Suku Alas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k Membatalkan 1 suntingan by 2405:8180:C01:6F98:3136:68E8:53F7:D051 (bicara) (TW) Tag: Pembatalan |
||
(47 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
| group = Orang Alas
| image = [[File:Pakaian Adat Suku Alas.jpg|250px]]
| population = ±
| region1 = '''{{flag|Aceh}}'''
| pop1 = 93.000<ref>https://zims-en.kiwix.campusafrica.gos.orange.com/wikipedia_en_all_nopic/A/Alas_people</ref>
| region2 = [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]]
| langs = [[Bahasa Alas-Kluet|Alas]] dan [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| rels = '''Mayoritas''' <br> [[File:Allah-green.svg|15px]] [[Islam
| related = [[Suku Kluet|Kluet]], [[Suku
| native_name = {{small|''Kalak Alas'' <br> ''Ukhang Alas'' <br> ''Batak Alas''}}
}}
'''
▲'''Suku Alas''' adalah salah satu etnis [[Suku Batak|Batak]] yang mendiami di wilayah [[Kabupaten Aceh Tenggara]]. Suku Alas di kelompokkan kedalam rumpun Batak Utara. Nama wilayah mereka di sebut sebagai "''Tanoh Alas''" ([[Tanah Alas]]) karena merupakan bekas kerajaan "Raja Alas".
== Bahasa ==
{{
[[Bahasa Alas-Kluet|Bahasa Alas]] merupakan sebuah bahasa yang digunakan masyarakat Alas di Tanah Alas (''Tanoh Alas'') [[Kabupaten Aceh Tenggara]]. Bahasa Alas memiliki tiga dialek yaitu:
* Dialek Hulu
Baris 23 ⟶ 21:
== Sejarah dan etimologi ==
Masyarakat
Nama Alas diperuntukan bagi seorang atau kelompok etnis, sedangkan daerah Alas disebut dengan kata Tanoh Alas. Menurut Kreemer (1922:64) kata "Alas" berasal dari nama seorang kepala etnis (cucu dari
Menurut Iwabuchi (1994:10) Raja yang pertama kali bermukim di Tanoh Alas adalah terdapat di Desa Batumbulan yang dikenal dengan nama
Kemudian
Diperkirakan pada abad ke 12 Raja Lambing hijrah dari Tanah Karo ke Tanah Alas, dan bermukim di Desa Batumbulan, keturunan dan pengikutnya adalah merga [[Marga Selian|Selian]]. Di Tanah Alas Raja Lambing mempunyai tiga orang anak yaitu Raja Lelo (Raje Lele) keturunan dan pengikutnya ada di Ngkeran, kemudian Raja Adeh yang merupakan moyangnya dan pengikutnya orang Kertan, dan yang ketiga adalah Raje Kaye yang keturunannya bermukim di Batumbulan, termasuk Bathin. Keturuan
Setelah
Ada hal yang menarik perhatian kesepakatan antara putera Raja Lambing (Raja Adeh, Raja Kaye dan Raje Lele) dengan putra Raja Dewa (Raja Alas) bahwa syi’ar Islam yang dibawa oleh Raja Dewa diterima oleh seluruh kalangan masyarakat Alas, tetapi adat istiadat yang dipunyai oleh Raja Lambing tetap di pakai bersama, ringkasnya hidup dikandung adat mati dikandung hukum (Islam) oleh sebab itu jelas bahwa asimilasi antara adat istiadat dengan kebudayaan suku Alas telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Pada awal kedatanganya Malik Ibrahim migrasi melalui pesisir bagian timur ([[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]]) sebelum ada kesepakatan diatas, ia masih memegang budaya matrilinealistik dari [[Orang Minangkabau|Minangkabau]], sehingga puteranya Raja Alas sebagai pewaris kerajaan mengikuti garis keturunan dan merga pihak ibu yaitu Selian. Setelah Raja Alas menerima asimilasi dari
Setelah kehadiran Selian di Batumbulan, muncul lagi kerajaan lain yang di kenal dengan Sekedang yang basis wilayahnya meliputi Bambel hingga ke Lawe Sumur. Raja sekedang menurut beberapa informasi pada awal
Pendatang berikutnya semasa Raja Alas yaitu kelompok Megit Ali dari Aceh pesisir dan keturunannya berkembang di Biak Muli yang dikenal dengan merga Beruh
== Masyarakat Alas ==
[[Berkas:Aceh Tenggara.JPG|jmpl|Rumah tradisional
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muliadi Imami 2015 dalam disertasinya yang berjudul Perbedaan Perilaku Altruisme dalam Kalangan empat suku utama di Aceh Tenggara, ia menemukan beberapa ciri khas budaya menolong masyarakat Alas.
=== Bidang sosial ekonomi ===
Bagi salah seorang dari suku Alas yang baru membentuk rumah tangga, secara adat akan dibantu orang tua dari pihak laki-laki dan orang tua di pihak perempuan. Orang tuanya akan memberikan bantuan secara percuma sesuai dengan kemampuannya. Budaya memberi bantuan untuk pengantin dalam suku Alas dikenal dengan berbagai istilah yaitu: (1) ''Jawè'', artinya pisah rumah. Pengantin yang dianggap telah cukup masa tinggal di rumah Ibu ayahnya (orang tua pengantin laki-laki) harus membentuk rumah tangga yang baik dengan tinggal di rumah lain. Sebagai modal awal, ibu ayahnya akan memberikan modal usaha dan beberapa peralatan yang diperlukan. Pemberian modal ini biasanya disimbolkan dengan pemberian beras satu bambu, air satu teko, ayam satu pasang, peralatan makan seadanya. Ini menunjukkan bahwa orang tuanya mendidiknya untuk mandiri. Adapun beras dan air sebagai simbol makanan pokok. Ayam sepasang sebagai modal usaha dalam peternakan, dan piring, gelas serta peralatan dapur seadanya untuk memasak makanan. Pemberian ini dimaksudkan sebagai modal awal dalam memulai kehidupan yang baru dan selanjutnya harus berusaha mandiri “berdiri di atas kakinya sendiri”.(2) ''Pesula’i'', bermaksud memberikan ‘hadiah’ sebagai cikal bakal atau modal dalam memulai kehidupan yang baru. Pesula’i adalah pemberian dari orang tua pengantin perempuan kepada anaknya dengan maksud membantunya dalam menempuh hidup baru. Budaya ini menandakan bahwa ini adalah pemberian yang terakhir dari mereka untuk anaknya, karena
=== Bidang pertanian ===
Baris 55 ⟶ 52:
== Budaya dan adat-istiadat ==
[[File:Tari Pelabat.jpg|jmpl|
Upacara adat istiadat yang ada dalam masyarakat suku Alas adalah ‘Turun Mandi’, ‘Sunat Khitan’, ‘Perkawinan’, dan ‘Kematian’. Pada setiap kegiatan ini dikenal beberapa budaya tolong menolong yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan posisinya dalam struktur kekerabatan. Ada tiga struktur kekerabatan dalam suku Alas yaang dikenal dengan istilah ''[[Dalihan Na Tolu|Tungku si telu]]'' yang artinya "tungku si tiga" makna lebih tepatnya ialah Tungku/tempat memasak dengan kayu api yang terdiri dari 'tiga batu'. Secara filosofis kegiatan memasak hanya dapat dilakukan dengan adanya tiga batu tersebut, apabila kurang satu maka kuali atau wajan tidak dapat diletakkan di atasnya sehingga masakan tidak dapat diperoses. Ketiga fungsi kekerabatan dalam suku Alas tersebut yaitu ''Wali, Sukut/Senine, dan Pebekhunen/Malu. ''Adapun bentuk tolong-menolong yang dilakukan adalah (1) ''Pemamanen'',
== Marga ==
Menurut Zainuddin (1961:187; Akbar, 2010-a:5); Adapun marga yang tertua di kalangan
{{Col|2}}
*[[Bangko]]▼
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
{{EndDiv}}
Kemudian hadir lagi marga:
{{Col|2}}
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[Sebayang]]
* [[Tarigan]]
{{EndDiv}}
== Kesenian ==
=== Seni Tari ===
* [[Tari Mesekat|Tari mesekat]]
* [[Peulebat]]
* Landok
* [[Tangis Dilo]]
Baris 114 ⟶ 116:
== Makanan tradisional ==
Beberapa makanan tradisional yang berasal dari etnis Alas, di antaranya adalah:
{{Col|2}}
* Manuk labakh
* Ikan labakh
* Puket
* Lepat bekhas
* Gelame
* Puket
* Buah
* Ikan pacik kule
* Telukh
* Puket mekuah
* Tumpi
Baris 130 ⟶ 133:
* Cimpe
* Getuk
{{EndDiv}}
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Suku Bangsa Batak}}
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia]]▼
{{Suku-stub}}▼
[[Kategori:Suku bangsa di Aceh]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia]]
[[Kategori:Batak]]
[[Kategori:Suku Alas]]
▲{{Suku-stub}}
|