Tanpa atma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Belenggu: move table
Faredoka (bicara | kontrib)
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 42:
 
==== ''Saṅkhāra'' vs ''dhamma'' ====
[[Ashin Kheminda]] menyatakan bahwa [[Buddhisme]] menolak eksistensi diri atau roh kekal dan menekankan bahwa makhluk-makhluk hanya terdiri atas gugusan-gugusan ([[Khandha|''khandha'']]) yang tidak dapat diidentifikasi sebagai diri atau roh kekal.<ref>{{Cite web|last=Dhammavihari|title=Ceramah berseri: Anattalakkhaṇa Sutta|url=https://www.dhammavihari.or.id/news/post/ceramah-berseri-anattalakkha-sutta|website=Dhammavihārī Buddhist Studies|language=id|access-date=2024-08-20}}</ref> Tradisi [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] menjelaskan ''[[saṅkhāra]]'', ''[[dhamma]],'' dan hubungannya dengan gugusan atau agregat (''khandha'') dalam skema:<ref>{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2017-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=vJEUEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 1 Kesadaran|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-6-7|pages=158|language=id|url-status=live}}</ref>{{Tabel hubungan agregat}}Seluruh [[Agregat (Buddhisme)|gugusan]] (''khandha'') termasuk dalam kategorisasi ''saṅkhāra'', sedangkan [[Nirwana]] tidak termasuk. Kategorisasi yang mencakup ''saṅkhāra'' dan ''asaṅkhāra'' (bukan ''saṅkhāra'', seperti Nirwana) disebut sebagai ''dhamma''.
 
=== Pandangan dan belenggu ===
Baris 58:
 
==== Belenggu ====
{{TahapanBelengguKelahiran|notes=1}}
Belenggu ([[Bahasa Pali|Pali]]: ''[[saṁyojana]]'', ''saññojana'') mengikat mahkluk hidup pada [[Samsara (Buddhisme)|samsara]], yaitu lingkaran [[punarbawa]] yang disertai [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]]. Dengan meyingkirkan seluruh belenggu secara bertahap, seseorang mencapai [[Nirvana|Nirwana]] melalui [[empat tingkat kemuliaan]]. Sebagaimana ditampilkan pada tabel, di dalam [[Sutta Piṭaka]], lima belenggu pertama dirujuk sebagai "belenggu-belenggu rendah" (''orambhāgiyāni saṃyojanāni'') dan disingkirkan segera setelah seseorang mencapai tingkat [[Sotapana|''sotāpanna'']]; dan lima belenggu terakhir dirujuk sebagai "belenggu-belenggu tinggi" (''uddhambhāgiyāni saṃyojanāni''), disingkirkan oleh seorang [[arahat]].<ref>Untuk referensi ''sutta''-tunggal, baik untuk "belenggu-belenggu tinggi" maupun "belenggu-belenggu rendah," lihat, [[Digha Nikaya|DN]] 33 (bagian kelima) dan [[Anguttara Nikaya|AN]] 1.13. Dalam hal lainnya, sebuah sutta mengenai belenggu-belenggu rendah diikuti dengan sebuah sutta mengenai belenggu-belenggu tinggi, seperti dalam: [[Samyutta Nikaya|SN]] 45.179 and 45.180; SN 46.129 and 46.130; SN 46.183 dan 46.184; SN 47.103 dan 47.104; SN 48.123 dan 48.124; SN 49.53 dan 49.54; SN 50.53 dan 50.54; SN 51.85 dan 51.86; SN 53.53 dan 53.54; dan, AN 9.67 dan 9.70. Sebagai tambahana, lima 'belenggu rendah' sendiri (tanpa rujukan terhadap 'belenggu-belenggu tinggi') didiskusikan, contoh, dalam [[Majjhima Nikaya|MN]] 64.</ref>{{TahapanBelengguKelahiran|notes=1}}Tanpa-atma terkait erat dengan belenggu pertama, yaitu pandangan identitas diri atau roh (''sakkāyadiṭṭhi'').<ref name=":1">[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), hlm. 660-1, "Sakkāya" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707211711/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali|date=2012-07-07}} (Diakses 2008-04-09). Lihat pula, ''[[anatta]]''.</ref> Dalam Sabbasava Sutta ([[Majjhima Nikaya|MN]] 2), Buddha juga menjelaskan "belenggu atas pandangan":
 
Tanpa-atma terkait erat dengan belenggu pertama, yaitu pandangan identitas diri atau roh (''sakkāyadiṭṭhi'').<ref name=":1">[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), hlm. 660-1, "Sakkāya" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707211711/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali|date=2012-07-07}} (Diakses 2008-04-09). Lihat pula, ''[[anatta]]''.</ref> Dalam Sabbasava Sutta ([[Majjhima Nikaya|MN]] 2), Buddha juga menjelaskan "belenggu atas pandangan":
 
: "Ini adalah bagaimana ia memperhatikan dengan tidak bijaksana: