Kesultanan Jambi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
SabitAprido (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 26567172 oleh 2404:C0:5820:0:0:0:1999:8875 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(11 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 26:
| image_map_caption = Peta Kerajaan Melayu Jambi, meliputi kawasan sebagian wilayah Riau dan semenanjung Palembang utara.
| capital = Tanah Pilih (sekarang [[Kota Jambi]])
| common_languages = [[Bahasa Melayu Jambi|Melayu Jambi]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = Sultan
Baris 35:
| leader3 =
| year_leader3 =
| leader4 = [[Thaha SyaifuddinSaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha SyaifuddinSaifuddin]]
| year_leader4 = 1900–1904
| currency =
| footnotes =
| flag_p2 = Id-siak1.GIF
| flag_caption = Bendera Sultan dan [[bendera perang]] Jambi(modern)<ref>{{Cite web |title=Jambi Arms |url=https://www.hubert-herald.nl/IndoJambi.htm |access-date=2024- 01-25 |website=www.hubert-herald.nl}}</ref><ref>{{Cite web |title=Indonesian Traditional States bahagian 1 |url=https://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states1.html #Jambi |access-date=2024-01-25 |website=www.worldstatesmen.org}}</ref>
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
 
'''Kesultanan Jambi''' adalah sebuah [[kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di provinsi [[Jambi]], [[Indonesia]].<ref>[https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-islam-di-sumatera/amp/ Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera] Pada ''gramedia.com'' diakses 19 Juni 2021</ref><ref>[https://m.merdeka.com/pendidikan/kerajaan-jambi-kerajaan-islam-yang-dikhianati-voc.html Kerajaan Jambi, Kerajaan Islam yang dikhianati VOC] Pada ''merdeka.com'' 24 Maret 2016</ref><ref>[https://www.dgraft.com/outline/almanac/2016/09/kesultanan-jambi/ Kesultanan Jambi: Sejarah, Wilayah, Dan Perkembangan] Pada ''dgraft.com'' 28 Desember 2020</ref> [[Kesultanan]] ini sebelumnya bernama kerajaan Melayu Jambi yang didirikan oleh [[Datuk Paduko Berhalo]] bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak,<ref>{{Cite book|last=Ngebi Sutho Dilago Periai Rajo Sari|first=|date=1982|url=https://books.google.com/books?id=FNMKAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Undang-undang+Piagam+dan+Kisah+Negeri+Jambi%22&q=pagaruyung&hl=en|title=Undang-undang, piagam, dan kisah negeri Jambi|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah|language=ms|url-status=live}}</ref> di [[Kota Jambi]], pada tahun [[1460]].<ref>[https://www.historyofcirebon.id/2018/10/datuk-paduka-berhala-pangeran-turki.html?m=1 Datuk Paduka Berhala Pangeran Turki Yang Mengislamkan Jambi] Pada ''historyofcirebon'' 16 Oktober 2018</ref><ref>[https://www.melayupedia.com/berita/1427/kisah-datuk-paduka-berhala-anak-raja-turki-yang-persunting-putri-pinang-masak Datuk Paduka Berhala, Anak Raja Turki yang Persunting Putri Pinang Masak] Pada ''melayupedia.com'' 30 Desember 2021</ref> Dalam perkembangannya, pada tahun [[1615]] kerajaan ini resmi menjadi kesultanan setelah Pangeran Kedah naik takhta dan menggunakan gelar Sultan Abdul Kahar.<ref>[https://disdik.jambiprov.go.id/tampil/profil/2/sejarah-provinsi-jambi Sejarah Provinsi Jambi] Pada ''Dinas Pendidikan Provinsi Jambi''</ref><ref>[https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumatera/kerajaan-jambi/ Kesultanan Jambi / Prov. Jambi – Sumatera] Pada ''sultanindonesiaeblog''</ref> Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1906]] dengan sultan terakhirnya, [[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Syaifuddin]].<ref>[https://daerah.sindonews.com/beritaamp/1020423/29/sultan-thaha-pejuang-jambi-yang-tak-lelah-melawan-belanda Sultan Thaha, Pejuang Jambi yang Tak Lelah Melawan Belanda] Pada ''sindonews.com'' 6 Juli 2015</ref><ref>[https://amp.kompas.com/stori/read/2021/06/14/170000579/thaha-syaifuddin--masa-muda-kepemimpinan-dan-akhir-hidup Thaha Syaifuddin: Masa Muda, Kepemimpinan, dan Akhir Hidup] Pada ''kompas.com'' 14 Juni 2021</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 53:
=== Masa kejayaan ===
[[File:MUS Koin Kesultanan Jambi 1804-1820; 2.jpg|jmpl|Koin timah yang pernah digunakan di wilayah Jambi dan Palembang, sekitar tahun 1804-1820]]
Sejak pertengahan abad ke-[[16]], para penguasa Jambi mengadakan perdagangan [[lada]] yang menguntungkan dengan bangsa [[Portugis]], [[Inggris]], dan [[Belanda]]. Kegiatan perdagangan itu juga melibatkan bangsa [[China]], [[Melayu]], [[Makassar]], dan [[Jawa]]. Kehidupan ekonomi Kesultanan Jambi yang makmur akibat kegiatan perdagangan inilah yang mampu membawa kerajaan menuju masa kejayaan di bawah Sultan Abdul Kahar.{{Cn}}
 
