Dharmawangsa Teguh Anantawikrama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Ariandi Lie memindahkan halaman Dharmawangsa Teguh ke Dharmawangsa Teguh Anantawikrama
 
(27 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|name = Dharmawangsa Teguh
|title = Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa
|succession = Raja Medang ke-20 (Terakhir)
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
|predecessor = [[Makutawangsawardhana]]
Baris 9:
|issue = *Putri Galuh Sekar, istri [[Airlangga]]
*Istri [[Sri Jayabhupati]]
|reign = 991 - 10071016
|birth_name = Wijayamretawardhana
|religion = [[Hindu]]
|regnal name = Śrī Mahārāja Īśāna Dharmmawaṅsa Teguh Anantawikramotunggadewa
}}
 
'''Dharmawangsa Teguh''' disebut juga dengan '''Dharmawangsa''' adalah raja terakhir [[Kerajaan Medang]] ''periodePeriode Jawa Timur'' dengan bergelar nama ''abhiseka'' '''Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa'''. yangPada saat masa pemerintahannya Dharmawangsa mengadakan serangan ke [[Sriwijaya]]. Ia memerintah [[Medang]] pada tahun [[991]]-[[10071016]].
 
== Sejarah ==
[[Prasasti Pucangan]] yang dikeluarkan tahun [[1041]] dikeluarkan oleh raja bernama [[Airlangga]] yangmenyebutkan menyebutbahwa dirinya sebagaimerupakan anggota keluarga dari '''Dharmawangsa Teguh'''. Disebutkan pula bahwa Airlangga adalah putra pasangan [[Mahendradatta]] dengan [[Udayana]] raja [[Bali]]. Adapundari [[wangsa Warmadewa]] adapun Mahendradatta adalah putri [[Makuthawangsawardhana]] dari [[wangsa Isyana]]. Airlangga sendiri kemudian turut menjadi menantu Dharmawangsa Teguhsetelah menikah dengan putrinya. '''Dharmawangsa Teguh''' juga memiliki putri lain yang diperistri oleh [[Sri Jayabhupati]] dari [[Kerajaan Sunda]].
 
Pada umumnya para sejarawan sepakat menyebut Dharmawangsa Teguh sebagai putra [[Makuthawangsawardhana]]. Teori ini diperkuat oleh [[Prasasti Sirah Keting]] yang menyebut Dharmawangsa sebagai anggota [[Wangsa Isyana]].
 
JadiKesimpulannya kesimpulannya,adalah [[Makuthawangsawardhana]] memiliki dua orang anak, yaitu Mahendradatta dan Dharmawangsa.
*[[Mahendradatta]] menjadi permaisuri raja [[Udayana]] di [[Bali]] dan melahirkan:
**[[Airlangga]].
*Sementara itu, Dharmawangsa menggantikan [[Makuthawangsawardhana]] sebagai raja [[Kerajaan Medang]]. Dharmawangsa mempunyai dua putri, yaitu:
**Istri [[Airlangga]]. Airlangga diambil sebagai menantu Dharmawangsa untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Airlangga menjadi raja [[Kahuripan|Medang-Kahuripan]], yang berkuasa tahun 10061019-1042.
**Istri [[Sri Jayabhupati]]. raja [[kerajaan sunda]] ke-20, yang berkuasa tahun 1030-1042 M.
 
Selain [[Prasasti Pucangan]] dan [[Prasasti Sirah Keting]], nama Dharmawangsa juga ditemukan dalam naskah [[Mahabharata]] [[bahasa Jawa Kuno]], pada bagian Wirataparwa, yang ditulis pada tanggal 14 Oktober [[996]].
 
[[Prasasti Sirah Keting]] juga menyebutkan nama asli Dharmawangsa yaitu ''Wijayamreta Wardhana''.
 
