07.54 (UTC)) [Pindahkan=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 8 Desember 2024 07.54 (UTC))) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(45 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
{{Sejarah Malaysia}}
'''Majapahit''' ({{lang-jv|꧋ꦩꦙꦥꦲꦶꦠ꧀}}; {{IPA-jv|madʒapaɪt}}; [[Sanskerta]]: ''Vilvatikta''; [[Kawi]]: ''Wilwatikta'')<ref group="Catatan">Literatur istana yang terpengaruh budaya India menggunakan nama Sanskerta ini, yang berarti sama dengan kata "Majapahit", contohnya pada Nagarakretagama pupuh 1 bait 2 dan Kidung Harsawijaya. Kadang-kadang juga ditulis secara terbalik sebagai Tiktawilwa, contohnya pada Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Meskipun begitu kekaisaran ini tetap dikenal dengan nama Jawanya, seperti yang dicatat dalam hikayat-hikayat dari Aceh, Banjar, Melayu, Palembang, dan lain-lain.</ref> adalah sebuah [[kemaharajaan]] yang berpusat di [[
Kemaharajaan Majapahit adalah kemaharajaan [[Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] terakhir yang menguasai [[Nusantara]] dan dianggap sebagai monarki terbesar dalam [[sejarah Indonesia]].{{sfn|Ricklefs|2008|p=12, 37}} Menurut [[Negarakertagama]], kekuasaannya terbentang dari [[Jawa]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], [[Kalimantan]], [[Filipina]] ([[Kepulauan Sulu]]), [[Manila]] (Saludung), [[Sulawesi]], [[Papua]], dan lainnya.<ref>Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, ''Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD'' (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, hlm. 29. 34; [[G.J. Resink]], ''Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory'' (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.</ref> Sisa-sisa peninggalan [[arkeologis]] dan reruntuhan bangunan kunonya banyak ditemukan di [[Kabupaten Mojokerto]], karena pernah menjadi ibukota dari kerajaan Majapahit.▼
▲'''Majapahit''' ({{lang-jv|꧋ꦩꦙꦥꦲꦶꦠ꧀}}; {{IPA-jv|madʒapaɪt}}; [[Sanskerta]]: ''Vilvatikta''; [[Kawi]]: ''Wilwatikta'')<ref group="Catatan">Literatur istana yang terpengaruh budaya India menggunakan nama Sanskerta ini, yang berarti sama dengan kata "Majapahit", contohnya pada Nagarakretagama pupuh 1 bait 2 dan Kidung Harsawijaya. Kadang-kadang juga ditulis secara terbalik sebagai Tiktawilwa, contohnya pada Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Meskipun begitu kekaisaran ini tetap dikenal dengan nama Jawanya, seperti yang dicatat dalam hikayat-hikayat dari Aceh, Banjar, Melayu, Palembang, dan lain-lain.</ref> adalah sebuah [[kemaharajaan]] yang berpusat di [[Provinsi Jawa Timur]], [[Indonesia]], yang pernah berdiri tahun [[1293]]–[[1527]] [[Masehi|M]]. Kemaharajaan ini didirikan oleh [[Raden Wijaya]] menantu [[Kertanagara]], maharaja [[kerajaan Singhasari|Singhasari]] terakhir, dan mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di [[Nusantara]] pada masa kekuasaan raja [[Hayam Wuruk]], yang berkuasa dari tahun [[1350]]–[[1389]].
▲Kemaharajaan Majapahit adalah kemaharajaan [[Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] terakhir yang menguasai [[Nusantara]] dan dianggap sebagai monarki terbesar dalam [[sejarah Indonesia]].{{sfn|Ricklefs|2008|p=12, 37}} Menurut [[Negarakertagama]], kekuasaannya terbentang dari [[Jawa]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], [[Kalimantan]], [[Filipina]] ([[Kepulauan Sulu]]), [[Manila]] (Saludung), [[Sulawesi]], [[Papua]], dan lainnya.<ref>Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, ''Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD'' (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, hlm. 29. 34; [[G.J. Resink]], ''Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory'' (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.</ref> Sisa-sisa peninggalan [[arkeologis]] dan reruntuhan bangunan kunonya banyak ditemukan di [[Kabupaten Mojokerto]], karena pernah menjadi ibukota Majapahit.
== Historiografi ==
Sejarah mengenai kemaharajaan Majapahit masih menjadi salah satu subjek penelitian yang menarik untuk dibahas dan ditelusuri lebih jauh lagi.<ref>{{cite book |last =Taylor |first =Jean Gelman |title =Indonesia: Peoples and Histories |publisher =Yale University Press |date=2003 |location =New Haven and London |page =29 |url =https://archive.org/details/indonesiapeoples0000tayl|doi = |id = ISBN 0-300-10518-5 }}</ref>{{sfn|Ricklefs|2008|p=36-37}} Sumber utama yang digunakan oleh para [[sejarawan]] diantaranya adalah ''[[Pararaton]]'' ('Kitab Raja-raja') dalam [[bahasa Kawi]] dan ''[[Kakawin Nagarakretagama|Nagarakretagama]]'' dalam [[bahasa Jawa Kuno]].<ref name="Johns1964">{{cite journal|last=Johns|title=The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography|first=A.H.|journal=The Journal of Asian Studies|date=1964|url=http://links.jstor.org/sici?sici=0021-9118%28196411%2924%3A1%3C91%3ATROSOA%3E2.0.CO%3B2-Z|volume=24|issue=1|pages=91–99}}</ref> ''Pararaton'' menceritakan [[Ken Arok]] (pendiri [[Kerajaan Singhasari]]) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, ''Nagarakertagama'' adalah puisi [[Sastra Jawa Kuno|Jawa Kuno]] yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan [[Hayam Wuruk]]. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam [[Warisan Ingatan Dunia]] (''Memory of the World Programme'') oleh [[UNESCO]].<ref>[https://web.archive.org/web/20130707005219/http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/24/08444424/negarakertagama.diakui.sebagai.memori.dunia Nagarakretagama Diakui sebagai Memori Dunia], kompas.com</ref> Selain itu, terdapat beberapa [[prasasti]] dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari [[Tiongkok]] dan negara-negara lain.<ref name="Ricklefs_55">M.C. Ricklefs, ''Sejarah Indonesia Modern 1200-2004'', Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.</ref>
[[Cornelis Christiaan Berg|C.C. Berg]] menganggap bahwa sebagian naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.<ref>C. C. Berg. ''Het rijk van de vijfvoudige Buddha'' (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311</ref> Kebanyakan sarjana tidak menerima pandangan ini, karena catatan sejarah Majapahit sesuai dengan catatan Cina yang tidak mungkin memiliki maksud yang sama. Daftar penguasa dan detail struktur negara tidak menunjukkan tanda-tanda dibuat-buat.{{sfn|Ricklefs|2008|p=36}} Pada tahun 2010, sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai pembuatan kapal Majapahit atau ''Spirit of Majapahit'' yang akan berlayar ke Asia. Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan Yuan China (Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik.<ref>https://web.archive.org/web/20131031000713/http://www.tempo.co/read/news/2010/07/01/061260022/Indonesia-Jepang-Buat-Kapal-Majapahit/ Tempo/</ref> Menurut Guru Besar Arkeologi [[Asia Tenggara]] National University of Singapore John N. Miksic, jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi [[Sumatra]] dan [[Singapura]] bahkan [[Thailand]] yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni.<ref>
== Sejarah ==
Baris 18 ⟶ 17:
[[Berkas:Harihara Majapahit 1.JPG|jmpl|kiri|lurus|Arca Harihara (paduan [[Siwa]] dan [[Wisnu]]) perwujudan [[Kertarajasa]] dari Candi Simping, [[Blitar]], kini koleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional]].]]
Sebelum berdirinya Majapahit, [[Singhasari]] telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian [[Kubilai Khan]], penguasa [[Dinasti Yuan]] di [[Tiongkok]]. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi<ref name="bennysetiono">{{cite web|last = Setiono|first = Benny
Ketika itu, [[Jayakatwang]], adipati [[Kerajaan Kediri|Kediri]], sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran penasehat kerajaan [[Aria Wiraraja]], Jayakatwang memberikan pengampunan kepada [[Raden Wijaya]], menantu [[Kertanegara]], yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke [[Daha]], yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.<ref name="Mulyana">{{Harvnb|Mulyana|2006|p=122}}</ref> Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati.<ref name="Mulyana"/> [[Raden Wijaya]] kemudian diberi hutan [[Tarik, Sidoarjo|Tarik]]. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru dengan pelabuhan utama di [[Canggu, Jetis, Mojokerto|Canggu]]. Desa itu dinamai ''Majapahit'', yang namanya diambil dari buah [[maja]], dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan [[Bangsa Mongol|Mongol]] tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.<ref>Groeneveldt, W.P. ''Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources''. Djakarta: Bhratara, 1960.</ref><ref name="slametmuljana">Slamet Muljana. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (LKIS, 2005)</ref> Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin [[muson]] agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Baris 106 ⟶ 104:
Perang saudara yang disebut [[Perang Regreg]] diperkirakan terjadi pada tahun 1404–1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, sementara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dihukum mati. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas wilayah-wilayah taklukannya di daerah-daerah lain.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut [[Dinasti Ming]] yang dipimpin oleh laksamana [[Cheng Ho]], seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di [[Semarang]], [[Demak]], [[Tuban]], dan [[Ampel]]; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&hl=id&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=63|access-date=2012-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135604/https://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma+oriental&hl=id&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|archive-date=2024-02-20|dead-url=no}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref>
Ketika Majapahit didirikan, pedagang [[Muslim]] dan para penyebar agama sudah mulai memasuki [[Nusantara]]. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan [[Islam]], yaitu [[Kesultanan Malaka]], mulai muncul di bagian barat Nusantara.<ref name="Ricklefs_57">Ricklefs (2005), hal. 57.</ref> Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan [[Kesultanan Malaka]] yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai [[Selat Malaka]] dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatra. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri.
Pada masa pemerintahan Wikramawardhana, daerah kekuasaan Majapahit di pulau Sumatra hanya tinggal Indragiri, Jambi dan Palembang, sebagaimana ditulis pada catatan [[Yingyai Shenglan]] ciptaan Ma Huan, salah satu penerjemah laksamana Cheng Ho. Dan setelah kematian Wikramawardhana dan masa pemerintahan penerusnya, daerah Indragiri diberikan kepada [[Mansur Syah dari Malaka]] sebagai hadiah pernikahannya dengan putri Majapahit, yang semakin mengurangi kendali Majapahit di Sumatra.<ref>{{Cite web |url=https://www.malaysiakini.com/news/436967 |title=Salinan arsip |access-date=2023-05-11 |archive-date=2022-11-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221129070338/https://www.malaysiakini.com/news/436967 |dead-url=no }}</ref>
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1429, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu [[Suhita]], yang memerintah pada tahun 1429 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Bhre Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh [[Kertawijaya]], adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar [[Rajasawardhana]] dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 M.
Baris 128 ⟶ 126:
Sebenarnya perang Majapahit-Demak ini sudah mulai mereda ketika [[Patih Udara]] menggantikan Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak, tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika Patih Udara meminta bantuan Portugis untuk mengalahkan Demak. Sehingga pada tahun 1527, Demak melakukan serangan ke Majapahit yang mengakhiri sejarah Majapahit.<ref name=":11" />{{rp|54-55}}
Dengan jatuhnya ibukota yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, pada awal abad ke-16 kekuatan kerajaan Demak akhirnya mengalahkan sisa-sisa Majapahit dan menjadi akhir dari Kerajaan Majapahit.<ref>{{cite journal|title=Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java|author=Robert W. Hefner|journal=American Ethnologist|volume=10|number=4|issue=1983|pages=665--683|url=http://www.jstor.org/stable/644055|accessdate=2008-10-23|doi=10.1525/ae.1983.10.4.02a00030|year=1983|archive-date=2023-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407225410/https://www.jstor.org/stable/644055|dead-url=no}}</ref> Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis ([[Tomé Pires]]), dan Italia ([[Antonio Pigafetta]]) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan [[Pati Unus]], penguasa dari [[Kesultanan Demak]], antara tahun 1518 dan 1521 M.<ref name="SNI448" /> Sisa-sisa keluarga Majapahit keturunan Girindrawardhana kemudian melarikan diri ke daerah [[Panarukan]], [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] (sekarang daerah [[Kabupaten Banyuwangi]]). Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi kepulau [[Bali]].
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan [[Pasuruan]], [[Panarukan]], Blambangan di ujung timur,<ref>Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2019) [2008]. ''[https://archive.org/details/sejarah-nasional-indonesia-jilid-3-zaman-islam/mode/2up?q Sejarah Nasional Indonesia Edisi Pemutakhiran Jilid 3: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia]''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref>{{Rp|7}} serta [[Kerajaan Sunda]] yang beribu kota di [[Pajajaran]] di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke [[Bali]]. Beberapa kantung masyarakat Hindu [[Suku Tengger|Tengger]] hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan [[Bromo]] dan [[Semeru]].
Baris 135 ⟶ 133:
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan [[keris]]. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan [[aristokrasi|aristokrat]] juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Tentara Majapahit dibagi menjadi
Majapahit memiliki 30.000 tentara profesional yang bekerja tetap, dimana para prajurit dan komandannya digaji dengan emas. Ini menunjukkan adanya ''standing army'' ([[tentara permanen]]) sebuah pencapaian yang hanya bisa dicapai segelintir kerajaan Asia Tenggara.<ref name=":62">{{Cite book|last=Miksic|first=John M.|year=2013|title=Singapore and the Silk Road of the Sea, 1300-1800|publisher=NUS Press|isbn=9789971695583|author1-link=John N. Miksic}}</ref>{{Rp|185}}<ref name=":02">{{Cite book|last=Miksic|first=John N.|last2=Goh|first2=Geok Yian|date=2017|title=Ancient Southeast Asia|location=London|publisher=Routledge|url-status=live}}</ref>{{Rp|467}} Selain tentara profesional ini, Majapahit diperkuat dengan pasukan yang berasal dari negara bawahan dan pemimpin daerah.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|year=2006|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|location=Singapore|publisher=Editions Didier Millet|isbn=981-4155-67-5}}</ref>{{Rp|277}} Dari catatan ''Suma Oriental'' dan ''Sejarah Melayu'', jumlah keseluruhan pasukan Majapahit dapat mencapai 200.000 orang.<ref name=":3" />{{Rp|175-176}}<ref>Kheng, Cheah Boon; Ismail, Abdul Rahman Haji, eds. (1998). ''[https://archive.org/details/sejarah-melayu-cheah-boon-kheng/page/n1/mode/2up?q= Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition]''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd. [https://archive.org/details/sejarah-melayu-cheah-boon-kheng/page/n127/mode/2up?q=jong hlm. 118-119]: "Setelah Betara Majapahit mendengar bunyi surat bendahari raja Singapura itu, maka baginda pun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jong, lain daripada itu kelulus, pilang, jongkong, tiada terbilang lagi banyaknya; maka dua keti rakyat Jawa yang pergi itu; maka segala rakyat Jawa pun pergilah. Setelah datang ke Singapura, maka berparanglah dengan orang Singapura."</ref> Pasukan Majapahit bersifat multietnis, mirip seperti militer [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memiliki pasukan Bugis dan Dhaeng (Makassar). Sebagaimana dicatat ''[[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]]'':<blockquote>Maka kedua pihak laskhar pun kembali-lah masing-masing pada tempat-nya. Demikian-lah perang itu tiap-tiap hari, kira-kira tiga bulan lama-nya perang itu, tiada beralahan, karna Jawa itu sa-bagai datang juga bantu-nya dari benua asing.{{sfn|Nugroho|2011|p=182}}</blockquote>
Baris 155 ⟶ 153:
Majapahit memiliki pasukan elit yang disebut ''Bhayangkara''. Tugas utama pasukan ini adalah untuk melindung raja dan kaum bangsawan, namun mereka juga dapat diterjunkan ke pertempuran jika diperlukan. [[Hikayat Banjar]] mencatat perlengkapan ''Bhayangkara'' di istana Majapahit:
<blockquote>Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya barkupiah taranggos sakhlat merah, orang mambawa [[Istinggar|astenggar]] [senapan sundut] ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap [sejenis perisai]{{refn|''Dadap'' memiliki 2 arti: Dalam bahasa Indonesia, ia merujuk pada perisai bulat yang terbuat dari kulit atau rotan,<ref>Departemen Pendidikan Nasional (2008). ''Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat''. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dapat diakses secara daring di https://web.archive.org/web/20230331080325/https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dadap</ref> sedangkan dalam bahasa Jawa kuno ia merujuk pada pada perisai penangkis panjang dan sempit.<ref>Zoetmulder, Petrus Josephus (1982). ''Old Javanese-English dictionary''. The Hague: Martinus Nijhoff. hlm. 345</ref> ''Dadap'' di Jawa sepertinya merujuk pada perisai panjang yang cukup berat, mungkin dengan ujung menonjol. Lihat {{harvnb|Jákl|2014|p=77–78}}.|group=Catatan}} sarta sodoknya [senjata mirip tombak dengan mata lebar]<ref group="Catatan">Untuk arti ''sodok'', lihat Gardner, Gerald Brosseau (1936). ''[https://archive.org/details/KerisAndOtherMalayWeaponsfreeGift/page/n83/mode/2up?q= Keris and Other Malay Weapons]'' Singapore: Progressive Publishing Company. hlm. 85.</ref> sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan{{refn|''Rampuk'' kemungkinan berasal dari bahasa Jawa Kuno ''rampog'' dan ''ngrampog'', yang artinya “menyerang dalam jumlah besar”. ''Watang parampogan'' dalam bahasa Jawa kuno berarti tombak yang digunakan dalam ''parampogan'', yaitu penombakan harimau ([[rampokan macan]]).<ref>Zoetmulder, Petrus Josephus (1982). ''Old Javanese-English dictionary''. The Hague: Martinus Nijhoff. h. 1499.</ref>|group=Catatan}} barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh.<br>— Hikayat Banjar, 6.3<ref>Ras, Johannes Jacobus, 1968, ''Hikayat Bandjar. A Study in Malay Historiography''. The Hague (Bibliotheca Indonesica, 1)</ref>{{Rp|Baris 1209–1214}}{{sfn|Nugroho|2011|p=204-205}}</blockquote>
<gallery mode="packed" widths="110" heights="160">
Baris 166 ⟶ 164:
</gallery>
Pasukan militer di berbagai bagian Asia Tenggara menggunakan pakaian pelindung ringan. Seperti umumnya di Asia Tenggara, sebagian besar pasukan Jawa terdiri dari rakyat jelata yang [[Wajib militer|dimobilisasi sementara]] dari petani yang dipimpin oleh prajurit dan kasta bangsawan. "Tentara petani" biasanya bertelanjang dada mengenakan sarung, bersenjatakan tombak, pedang pendek, atau busur dan anak panah.<ref name=":9">{{Cite book|last=Oktorino|first=Nino|year=2020|title=Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara|location=Jakarta|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-1741-4}}</ref>{{Rp|111-113}} Prajurit yang lebih kaya menggunakan baju pelindung yang disebut ''[[kawaca]]''.<ref group="Catatan">''Kawaca'' memiliki dua makna. Yang pertama adalah kemeja yang dikenakan oleh para rohaniawan, yang lainnya berarti baju besi. Lihat {{harvnb|Nugroho|2011|p=386}}.</ref><ref name=":13">{{cite thesis|last=Jákl|first=Jiří|date=2014|title=Literary Representations of War and Warfare in Old Javanese Kakawin Poetry|type=|publisher=The University of Queensland|degree=PhD}}</ref>{{rp|78}} Menurut Irawan Djoko Nugroho, baju pelindung ini mungkin berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak.{{sfn|Nugroho|2011|p=202, 386}} Sebaliknya, prajurit infanteri profesional (bukan rakyat wajib militer) Majapahit mengenakan [[zirah sisik]] yang disebut ''[[siping-siping]]''.<ref name=":13" />{{rp|75, 78, 79}} Ada juga semacam helm baja yang disebut ''rukuh''.{{sfn|Nugroho|2011|p=321}}<ref name=":13" />{{rp|20, 78, 80}} Jenis [[baju zirah]] lain yang digunakan di Jawa era Majapahit adalah ''[[Baju rantai|waju rante]]'' ([[zirah rantai]]) dan ''[[karambalangan]]'' (lapisan logam yang dikenakan di depan dada).{{sfn|Nugroho|2011|p=202}}<ref name=":1">{{Cite web|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 Agustus 2018|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|website=Nusantara Review|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405135919/https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|archive-date=2023-04-05|dead-url=no|access-date=14 Agustus 2019}}</ref><ref name=":4">Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref> Dalam [[Kidung Sunda]] pupuh 2 bait 85 dijelaskan bahwa mantri-mantri (menteri atau perwira) Gajah Mada mengenakan baju besi dalam bentuk zirah rantai atau [[plastron]] dengan hiasan emas dan mengenakan pakaian kuning,<ref name=":5" />{{Rp|103}} sedangkan dalam Kidung Sundayana pupuh 1 bait 95 disebutkan bahwa Gajah Mada mengenakan ''karambalangan'' berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref name=":1" /><ref name=":4" />
Majapahit juga mengawali penggunaan senjata api di Nusantara. Meskipun pengetahuan membuat senjata berbasis serbuk mesiu di Nusantara sudah dikenal setelah serangan Mongol ke Jawa, dan pendahulu senjata api, yaitu [[Meriam tangan|meriam galah/meriam tangan]] ([[bedil tombak]]), dicatat Ma Huan dalam [[Yingyai Shenglan]]-nya digunakan oleh orang Jawa pada tahun 1413,<ref name=":72" />{{Rp|245}}<ref>Mayers (1876). "[https://web.archive.org/web/20221207054447/https://hkjo.lib.hku.hk/archive/files/cada1c05f0deef101b0493372b268cfa.pdf Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century]". ''The China Review''. '''IV''': hlm. 178.</ref> pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh kemudian, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang [[Bangsa Arab|Arab]]. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.<ref name=":2">{{Cite book|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|last=Crawfurd|first=John|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Refpage|23}}
''Xingcha Shenglan'' (星槎勝覽) yang ditulis oleh [[Fei Xin]] sekitar tahun 1436 menyebutkan bahwa Jawa (Majapahit) dilengkapi dengan tentara berbaju zirah dan perlengkapan perang, dan merupakan pusat masyarakat timur.<ref>{{Cite book|last=Jiang|first=Sun|year=2018|url=https://books.google.co.id/books?id=a05sEAAAQBAJ&pg=PT38&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiqzKWXyqX-AhVd-jgGHfSdAZs4FBDoAXoECAkQAg#v=onepage&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&f=false|title=重审中国的“近代”:在思想与社会之间 (Reexamining China's "Modern Times": Between Thought and Society)|publisher=社会科学文献出版社 (Social Science Literature Publishing House)|quote=费信《星栏胜览》称爪哇"古名阁婆,地广人稠,实甲兵器械,乃为东洋诸蓄之冲要"。[16]严从简《殊域周咨录》则谓"其国地广人稠,甲兵火统为东洋诸善之雄"。[17]明末张堂《东西洋考》亦说下港(爪哇)"甲兵为诸番之雄"。[18]|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20230421053956/https://books.google.co.id/books?id=a05sEAAAQBAJ&pg=PT38&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiqzKWXyqX-AhVd-jgGHfSdAZs4FBDoAXoECAkQAg#v=onepage&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&f=false|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|last=Xin|first=Fei|year=1436|url=https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=436710|title=Xingcha Shenglan (星槎勝覽, The Overall Survey of the Star Raft)|pages=25-26|quote=25 爪哇國(自占城起程,順風二十晝夜可至其國)26 古名闍婆,地廣人稠,實甲兵器械,乃為東洋諸番之衝要。舊傳鬼子魔天,正於此地,與一罔象青面紅身赤髮相合。凡生子百餘,常食啖人血肉。佛書所云鬼國,其中只此地也。人被啖幾盡,忽一曰雷震石裂,中坐一人,眾稱異之,遂為國主,即領兵驅逐罔象,而不為害。後複生齒而安業,乃至今國之移文,後書一千三百七十六年。考之肇啟漢初,傳至我宣德七年。|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20230418023503/https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=436710|dead-url=no}}</ref> ''Haiguo Guangji'' (海国广记) dan ''Shuyu zhouzi lu'' (殊域周咨錄) mencatat bahwa Jawa sangat luas dan padat penduduknya, serta tentara berbaju zirah dan [[meriam tangan]] (火銃—huǒ chòng) milik mereka mendominasi lautan timur.<ref>{{Cite book|last=Hesheng|first=Zheng|last2=Yijun|first2=Zheng|year=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=ao8GAQAAIAAJ&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbkMiO1KX-AhXc7jgGHbmxCqo4MhDoAXoECAIQAg|title=郑和下西洋资料汇编 (A Compilation of Materials on Zheng He's Voyages to the West) Volume 2, Part 1|publisher=齐鲁书社 (Qilu Publishing House)|quote=《海国广记·爪哇制度》有文字,知星历。其国地广人稠,甲兵火铳为东洋诸番之雄。其俗尚气好斗,生子一岁,便以匕首佩之。刀极精巧,名日扒刺头,以金银象牙雕琢人鬼为靶。男子无老幼贫富皆佩,若有争置,即拔刀相刺,盖杀人当时拿获者抵死,逃三日而出,则不抵死矣。|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230420223508/https://books.google.co.id/books?id=ao8GAQAAIAAJ&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbkMiO1KX-AhXc7jgGHbmxCqo4MhDoAXoECAIQAg|dead-url=no}}</ref>{{Rp|755}}<ref>{{Cite book|last=Congjian|first=Yan|year=1583|url=https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=202042|title=殊域周咨錄 (Shuyu Zhouzilu) 第八卷真臘 (Volume 8 Chenla)|pages=111|quote=其國地廣人稠,甲兵火銃,為東洋諸番之雄。其俗尚氣好鬥。|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20230417194919/https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=202042|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|year=2019|url=https://books.google.com/books?id=BIG9DwAAQBAJ&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&pg=PT79|title=南海文明圖譜:復原南海的歷史基因◆繁體中文版 (Map of South China Sea Civilization: Restoring the Historical Gene of the South China Sea. Traditional Chinese Version)|publisher=Rúshì wénhuà|isbn=9789578784987|editor-last=Wenbin|editor-first=Yan|page=70|quote=《海國廣記》記載,爪哇「甲兵火銃為東洋諸蕃之冠」。|access-date=2023-04-20|archive-date=2023-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20230424161339/https://books.google.com/books?id=BIG9DwAAQBAJ&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&pg=PT79|dead-url=no}}</ref>
Catatan [[Tome Pires]] tahun 1513 menyebutkan pasukan tentara Gusti Pati (Patih Udara), wakil raja ''Batara Vojyaya'' (mungkin Brawijaya atau Ranawijaya), berjumlah 200.000 orang, 2.000 diantaranya adalah prajurit berkuda dan 4.000 adalah [[musketir]].<ref name=":3">{{Cite book|last=Cortesão|first=Armando|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136385-182|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume I|publisher=The Hakluyt Society|year=1944|isbn=9784000085052|location=London}} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|175-176}} Duarte Barbosa sekitar tahun 1514 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau [[rentaka]]), [[senapan lontak]] panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.<ref name=":0" />{{Rp|198}}<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q=java&f=false|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|last=Partington|first=J. R.|date=1999|publisher=JHU Press|isbn=978-0-8018-5954-0|language=en|access-date=2020-05-13|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135609/https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q&f=false#v=onepage&q=java&f=false|dead-url=no}}</ref>{{Rp|224}} Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.<ref name=":0">{{Cite book|last=Stanley|first=Henry Edward John|date=|year=1866|url=https://archive.org/details/descriptionofcoa00barbrich/page/n7/mode/2up|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century by Duarte Barbosa|location=|publisher=The Hakluyt Society|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|198}}<ref name=":14">{{Cite book|last=Jones|first=John Winter|year=1863|url=https://archive.org/details/travelsofludovic00vartrich/page/254/mode/2up?q=|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|location=|publisher=Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|254}}
{{multiple image
Baris 187 ⟶ 185:
}}
Kavaleri sejati pertama, unit terorganisir dari penunggang kuda yang kooperatif, mungkin telah muncul di Jawa selama abad ke-12 M.<ref>Wade, G., 2009, “The horse in Southeast Asia prior to 1500 CE: Some vignettes,” in: B. G. Fragner, R. Kauz, R. Ptak and A. Schottenhammer (eds), ''Pferde in Asien: Geschichte, Handel und Kultur/Horses in Asia: History, Trade and Culture''. Vienna, Verlag der Österreichischen Akademie der Wissenschaften: 161-177.</ref> Naskah Jawa kuno ''kakawin Bhomāntaka'' menyebutkan kisah kuda Jawa awal dan sejarah menunggang kuda.<ref>{{Cite book|last=Teeuw, A. and S. O. Robson|first=|title=Bhomāntaka. The Death of Bhoma|publisher=KITLV Press|year=2005|isbn=9789067182539|location=Leiden|pages=}}</ref>{{Rp|436}} Naskah tersebut mungkin mencerminkan konflik (secara alegoris) antara kavaleri Jawa yang baru jadi dan infanteri elit mapan yang membentuk inti dari pasukan Jawa sampai abad ke-12.<ref>{{Cite journal|last=Jákl|first=Jiří|title=The Whale in Old Javanese kakawin: timiṅgila, 'elephant fish', and lĕmbwara revisited|url=https://www.academia.edu/8448722/The_Whale_in_Old_Javanese_kakawin_timi%E1%B9%85gila_elephant_fish_and_l%C4%95mbwara_revisited|year=2014a|language=en|journal=Pandanus
Majapahit memiliki pasukan angkatan laut yang berbeda dengan satuan pasukan darat, yang disebut ''wwang jaladhi''. Pasukan laut mendapat perlakuan istimewa dalam hal fasilitas. Personel angkatan laut Majapahit berjumlah besar, sebagaimana dicatat Nagarakretagama pupuh 16 bait 5:{{sfn|Nugroho|2011|p=178-179}}<ref>{{Cite book|last=Muljana|first=Raden Benedictus Slamet|date=1979|url=https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&id=Vq8sAAAAMAAJ|title=Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya|publisher=Bhratara Karya Aksara|url-status=live|access-date=2022-10-17|archive-date=2023-04-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405121113/https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&id=Vq8sAAAAMAAJ|dead-url=no}}</ref>{{Rp|17, 148, 281}}{{sfn|Pigeaud|1960c|p=19}}
<blockquote>
{{lang|jv|irika tang anyabhumi sakhahemban ing Yawapuri,}} ({{lang|id|Kemudian ''Anyabhumi'' [tanah-tanah lain] di mana saja semuanya disatukan di kerajaan Jawa,}})
Baris 214 ⟶ 212:
}}
Untuk angkatan laut, armada Majapahit menggunakan [[Jong (kapal)|jong]] secara besar-besaran sebagai kekuatan lautnya. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah total jong yang dimiliki Majapahit, tetapi jumlah terbesar yang pernah digunakan dalam satu ekspedisi adalah berjumlah 400 buah, tepatnya saat Majapahit menyerang [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]].<ref name=":8">Nugroho (2011). h. 286, mengutip ''[[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]]''", 3: 98: "Sa-telah itu, maka di-suroh baginda musta'idkan segala kelengkapan dan segala alat senjata peperangan akan mendatangi negeri Pasai itu, sa-kira-kira empat ratus jong yang besar-besar dan lain daripada itu banyak lagi daripada malangbang dan kelulus.". Juga lihat Hill, A. H. (Juni 1960). "[[iarchive:hikayat-raja-raja-pasai/page/2/mode/2up|Hikayat Raja-Raja Pasai]]". ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society''. '''33''': h. 98 dan 157: ''Then he directed them to make ready all the equipment and munitions of war needed for an attack on the land of Pasai - about four hundred of the largest junks, and also many barges (malangbang) and galleys.''</ref> Setiap kapal berukuran panjang keseluruhan sekitar 28,99–88,56 meter, berat mati (''deadweight'') sekitar 100–2000 ton dan dapat membawa 50–1000 orang. Sebuah jong dari tahun 1420 hampir saja menyeberangi samudera Atlantik.<ref>Tulisan dari peta Fra Mauro, 10-A13, bahasa Italia aslinya: "Circa hi ani del Signor 1420 una naue ouer çoncho de india discorse per una trauersa per el mar de india a la uia de le isole de hi homeni e de le done de fuora dal cauo de diab e tra le isole uerde e le oscuritade a la uia de ponente e de garbin per 40 çornade, non trouando mai altro che aiere e aqua, e per suo arbitrio iscorse 2000 mia e declinata la fortuna i fece suo retorno in çorni 70 fina al sopradito cauo de diab. E acostandose la naue a le riue per suo bisogno, i marinari uedeno uno ouo de uno oselo nominato chrocho, el qual ouo era de la grandeça de una bota d'anfora." [https://web.archive.org/web/20010306061134/http://geoweb.venezia.sbn.it/geoweb/Hsl/FraMauro/FMnumerico.html]</ref> Jenis jong besar sembilan tingkat yang tercatat di ''Kidung Panji Wijayakrama-Rangga Lawe'' (sekitar 1334) disebut ''jong sasangawangunan'', ia membawa 1000 prajurit dengan layar merah.<ref name=":18">Berg, C.C. (1930). ''[https://archive.org/details/rangga-lawe/page/90/mode/2up?q= Rangga Lawe: Middeljavaansche Historische Roman: Critisch uitgegeven]''. Batavia: Kon. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (''Bibliotheca Javanica'', 1).</ref>{{rp|91}} Jong yang umum digunakan oleh Majapahit rata-ratanya dapat membawa 600–700 orang, berbobot mati 1200–1400 ton, dengan panjang keseluruhan sekitar 76,18–79,81 m.<ref>{{Cite journal|last=Averoes|first=Muhammad|date=2022|title=Re-Estimating the Size of Javanese Jong Ship|journal=HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah|volume=5|issue=1|pages=57-64|url=https://archive.org/details/size-of-javanese-jong}}</ref>{{Rp|60-62}} Sebelum [[tragedi Bubat]] tahun 1357, raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]] dan keluarganya datang di Majapahit setelah berlayar di laut Jawa dalam armada dengan 200 kapal besar dan 2000 kapal yang lebih kecil.<ref name=":5">Berg, C. C., 1927, [https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.530847/page/n11/mode/2up?q= Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen], ''BKI'' LXXXIII : 1-161.</ref>{{Rp|16-17, 76-77}} Kapal yang dinaiki keluarga kerajaan adalah sebuah jong hibrida Cina-Asia tenggara bertingkat sembilan (Bahasa Jawa kuno: ''Jong sasanga wangunan'' ''ring Tatarnagari tiniru''). Kapal hibrida ini mencampurkan teknik China dalam pembuatannya, yaitu menggunakan paku besi selain menggunakan pasak kayu dan juga pembuatan sekat kedap air (''watertight bulkhead''), dan penambahan kemudi sentral.<ref name=":32">Lombard, Denys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan bahasa Indonesia dari Lombard, Denys (1990). ''Le carrefour javanais. Essai d'histoire globale (The Javanese Crossroads: Towards a Global History) vol. 2''. Paris: Éditions de l'École des Hautes Études en Sciences Sociales.</ref>{{rp|270}}<ref name=":6">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=September 1980|title=The Southeast Asian Ship: An Historical Approach|url=|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=11|issue=2|pages=266–276|doi=10.1017/S002246340000446X|jstor=20070359|via=}}</ref>{{rp|272-276}} Jenis kapal lain yang digunakan Majapahit adalah [[malangbang]], [[kelulus]], [[jongkong]], [[cerucuh]], [[Tongkang (perahu layar)|tongkang]], dan [[pelang]].<ref name=":8" /><ref>Nugroho (2011). hlm. 271, 399–400, mengutip ''Sejarah Melayu'', 5.4: 47: "Maka betara Majapahitpun menitahkan hulubalangnya berlengkap perahu akan menyerang Singapura itu, seratus buah jung; lain dari itu beberapa melangbing dan kelulus, jongkong, cerucuh, tongkang, tiada terhisabkan lagi banyaknya."</ref><ref>Nugroho (2011). hlm. 271, 399–400, mengutip ''Sejarah Melayu'', 10.4: 77: "... maka bagindapun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jung, lain dari pada itu kelulus, pelang, jongkong, tiada terbilang lagi."</ref> Pada abad ke-16, [[Lancaran (kapal)|lancaran]] dan [[penjajap]] juga digunakan.<ref name=":3" />{{Rp|195}}<ref>{{Cite book|last=Cortesão|first=Armando|year=1944|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136388-15666|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume II|location=London|publisher=The Hakluyt Society|isbn=}} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|282}} Penggambaran angkatan laut Majapahit pada masa modern sering kali menggambarkan kapal-kapal bercadik, namun pada kenyataannya kapal ini berasal dari abad ke-8 yaitu [[kapal Borobudur]], yang digunakan [[Wangsa Sailendra|dinasti Sailendra]]. Penelitian oleh Irawan Djoko Nugroho menyimpulkan bahwa jenis kapal utama yang digunakan oleh Majapahit tidak menggunakan cadik, dan menggunakan ukiran [[Borobudur]] sebagai dasar rekonstruksi kapal Majapahit adalah sesat dan menyesatkan.{{sfn|Nugroho|2011|p=266-267}}<ref>{{Cite web|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=30 Juli 2018|title=Replika Kapal Majapahit, Replika Untuk Menghancurkan Sejarah Bangsa|url=https://www.nusantarareview.com/replika-kapal-majapahit-replika-untuk-menghancurkan-sejarah-bangsa.html|website=Nusantara Review|archive-url=https://web.archive.org/web/20200625070549/https://www.nusantarareview.com/replika-kapal-majapahit-replika-untuk-menghancurkan-sejarah-bangsa.html|archive-date=2020-06-25|access-date=14 Agustus 2020|url-status=live|dead-url=no}}</ref>
== Pelayaran ==
Selama era Majapahit penjelajahan orang-orang Nusantara mencapai prestasi terbesarnya. Ludovico di Varthema (1470–1517), dalam bukunya ''Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese'' menyatakan bahwa orang Jawa Selatan berlayar ke "negeri jauh di selatan" hingga mereka tiba di sebuah pulau di mana [[siang hari]]<nowiki/>nya hanya berlangsung selama empat jam dan "lebih dingin daripada di bagian dunia mana pun". Penelitian modern telah menentukan bahwa tempat tersebut terletak setidaknya 900 mil laut (1666 km) selatan dari titik paling selatan [[Tasmania]].<ref name=":7">{{Cite book|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|last=Jones|first=John Winter|publisher=Hakluyt Society|year=1863|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|248-251}}
Orang Jawa, seperti suku-suku [[Austronesia]] lainnya, menggunakan sistem navigasi yang mantap: Orientasi di laut dilakukan menggunakan berbagai tanda alam yang berbeda-beda, dan dengan memakai suatu teknik perbintangan sangat khas yang dinamakan ''star path navigation''. Pada dasarnya, para navigator menentukan haluan kapal ke pulau-pulau yang dikenali dengan menggunakan posisi terbitnya dan terbenamnya bintang-bintang tertentu di atas cakrawala.<ref>{{Citation|last=Liebner|first=Horst H.|title=Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim|pages=53–124|year=2005|editor-last=Edi|editor-first=Sedyawati|contribution=Perahu-Perahu Tradisional Nusantara: Suatu Tinjauan Perkapalan dan Pelayaran|contribution-url=https://www.academia.edu/7780936/Perahu-Perahu_Tradisional_Nusantara_Suatu_Tinjauan_Perkapalan_dan_Pelayaran_-_-_Ini_sudah_agak_outdated_ada_tulisan_barunya_Beberapa_Catatan_akan_Sejarah_Pembuatan_Perahu_dan_Pelayaran_Nusantara_|place=Jakarta|publisher=Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan; Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia|accessdate=2022-11-22|archive-date=2023-07-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230719152831/https://www.academia.edu/7780936/Perahu-Perahu_Tradisional_Nusantara_Suatu_Tinjauan_Perkapalan_dan_Pelayaran_-_-_Ini_sudah_agak_outdated_ada_tulisan_barunya_Beberapa_Catatan_akan_Sejarah_Pembuatan_Perahu_dan_Pelayaran_Nusantara_|dead-url=no}}</ref>{{Refpage|10}} Pada zaman Majapahit, [[kompas]] dan [[magnet]] telah digunakan, selain itu [[kartografi]] (ilmu pemetaan) telah berkembang. Pada tahun 1293 Raden Wijaya memberikan sebuah peta dan catatan sensus penduduk pada pasukan Mongol dinasti Yuan, menunjukkan bahwa pembuatan peta telah menjadi bagian formal dari urusan pemerintahan di Jawa.<ref>Suarez, Thomas (2012). ''Early Mapping of Southeast Asia: The Epic Story of Seafarers, Adventurers, and Cartographers Who First Mapped the Regions Between China and India''. Tuttle Publishing.</ref>{{rp|53}} Penggunaan peta yang penuh garis-garis memanjang dan melintang, garis rhumb, dan garis rute langsung yang dilalui kapal dicatat oleh orang Eropa, sampai-sampai orang Portugis menilai peta Jawa merupakan peta terbaik pada awal tahun 1500-an.<ref name=":7" />{{rp|249}}<ref name=":3" />{{rp|lxxix}}<ref name=":12" /><ref>{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/teknologi-era-majapahit.html|title=Teknologi Era Majapahit|date=2018-10-02|website=Nusantara Review|language=en-US|access-date=2020-06-11|archive-date=2022-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220924152206/https://www.nusantarareview.com/teknologi-era-majapahit.html|dead-url=no}}</ref>
Ketika [[Afonso de Albuquerque]] menaklukkan Malaka (1511), orang Portugis mendapatkan sebuah peta dari seorang mualim Jawa, yang juga menampilkan bagian dari [[benua Amerika]]. Mengenai peta itu, Albuquerque berkata:<ref name=":52">Carta IX, 1 April 1512. Dalam Pato, Raymundo Antonio de Bulhão (1884). ''[https://archive.org/details/cartasdeaffonso03albugoog/page/n98/mode/2up?q Cartas de Affonso de Albuquerque, Seguidas de Documentos que as Elucidam tomo I]'' (pp. 29–65). Lisboa: Typographia da Academia Real das Sciencas. hlm. 64.</ref><ref name=":12">{{Cite journal|last=Olshin|first=Benjamin B.|date=1996|title=A sixteenth century Portuguese report concerning an early Javanese world map|url=
== Kebudayaan ==
Baris 228 ⟶ 226:
</blockquote>
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret–April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar [[upeti]] atau [[pajak]]. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati [[otonomi]] luas.<ref name="Millet 107">{{cite book |last =Millet |first =Didier|title =Indonesian Heritage Series: Ancient History |publisher =Archipelago Press |date = August 2003 |location =Singapore 169641|pages =107 |url = |doi = |isbn = 981-3018-26-7 |editor= John Miksic }}</ref><ref name="Ritualnetwork">{{cite journal |last1=Hall |first1=Kenneth R.
