Sepatnunggal, Majenang, Cilacap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Saya menembahkan beberapa keterangan pada singkatan yang belum terdapat penjelasan |
||
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 16:
|kepadatan =1200/km2
}}
'''Sepatnunggal''' adalah
== Keadaan geografis ==
Sepatnunggal adalah daerah [[pegunungan]] yang terdiri dari perbukitan kecil (dengan kemiringan landai sampai terjal) yang membujur dari Utara ke Selatan yang merupakan lereng dari pegunungan Kendeng. Berada pada ketinggin kira-kira 100–500 m di atas permukaan laut. Di Kanan dan Kiri bukit memancar beberapa mata air yang jernih. Tanahnya subur dan hampir 100% merupakan tanah pertanian rakyat.
Ada Bukit yang sangat indah yang bentuknya menyerupai punden berundak, namanya "Pasir Ekek" (dalam Bahasa Indonsia = "Bukit Betet")--tidak diketahui asal usul penamaannya. Letaknya persis di tengah-tengah desa, bentuknya seperti punggung kuda, diapit dua Sungai / Kali. Bila—dari sini—memandang ke arah Utara tampak Gugusan Pegunungan Kendeng; ke arah Barat tampak atas Puncak Gunung Padang (sebagian menyebutnya "Gunung Cendana") yang kadang berkabut dan ditutupi awan dan tampak bawah daerah aliran sungai (das) Cijalu yang lebar meliuk-liuk dari Utara ke Selatan (sungguh menakjubkan); ke arah Timur tampat tersusun rapi barisan bukit-bukit yang dikahiri dengan Puncak [[Gunung Slamet]]; ke arah Selatan dihiasi hamparan sawah dan dataran rendah. Di Puncak Bukit ini sangat strategis bila dibangun menara "BTS" Base Transceiver Station untuk layanan telekomunikasi wireless.
Di bagian Selatan ada lembah subur dan indah yang landai luasnya kurang lebih 20 ha yang berupa persawahan dan perkampungan, sebelah Baratnya dilalui sungai Cijalu yang berarus deras (bermata air di Gunung Padontelu / Pojok Tiga), yang airnya digunakan untuk irgasi. Dari persawahan di lembah inilah sebagian besar penduduk desa memanen padi. Dicurigai lembah ini sebagai "Lokasi Yang Dilindungi" (oleh Mahluk Ghaib / Jin) dengan pusatnya di "Kampung Larangan", "Kampung Dana Warih" dan Kampung Wangen" yang disangga oleh kampung-kampung lain yaiut
Sepatnunggal merupakan jalur strategis karena dilalui jalan utama yang menghubungkan beberapa desa di atasnya (Sadahayu, Sadabumi, Pangadegan dan Cibeunying). Banyak mata air sehingga hampir sepanjang tahun tahun tidak kekurangan air bersih.
Baris 29:
== Penduduk ==
Penduduk asli desa Sepatnunggal adalah keturunan [[Suku Sunda|Sunda]] / berbicara [[Bahasa
Bahasa sehari-hari (Bahasa Ibu) mereka adalah Bahasa Sunda dengan logat agak kasar dan banyak
Sampai dengan tahun 1970-an masyarakat wilayah ini bisa dibilang sangat terisolasi karena akses menunju ke kota kecamatan (Majenang) sangat sulit (jalan tanah sempit, terjal dan licin bila hujan) yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki hampir selama 3,5 jam. Baru pada tahun 1980-an jalan yang menghubungkan desa Sepatnunggal dengan Kec. Majenang dilebar dan diaspal.
Baris 41:
Walaupun hampir semuanya mengaku muslim tetapi dalam ritual keagamaan dan adat, masyarakat masih banyak dipengaruhi oleh Budaya Hindu, seperti membuat sesaji dan masih kuatnya paham animistis dan dinamistis. Adalah biasa bagi sebagian mereka bila ziarah kubur melakukan pembakaran kemenyan, membawa sesaji dan menyampaikan suatu permintaan kepada "Ahli Kubur" layaknya minta kepada Tuhan. Dalam peristiwa adat pelaksanaannya masih dipimpin oleh "Kokolot" (Pemangku Adat). Dan untuk Lokasi tertentu yang dikeramatkan selalu ada "Juru Kunci"-nya.
Sebagian besar anak muda sudah mulai meninggalkan upacara-upacara adat, dan
Ada beberapa musholla (disebutnya "Langgar") tetapi sedikit jama'ahnya untuk berjama'ah "salat lima waktu" dan sampai tahun 1980-an hampir semua penduduk tidak melakukan Rukun Islam, kecuali membaca "Syahadat" (atas tuntunan penghulu nikah) saat akan akan melakukan pernikahan. Setelah tahun 1980an ada da'wah yang dilakukan oleh penduduk asli (yang telah belajar di pesantren) dan ada pula yang dilakukan oleh para pendatang (biasanya guru agama Islam di sekolah dasar), dan sejak itu
== Perekonomoian ==
Baris 52:
== Pendidikan ==
Di antara desa-desa yang berada di pegunungan, desa Sepatnunggal dalam bidang pendidikan adalah yang paling maju. Anak Usia Sekolah desa ini paling banyak melanjutkan ke pendidikan tingkat lanjutan / menengah di banding desa sekitarnya. Desa ini memiliki 2 (dua) sekolah Dasar Negeri, 1 (satu) SMP Negeri 4 Majenang (Letaknya persis bersebelahan dengan kantor kepaladesa Sepatnunggal), sedangkan untuk melanjutkan sekolah ke SMA harus di kota Majenang, atau biasa juga ke kota lain seperti, Banjar, Tasikmalaya, [[Kota Bandung|Bandung]], [[Purwokerto (kota)|Purwokerto]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]], atau bahkan ke [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] dan [[Kota Semarang|Semarang]]. Dari desa ini (sejak tahun 1980an) sudah ada yang meneruskan pendidikan di perguruan tinggi, bahkan ada yang sampai jenjang S2 dan sejak tahun 2000-an sudah ada yang menyelesaikan pendidikan S3 di Jepang.
== Tokoh-tokoh Desa ==
Yang dimaksud "tokoh desa" di sini adalah warga desa Sepatnunggal yang berpengaruh terhadap masyarakat desanya (tidak termasuk mereka yang berpengaruh di luar desa Sepatnunggal, walau mereka berasal dari Sepatnunggal). Dalam hal apa berpengaruhnya, tentunya setiap tokoh berpengaruh dalam hal yang bereda-beda. Bisa disebutkan antara lain
# Kepala Desa, namun di sini hanya dari genera terakhir. Mereka itu antara lain
# Tokoh bidang pendidikan
# Tokoh bidang
# Tokoh bidang beladiri
# Tokoh bidang pertanian/peternakan
# Tokoh bidang perdagangan
{{Majenang, Cilacap}}
{{Authority control}}
|