Selain [[Prasasti Pucangan]] dan [[Prasasti Sirah Keting]], nama Dharmawangsa juga ditemukan dalam naskah [[Mahabharata]] [[bahasa Jawa Kuno]], pada bagian Wirataparwa, yang ditulis pada tanggal 14 Oktober 996. Juga [[Prasasti Kawambang Kulwan]] tahun 992. Prasasti ini diterjemahkan oleh [[J.L.A. Brandes]], walaupun hanya 12 baris bagian awal pada sisi depan, yang diduga dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang. Yang isinya merupakan penetapan wilayah [[sima]] di desa Kawambang Kulwan (kulon) yang berupa ''sima swatantra'' dari ''Sri Maharaja'' yang diteruskan oleh ''Pu Dharmmasanggramawikranta'' dan diterima oleh ''[[Samgat]] Kanuruhan Pu Burung'' tentang pendirian bangunan suci untuk dewa [[Siwa]] dan adanya ajaran ''kitab Siwasasana''.
 
== Menyerang Sriwijaya ==
Baris 43 ⟶ 45:
 
== Keruntuhan Medang ==
Prasasti Pucangan mengisahkan kehancuran [[Kerajaan Medang]] yang dikenal dengan sebutan ''Mahapralaya'' atau '''kematianKematian besarBesar'''.
 
DikisahkanDiceritakan '''Dharmawangsa Teguh''' menikahkan putrinya dengan seorang pangeran berdarah [[Jawa]]-[[Bali]] yang baru berusia 16 tahun, bernama [[Airlangga]]. Di tengah keramaian tersebut, sertabeserta keluarga raja yang tenggelam dalam kemewahan pesta tersebut, tiba-tiba istana diserang pasukan A'''Hajiji Wurawari''' dari '''[[Ngloram, Cepu, Blora|Lwaram]]''' seorang vasal kerajaan Medang yang mendapat dukungan dari [[wangsa Syailendra]] yang berbasis di [[Sriwijaya]] untuk memberontak. Serangan bagai air bah yang mematikan tersebut benar-benar menenggelamkan [[Medang]] dalam kehancuran, mengakibatkan istana Dharmawangsa yang terletak di kota '''Wwatan''' hangus terbakar. '''Dharmawangsa Teguh''' sendiri dan seluruh kerabat raja tewas dalam serangan tersebut, sedangkan [[Airlangga]] yang merupakan menantu sekaligus keponakannya beserta putri Dharmawangsa lolos dari maut. Tiga tahun kemudian Airlangga membangun sebuah istana baru di '''Watan Mas''' dan mendirikan kerajaan baru, [[Kahuripan]],dengan sebagaiditemani penerus takhta mertuanya. Keturunan Dharmawangsa yang lain, menurut [[Prasasti Sirah Keting]],Patihnya yaitu [[Sri Jayawarsa]] disebut jugaMahapatih [[SriMpu Digjaya ResiNarotama]],. membangun kembali ibukota Wwatan dan menjadi penguasanya dengan gelar '''Sri Jayawarsa Digjaya Sasastraprabhu''', diperkuat juga dengan [[Prasasti Mruwak]] (1186) dan [[Prasasti Pamotoh]] II (1198).
 
kematian dari raja Dharmawangsa serta hancurnya ibukota '''[[Simbatan, Nguntoronadi, Magetan|Wwatan]]''' di bawah tekanan pemberontak Lwaram mengakhiri kerajaan [[Medang]] dan membuatnya jatuh dalam situasi kekacauan karena tidak adanya seorang penguasa tertinggi, para panglima perang di setiap provinsi, daerah dan pemukiman di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] memberontak, dan melepaskan diri dari pemerintahan pusat Medang untuk membentuk daerah otonom atau pemerintahannya sendiri, selanjutnya perampokan merajalela, kerusuhan, kekerasan dan kejahatan lebih lanjut terjadi beberapa tahun setelah kejatuhan Medang hingga merusak situasi negara.
Dari prasasti Pucangan diketahui adanya perpindahan ibu kota kerajaan. Prasasti Turyyan menyebut ibu kota Kerajaan Medang terletak di '''Tamwlang''', dan kemudian pindah ke '''Watugaluh''' menurut prasasti Anjukladang. Kedua kota tersebut terletak di daerah [[Jombang]] sekarang. Sementara itu kota '''Wwatan''' diperkirakan terletak di daerah [[Madiun]], [[Magetan]] sedangkan '''Watan Mas''' terletak di dekat sekitar [[Gunung Penanggungan]].
 
Tiga tahun kemudian [[Airlangga]] tampil dengan dukungan dari para pendeta dan permintaan rakyat [[Medang]] dirinya membangun sebuah istana baru di '''[[Wotanmas Jedong, Ngoro, Mojokerto|Watan Mas]]''' serta mendirikan kerajaan baru, [[Kahuripan]], sebagai penerus takhta mertuanya. Keturunan Dharmawangsa yang lain, menurut [[Prasasti Sirah Keting]], yaitu [[Sri Jayawarsa]] disebut juga [[Sri Digjaya Resi]], membangun kembali ibukota '''Wwatan''' dan menjadi penguasanya dengan gelar '''Sri Jayawarsa Digjaya Sasastraprabhu''', diperkuat juga dengan [[Prasasti Mruwak]] (1186) dan [[Prasasti Pamotoh]] II (1198). Dari [[Prasasti Pucangan]] diketahui adanya perpindahan ibu kota kerajaan. Prasasti Turyyan menyebut ibu kota Kerajaan Medang terletak di '''[[Tembelang, Jombang|Tamwlang]]''', dan kemudian pindah ke '''[[Watugaluh, Diwek, Jombang|Watugaluh]]''' menurut prasasti Anjukladang. Kedua kota tersebut terletak di Desa tembelang daerah [[Jombang]] sekarang. Sementara itu kota Wwatan diperkirakan terletak di daerah Simbatan Nguntoronadi perbatasan [[Madiun]] - [[Magetan]] ,sedangkan Watan Mas terletak di Desa Wotan Mas ,Kecamatan Ngoro dekat sekitar [[Gunung Penanggungan]].
Mengenai alasan '''Raja Wurawari''' membunuh Dharmawangsa Teguh terjadi beberapa penafsiran. Ada yang berpendapat bahwa Wurawari sakit hati karena lamarannya terhadap putri Dharmawangsa ditolak. Ada pula yang berpendapat bahwa Wurawari merupakan bawahan yang ambisius yang hendak mengambil alih kekuasaan Dharmawangsa.
 
Mengenai alasan '''Raja Wurawari''' membunuh Dharmawangsa Teguh terjadi beberapa penafsiran. Ada yang berpendapat bahwa Wurawari sakit hati karena lamarannya terhadap putri Dharmawangsa ditolak. Ada pula yang berpendapat bahwa Wurawari merupakan bawahan yang ambisius yang hendak mengambil alih kekuasaan Dharmawangsa. Prasasti Pucangan yang saat ini berada di museum [[Kolkata]], [[India]] melahirkan dua versi terhadap tahun berdirinya istana '''Watan Mas'''. Golongan pertama membaca angka tahun berupa kalimat ''Suryasengkala'' yaitu ''Locana agni vadane'' sedangkan golongan kedua membacanya ''Sasalancana abdi vadane''. Dengan demikian, versi pertama menyebut kehancuran istana '''Wwatan''' atau kematian raja Dharmawangsa Teguh terjadi pada tahun [[1007]], sedangkan versi kedua menyebut peristiwa Mahapralaya tersebut terjadi pada tahun [[1016]].
 
== Catatan ==
Baris 62 ⟶ 64:
 
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Medang|tahun=991–1007991–1016|pendahulu=[[Makuthawangsawardhana]]|pengganti=[[Airlangga]]}}
{{kotak selesai}}
 
Baris 70 ⟶ 72:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
 
[[Kategori:Raja Medang]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]
[[Kategori:Wangsa Isyana]]
[[Kategori:Tokoh Hindu]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]