Ibu kota Majapahit di [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]] adalah kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. [[Agama Buddha]], [[Siwa]], dan [[Waisnawa]] (pemuja [[Wisnu]]) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang [[Islam]], akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.{{sfn|Ricklefs|2008|p=37}} Makam Troloyo/Tralaya, sebuah kompleks pemakaman Islam ditemukan di daerah Trowulan, ibu kota kerajaan Majapahit. Para ahli berpendapat bahwa kuburan itu digunakan antara tahun 1368 dan 1611 M, yang berarti para pedagang Muslim telah tinggal di ibu kota sejak pertengahan abad ke-14 pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.<ref name="Adrisijanti">{{cite book|last=Adrisijanti|first=Inajati|year=2014|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/2054/1/Buku%20Majapahit2.pdf|title=Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-70-8|language=id|access-date=15 March 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20210313000000/http://repositori.kemdikbud.go.id/2054/1/Buku%20Majapahit2.pdf|archive-date=13 March 2021|url-status=live}} [[iarchive:majapahit-batas-kota-dan-jejak-kejayaan/mode/2up|Alt URL]]</ref>{{rp|185, 196}} Dua batu nisan Muslim di Troloyo berasal dari abad ke-14 (1368 M, 1376 M). Kedekatan situs dengan kraton berarti ada orang Muslim yang memiliki hubungan dekat dengan istana.<ref name=":20">{{Cite journal|last1=Manguin|first1=Pierre-Yves|last2=Nicholl|first2=Robert|date=1985|title=The Introduction of Islam into Champa|journal=Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society|volume=58|issue=1|pages=1–28}}</ref>
Baris 283 ⟶ 281:
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gouden reliëf met de voorstelling van Sutasoma gedragen door Kalmasapada TMnr 2960-319.jpg|thumb|left|upright|Patung emas dari zaman Majapahit melambangkan [[Sutasoma]] yang disandang oleh pemakan manusia [[Kalmashapada|Kalmasapada]]]]
Raja dan sebagian besar keluarga kerajaan menganut agama Hindu, dengan penekanan tertentu pada pemujaan terhadap dewa utama pilihan mereka, baik Siwa, Wisnu, Durga, atau dewa lainnya. Raja pertama Majapahit, Kertarajasa Jayawardhana secara anumerta digambarkan sebagai Harihara, dewa kombinasi Siwa dan Wisnu, di kuil kamar mayatnya di Candi Simping. Namun agama Buddha Mahayana juga disukai oleh keluarga kerajaan dan pejabat Majapahit. Misalnya saja ratu Majapahit Gayatri Rajapatni dan Gajah Mada yang dikenal beragama Buddha.<ref name="Kompas.com-Gajah Mada">{{Cite web |last=Utomo |first=Yunanto Wiji |date=2017-06-22 |title=Agama Gajah Mada dan Majapahit yang Sebenarnya Akhirnya Diungkap |url=https://sains.kompas.com/read/xml/2017/06/22/190852523/agama.gajah.mada.dan.majapahit.yang.sebenarnya.akhirnya.diungkap |access-date=2022-11-19 |website=KOMPAS.com |language=id |archive-date=2024-02-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135614/https://sains.kompas.com/read/2017/06/22/190852523/agama.gajah.mada.dan.majapahit.yang.sebenarnya.akhirnya.diungkap |dead-url=no }}</ref> Gayatri kemudian secara anumerta digambarkan sebagai [[Prajnaparamita]].
Namun agama negara kemungkinan adalah Buddha Siwa, sinkretisme Jawa antara Shaivisme dan Buddha, yang menekankan kesamaan antara Siwa dan Buddha yang keduanya digambarkan sebagai pertapa dan guru spiritual. Keadaan spiritual Majapahit, nampaknya mendorong keharmonisan antara penganut Siwa dan Buddha. Sebagaimana terlihat dalam naskah Sutasoma yang ditulis pada abad ke-14 oleh [[Mpu Tantular]] yang mengedepankan toleransi beragama antara Hindu dan Budha, khususnya mengedepankan doktrin sinkretis Siwa-Buddha.<ref name="Siva-Buddha"/>
Pada masa Majapahit, ajaran agama memegang peranan penting dalam masyarakat. Pendidikan agama dapat dilakukan secara perseorangan di rumah tangga bangsawan kshatriya dan elite agama brahmana, atau di pusat pengajaran agama yang menyerupai ashram atau pesantren yang disebut Mandala atau Kadewaguruan. Kadewaguruan biasanya terletak di daerah terpencil yang jauh dari pemukiman, misalnya di hutan yang sepi, di perbukitan, atau di daerah pegunungan. Kadewaguruan dipimpin oleh seorang mahāresi atau pendeta tinggi, yang juga dikenal sebagai śiddharesi atau dewaguru; maka pusat pendidikan tersebut dinamakan Kadewaguruan.<ref>{{Cite journal |last=Santiko |first=Hariani |title=Agama Dan Pendidikan Agama Pada Masa Majapahit |journal=
===Literatur===
Sastra Majapahit merupakan kelanjutan dari tradisi keilmuan Hindu-Buddha Kawi Jawa yang menghasilkan puisi kakawin yang berkembang di Jawa sejak abad ke-9 era Medang Mataram, hingga periode Kadiri dan Singhasari. Karya sastra Jawa terkenal yang berasal dari masa sebelumnya, seperti [[Arjunawiwaha]] karya Kanwa zaman Kadiri, [[Smaradahana]] karya Dharmaja abad ke-12, [[Bharatayuddha]] karya Sedah, [[Kakawin Hariwangsa|Hariwangsa]] karya Panuluh serta kitaran Panji yang populer terus dilestarikan dan ditulis ulang oleh Rakawi (penyair atau cendekiawan Hindu-Buddha) di Majapahit zaman. Karya sastra terkemuka yang dihasilkan pada masa Majapahit antara lain Nagarakretagama karya Prapanca, Sutasoma karya Tantular, dan [[Tantu Pagelaran]]. Kisah popule [[Sri Tanjung]] dan [[Damarwulan]] juga berasal dari zaman Majapahit. Kakawin Jawa Kuno ini ditulis dan digubah oleh Rakawi (penyair) untuk memuja raja para dewa yang inkarnasinya diwakili oleh raja.<ref name="Siva-Buddha">{{cite book | title = Worshiping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java | author1 = Ann R. Kinney | author2 = Marijke J. Klokke | author3 = Lydia Kieven | publisher = University of Hawaii Press | year = 2003 | isbn = 9780824827793 | url = https://books.google.com/books?id=sfa2FiIERLYC&q=Kakawin+Majapahit&pg=PA34 | access-date = 2023-09-30 | archive-date = 2024-02-20 | archive-url = https://web.archive.org/web/20240220135609/https://books.google.com/books?id=sfa2FiIERLYC&q=Kakawin+Majapahit&pg=PA34#v=snippet&q=Kakawin%20Majapahit&f=false | dead-url = no }}</ref>
Nagarakretagama yang disusun oleh Prapanca pada tahun 1365 merupakan sumber penting catatan sejarah utama historiografi Majapahit. Sedangkan Sutasoma merupakan karya sastra yang penting bagi kehidupan bangsa Indonesia modern, karena menjadi semboyan nasional ''[[Bhinneka Tunggal Ika]]'', yang biasa diterjemahkan Bhinneka Tunggal Ika, diambil dari pupuh naskah ini.<ref>{{cite book | title = Sutasoma: The Ancient Tale of a Buddha-Prince from 14th Century Java by the Poet Mpu Tantular | editor1 = Kate O'Brien | editor2 = Petrus Josephus Zoetmulder | publisher = Orchid Press | year = 2008 | isbn = 9789745241077 | url = https://books.google.com/books?id=u7ZJJwAACAAJ&q=sutasoma+bhinneka+tunggal+ika | access-date = 2023-09-30 | archive-date = 2024-02-20 | archive-url = https://web.archive.org/web/20240220135606/https://books.google.com/books?id=u7ZJJwAACAAJ&q=sutasoma+bhinneka+tunggal+ika | dead-url = no }}</ref>
Kutipan ini berasal dari Sutasoma pupuh 139 bait 5. Bait lengkapnya berbunyi sebagai berikut:
Baris 314 ⟶ 312:
}}
Dalam bukunya ''Yingya Shenglan'', Ma Huan juga menggambarkan kota-kota Majapahit: Sebagian besar tidak memiliki tembok yang mengelilingi kota atau pinggiran kota. Ia menggambarkan istana raja di Majapahit. Kediaman raja dikelilingi tembok bata merah tebal setinggi lebih dari tiga ''chang'' (sekitar 30 kaki 7 inci atau 9,32 meter), dengan panjang lebih dari 200 langkah (340 yard atau 310 meter) dan pada dindingnya terdapat dua lapis. dari gerbang, istana dijaga dengan sangat baik dan bersih. Istana raja berbentuk bangunan dua lantai, masing-masing setinggi 3 atau 4 ''chang'' (9,32–12,42 meter atau 30,58–40,75 kaki). Lantainya terbuat dari papan kayu dan tikar terbuka terbuat dari rotan atau alang-alang (mungkin daun palem), tempat orang duduk bersila. Atapnya terbuat dari atap kayu keras (bahasa Jawa: ''sirap'') yang dipasang genteng.<ref name=yingyai /> Gambaran istana ini sangat berbeda dengan gambaran Odoric dari Pordenone yang mengunjungi Majapahit pada abad sebelumnya, pada masa pemerintahan Jayanegara (1309–1328).<ref>{{Cite journal|last=Colless|first=Brian E.|date=September 1968|title=Giovanni de' Marignolli: An Italian Prelate at the Court of the South-East Asian Queen of Sheba|url=http://dx.doi.org/10.1017/s0217781100004737|journal=Journal of Southeast Asian History|volume=9|issue=2|pages=325–341|doi=10.1017/s0217781100004737|issn=0217-7811|access-date=2023-09-30|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135607/https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-southeast-asian-history/article/abs/giovanni-de-marignolli-an-italian-prelate-at-the-court-of-the-southeast-asian-queen-of-sheba/64DCF20550AF8090CB8840FDB963B74E|dead-url=no}}</ref>{{rp|332}} Perbedaan ini terjadi karena Ma Huan kemungkinan besar berada pada area khusus yang diperuntukkan bagi utusan, yang jaraknya masih 1,5 hari perjalanan dari istana Majapahit yang sebenarnya.<ref name="kampungmaja">{{Cite web |last=Nugroho |first=Irawan Djoko |date=16 Mei 2022 |title=Kampung Majapahit Salah Desain Salah Konsep |url=https://www.nusantarareview.com/kampung-majapahit-salah-desain-salah-konsep.html |access-date=30 September 2023 |website=Nusantara Review |archive-date=2023-04-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230401095736/https://www.nusantarareview.com/kampung-majapahit-salah-desain-salah-konsep.html |dead-url=no }}</ref>
Odoric menggambarkan istana ini secara lebih rinci: Istana Majapahit digambarkan lebih kaya dan lebih bagus daripada istana mana pun yang ada pada saat itu di dunia. Tangganya megah, lebar, dan tinggi; dimana anak tangganya terbuat bergantian dari emas dan perak. Jalan istana dibuat bergantian dengan satu ubin emas dan satu lagi dari perak, dan dinding bagian dalam seluruhnya dilapisi emas, dengan patung ksatria dari emas yang dihias dengan batu-batu berharga. Langit-langit istana Majapahit terbuat dari emas murni.<ref name=":19" />{{rp|87}}
Menurut Ma Huan, rumah-rumah rakyat jelata beratap jerami (daun nipah). Setiap keluarga mempunyai gudang penyimpanan yang terbuat dari batu bata, sekitar 3 atau 4 ''chi'' (48,9 inci atau 1,24 meter) di atas tanah, tempat mereka menyimpan harta keluarga, dan mereka tinggal di atas bangunan ini, untuk duduk dan tidur.<ref name="yingyai" /> Tidak semua rumah di Jawa terlihat seperti ini: Menurut buku ''[[Sejarah Dinasti Song]]'', rumah-rumah di Jawa besar dan indah — mereka dihiasi dengan emas dan batu [[giok]]. Kronik tersebut juga mencatat bahwa ketika para pedagang Tionghoa tiba di sana, mereka diterima sebagai tamu di sebuah bangunan umum.<ref name="notes on the malay archipelago" />{{rp|16}}<ref>{{Cite web |last=Yang |first=Shao-yun |date=15 Juni 2020 |title=A Chinese Gazetteer of Foreign Lands: A new translation of Part 1 of the Zhufan zhi 諸蕃志 (1225) |url=https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760 |access-date=19 Oktober 2023 |website=Storymaps |archive-date=2023-02-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230201192535/https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760 |dead-url=no }}</ref> Ini menunjukkan bahwa Ma Huan belum sampai di pusat ibukota Majapahit, dan hanya mengamati daerah pinggiran saja.{{sfn|Nugroho|2011|p=138}}<ref name="kampungmaja" />
{{multiple image|perrow = 2|total_width=410
Baris 348 ⟶ 346:
== Ekonomi ==
[[Berkas:Majapahit, Piggy Bank.jpg|jmpl|ka|[[Celengan]] zaman Majapahit, [[abad 14|abad 14–]][[abad 15|15]] [[Masehi]] [[Trowulan]], [[Jawa Timur]]. (Koleksi [[Museum Gajah]], [[Jakarta]])]]
Majapahit merupakan negara [[agraris]] dan sekaligus negara [[perdagangan]].<ref name=":11" />{{rp|37}} Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan [[Medang]] yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di [[Sidoarjo]]. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.<ref>{{Cite news |title = Uang Kuno Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit |url = https://nasional.kompas.com/read/2008/11/24/17571290/Uang.Kuno.Temuan.Rohimin.Peninggalan.Majapahit |month = November |year = 2008 |work = [[Kompas.com]] |access-date = 2023-04-22 |archive-date = 2023-04-27 |archive-url = https://web.archive.org/web/20230427164604/https://nasional.kompas.com/read/2008/11/24/17571290/Uang.Kuno.Temuan.Rohimin.Peninggalan.Majapahit |dead-url = no }}</ref> Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem [[mata uang]] Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.<ref name="Millet_107">{{cite book |last =Millet |first =Didier|title =Indonesian Heritage Series: Ancient History |publisher =Archipelago Press |date =Hardcover edition — August 2003 |location =Singapore 169641|pages =107 |url = |doi = |isbn = 981-3018-26-7 |editor= John Miksic }}</ref>
''[[Daoyi Zhilüe|Daoyi Zhi]]'', yang ditulis sekitar 1339 M, menyebutkan tentang kekayaan dan kemakmuran Jawa pada masa itu:<blockquote>"Ladang-ladang di Jawa kaya dan tanahnya rata dan berair baik, maka dari itu gandum dan beras berlimpah, dua kali lipat di negara lain. Orang-orang tidak mencuri, dan apa yang dijatuhkan di jalan tidak diambil. Pepatah umum: "Jawa yang makmur" berarti negara ini. Pria dan wanita menutup kepala mereka dan mengenakan pakaian panjang."<ref>{{Cite journal|last=Groeneveldt|first=Willem Pieter|date=1896|title=Supplementary Jottings to the "Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources" by W. P. Groeneveldt|url=https://archive.org/details/supplementary-jottings-malay-archipelago/mode/2up|journal=T'oung Pao|volume=7|pages=113–134|doi=10.1163/156853296X00131}}</ref>{{rp|124|}}
Baris 397 ⟶ 395:
=== Menurut kitab Negarakretagama ===
[[Berkas:Majapahit Empire id.svg|thumb|Peta yang menunjukkan wilayah kekuasaan Majapahit menurut [[Negarakertagama]]]]
Menurut ''[[Kakawin Nagarakretagama]]'' pupuh XIII–XV, [[Wilayah taklukan Majapahit|daerah kekuasaan Majapahit]] meliputi [[Sumatra]], [[semenanjung Malaya]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], kepulauan [[Nusa Tenggara]], [[Maluku]], [[Papua]], Tumasik ([[Singapura]]) dan sebagian kepulauan [[Filipina]].<ref name="SNI_4362"/> Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Baris 410 ⟶ 409:
|-
|Pasai
|Pasai /Aceh
|-
|Tembelan
|
|-
|Siontan
|Pulau
|-
|Jemaja
|
|-
|Bunguran
|
|-
|Serasan
|
|-
|Subi
Baris 431 ⟶ 430:
|-
|Pulau Laut
|Pulau Pangkor Laut ,Perak
|-
|Tioman
Baris 437 ⟶ 436:
|-
|Pulau Tinggi
|Pulau Tinggi
|-
|Pemanggil
|
|-
|Krimat
|P.Keremat sabah
|-
|Belitang
|Pulau Belitung,Kepri
|-
|Bangka
|Pulau Bangka, Kepri
|-
|Lingga
|
|-
|Riau
Baris 476 ⟶ 478:
|-
|Pasir
|Paser ,Penajam Kaltara
|-
|Kotai
|Kutai Kaltim
|-
|Berau
Baris 491 ⟶ 493:
|-
|Ujung Tanah
|
|-
|Banda
Baris 503 ⟶ 505:
|-
|Silamprang
|Pulau
|-
|Asiran
|
|-
|K.r.tok
|Kerato ,sumbawa,NTB
|-
|Bali
Baris 616 ⟶ 618:
=== Menurut prasasti Waringin Pitu ===
Sedangkan dalam [[Prasasti Waringin Pitu]] ([[1447]] M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar ''Bhre''.<ref>Nastiti, Titi Surti. ''Prasasti Majapahit'', dalam situs [
{{Col-begin|width=}}
{{Col-5}}
Baris 688 ⟶ 690:
|Keling
Banakeling
|Pandaya,India
|-
|Tartar
Baris 738 ⟶ 740:
|-
|Peleke
|Palaka Bone , Sulsel
|-
|Moloko
Baris 783 ⟶ 785:
== Hubungan diplomatik ==
Hubungan diplomatik dengan negara lain dijelaskan dari Kakawin [[Nagarakretagama]] [[pupuh]] 15, [[bait]] 1 sampai 3.<ref>{{cite web |title = Materials for the Medieval History of Indonesia |url = http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.13-16.html |access-date = 2019-02-15 |archive-date = 2023-06-21 |archive-url = https://web.archive.org/web/20230621060351/https://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.13-16.html |dead-url = no }}</ref> Lengkapnya ialah:
{|cellpadding=2 cellspacing=2
Baris 836 ⟶ 838:
|archivedate = 2012-04-20
|dead-url = yes
}}</ref> Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti [[Sriwijaya]] dan [[Kerajaan Khmer|Angkor]], serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; [[Ayutthaya]] dan [[Champa]].<ref>{{Cite web|title=Sejarah Kerajaan Majapahit: Asal-usul, Tokoh Penting, Kejayaan, Keruntuhan, hingga Peninggalan|url=https://daerah.sindonews.com/read/1202633/174/sejarah-kerajaan-majapahit-asal-usul-tokoh-penting-kejayaan-keruntuhan-hingga-peninggalan-1694830175|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2024-02-23}}</ref>
Wilayah mancanegara atau luar negeri disebut pada Nagarakretagama pupuh 15 bait 1. Wilayah-wilayah itu antara lain Syangka (Siam), Ayodyapura (Ayutthaya), Dharmmanagari ([[Ligor]]), Marutma ([[Martaban]] atau [[Mergui]]), Rajapura ([[Provinsi Ratchaburi|Rajpuri]] di selatan Siam), Singhanagari ([[Provinsi Sing Buri|Singhapuri]] di cabang sungai Menam), Campa, dan Kamboja.<ref name=":10">{{cite book|last=Pigeaud|first=Theodoor Gautier Thomas|year=1962|title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations|location=The Hague|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-94-017-7133-7|edition=3 (revisi)}}</ref>{{Rp|35-36}} Hubungan antara Majapahit dengan wilayah-wilayah ini disebut ''kachaya'', yang berarti "terkena cahaya". Ini diartikan sebagai dilindungi atau dinaungi. Istilah "wilayah dilindungi" dalam tatanegara modern disebut sebagai wilayah [[protektorat]].<ref name=":15">{{cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2009|title=Meluruskan Sejarah Majapahit|publisher=Ragam Media}}</ref>{{Rp|234-235}}
Baris 1.083 ⟶ 1.085:
||[[Babad Tanah Jawi]]
|}
Sumber<ref>{{cite book|last=Mulyana|first=Slamet|year=2006|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false|title=Tafsir sejarah nagarakretagama|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=978-979-2552-546|pages=173 - 209|language=Indonesia|ref=harvnb|url-status=live|access-date=2012-06-19|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220140059/https://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}</ref>
=== Daftar menteri dan staf ===
Baris 1.103 ⟶ 1.105:
|[[Negarakertagama]]
|}
Sumber<ref>{{cite book|last=Mulyana|first=Slamet|year=2006|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false|title=Tafsir sejarah nagarakretagama|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=978-979-2552-546|pages=173 - 209|language=Indonesia|ref=harvnb|url-status=live|access-date=2012-06-19|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220140059/https://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}</ref>
== Daftar istilah ==
Baris 1.144 ⟶ 1.146:
*[[Candi Dadi]]
*[[Candi Dermo]]
*[[Candi Deres]]
*[[Candi Gambar Wetan]]
*[[Candi Geneng]]
Baris 1.155 ⟶ 1.158:
*[[Candi Kesiman Tengah]]
*[[Candi Kotes]]
*[[Candi Kunir]]
*[[Candi Meja|Candi Meja Boyolangu]]
*[[Candi Minak Jinggo]]
*[[Candi Mirigambar]]
*[[Candi Ngetos]]
*[[Candi Pamotan]]
*[[Candi Pari]]
*[[Candi Pasetran]]
Baris 1.174 ⟶ 1.179:
*[[Candi Tawangalun]]
*[[Candi Tegowangi]]
*[[Candi Tepas]]
*[[Candi Tikus]]
*[[Candi Wonorejo Madiun]]
Baris 1.190 ⟶ 1.196:
*[[Kitab Pararaton]]
*[[Kitab Usana Jawa]]
Beberapa ukiran relief candi dari masa Majapahit juga banyak mengabadikan fragmen cerita-cerita,<ref name="Munandar">Munandar AA. 2004. [https://web.archive.org/web/20230405135913/https://www.academia.edu/9482026/KARYA_SASTRA_JAWA_KUNO_YANG_DIABADIKAN_PADA_RELIEF_CANDI-CANDI_ABAD_KE-13_15_M KARYA SASTRA JAWA KUNO YANG DIABADIKAN PADA RELIEF CANDI-CANDI ABAD KE-13—15 M]. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 2, AGUSTUS 2004: 54-60.</ref> seperti:
*[[Bubuksah dan Gagangaking|Bhubuksah dan Gagangaking]]
*[[Garudayana|Garudeya]]
Baris 1.203 ⟶ 1.209:
*[[Gapura Wringin Lawang]]
*[[Pura Maospahit]]
*[[Situs Banjarsari]]
*[[Situs Trowulan]]
*[[Situs Kumitir]]
Baris 1.213 ⟶ 1.220:
*[[Situs Yoni Lebak Jabung]]
*[[Situs Panji Gambyok]]
*[[Situs Goa Suci Palang]]
|
*[[Prasasti Kudadu]], (1294 M)
Baris 1.221 ⟶ 1.229:
*[[Prasasti Prapancasarapura]], (1320 M)
*[[Prasasti Tuhanaru]], (1323 M)
*[[Prasasti Geneng|Prasasti Geneng II]], (1329 M)
*[[Prasasti Genjen]], (1347 M)
*[[Prasasti Ampeldento]], (1349 M)
Baris 1.231 ⟶ 1.239:
*[[Prasasti Kancana]], ([[tinulad]]) (860 M), dan (1367 M)
*[[Prasasti Gosari]], (1376 M)
*[[Prasasti Walandit]], (1381 M)
*[[Prasasti Karang Bogem]], (1387 M)
*[[Prasasti Katiden]], (1392 M)
*[[Prasasti Muhara Sunge Duren]], (1395 M), [[Merapi Barat, Lahat]], [[Sumatera Selatan]]
*[[Prasasti Damalung]], (1449 M)
*[[Prasasti Condrogeni I]], (1454 M)
*[[Prasasti Renek]], (1457 M)
Baris 1.241 ⟶ 1.252:
*[[Prasasti Rajasanagara]]
*[[Prasasti Batur]]
*[[Prasasti Sekar]]
*[[Prasasti Pamintihan]]
*[[Prasasti Satyapura]]
*[[Prasasti Marinci]]
*[[Prasasti Waharu]] ([[tinulad]])
*[[Prasasti Sumbut]] ([[tinulad]])
*[[Prasasti Wangwang Bangen]] ([[tinulad]])
|}
Baris 1.249 ⟶ 1.267:
Kesultanan-kesultanan Islam [[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui [[Brawijaya|Kertabhumi]]; pendirinya, [[Raden Patah]], menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang ''Putri Cina'', yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh [[Sultan Agung]] sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibu kota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit—sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan ''bukti'' penting—dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.<ref name="Schoppert1997"/>
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat [[Kebangkitan nasional|Gerakan Kebangkitan Nasional]] di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]], sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.<ref name=":11" />{{rp|37}} Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, [[Partai Komunis Indonesia]] menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.<ref>Ricklefs, hal. 363</ref> Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan [[Orde Baru]] menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.<ref>{{cite book |last = Friend |first = Theodore |authorlink = |coauthors = |title = Indonesian Destinies |year = 2003 |publisher = Belknap Press, Harvard University Press |location = Cambridge, Massachusetts and London |pages = p.19 |url =https://archive.org/details/indonesiandestin00theo|doi = |id = ISBN 0-674-01137-6 }}</ref> Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.<ref>{{Cite web|url=https://belajarsam.com/kerajaan-majapahit/|title=Kerajaan Majapahit|website=Sejarah Kerajaan|access-date=8 August 2021|archive-date=2023-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230410072529/https://belajarsam.com/kerajaan-majapahit/|dead-url=no}}</ref>
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia [[Bendera Merah Putih|"Sang Merah Putih"]] atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang [[TNI Angkatan Laut]] berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "''[[Bhinneka Tunggal Ika]]''", dikutip dari ''"Kakawin Sutasoma"'' yang ditulis oleh [[Mpu Tantular]], seorang pujangga Majapahit.
Baris 1.305 ⟶ 1.323:
== Daftar pustaka ==
* {{Cite book |last=Hall |first=D.G.E. |title=A History of South-East Asia |publisher=The Macmillan Press Ltd |year=1981 |isbn=978-1-349-16521-6 |edition=4th |location=London |ref=harv}}
* {{cite book
* {{Cite book |last=Muljana |first=Raden Benedictus Slamet |title=Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit |url=https://archive.org/details/menuju-puncak-kemegahan |year=2005 |editor-last1=Al-Fayyadl |editor-first1=Muhammad |location=Yogyakarta |publisher=LKiS Pelangi Aksara |ref=harv}}
* {{cite book |last=Mulyana |first=Slamet |title=Tafsir sejarah nagarakretagama |publisher=PT LKiS Pelangi Aksara |language=Indonesia|year=2006 |pages=122|ref=harvnb|isbn=978-979-2552-546|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false |ref=harv}}
|