Sultan Jambi yang pertama ini berhasil membawa kerajaannya menjadi makmur berkat monopoli perdagangan lada dan pengenaan bea ekspor. Bahkan, pada [[1616]], ibu kota [[Jambi]] sudah dipandang sebagai pelabuhan terkaya kedua di [[Sumatera]], setelah [[Aceh]]. Berdasarkan data [[VOC]], Sultan Jambi meraup keuntungan 30-35 persen dari lada yang terjual. Sultan Abdul Kahar juga dikatakan sebagai penguasa yang kuat, bahkan tidak takut dengan tuntutan Raja [[Kesultanan Johor|Johor]] dan tidak pernah mau bekerja sama dengan VOC.{{Cn}}
 
=== Peperangan ===
* Perang Jambi-Johor
Selama abad ke-[[16]], [[Jambi]] menjadi terkenal berkat [[lada]] yang ditanam di dataran tinggi. Pada tahun 1615 Kompeni [[Belanda]] dan Kompeni [[Inggris]] mendirikan pangkalan-pangkalan mereka masing-masing di kawasan tersebut. Pada masa itu, Jambi bersekutu dengan [[Kesultanan Johor|Johor]], akan tetapi kemudian timbul sejumlah perselisihan ketika
mereka menyatakan berhak mengendalikan [[Kuala Tungkal]], yaitu sebuah kawasan di perbatasan Jambi dengan [[Indragiri Hilir|Indragiri]] yang merupakan jalan masuk ke kawasan pedalaman tempat lada ditanam.{{Cn}}
 
Sekitar tahun 1671 dan 1674, perselisihan yang berkepanjangan itu memuncak menjadi sebuah konflik terbuka, orang laut yang tunduk pada penguasa Jambi merompak kapal-kapal di perairan Johor, sementara orang laut dari Johor melancarkan aksi serupa di Jambi. Armada Johor bahkan berlayar masuk ke [[Batang Hari|Sungai Batanghari]] dan mengancam [[Kota Jambi|ibukota Jambi]]. Namun, hubungan mereka kemudian membaik dan di tahun 1681 para penguasa Jambi dan Johor masih bersedia untuk membina suatu persekutuan guna menghadapi saingan bersama mereka yaitu [[Kesultanan Palembang|Palembang]]. Orang
Laut dari kedua kerajaan menyerang kapal-kapal
dagang di perairan Palembang dan juga menjarah
kawasan pesisir.{{Cn}}
 
=== Kemunduran ===
Setelah [[VOC]] menyodorkan perjanjian dagang kepada Kesultanan Jambi, dengan tujuan melakukan monopoli. Sultan Abdul Kahar menolak perjanjian tersebut, memilih mengundurkan diri dari takhta dan kedudukannya digantikan oleh Pangeran Depati Anom atau Sultan Agung. Perjanjian pertama Kesultanan Jambi dengan VOC pun dilakukan, yang perlahan membawa kemunduran bagi kerajaan.{{Cn}}
 
Kejayaan Jambi tidak berumur panjang, pada tahun 1680-an, Jambi mulai kehilangan kedudukannya sebagai pelabuhan lada utama setelah pertempuran dengan pihak [[Kesultanan Johor|Johor]]. Selain itu, adanya penyelundupan dan utang, juga menjadi penyebab runtuhnya Kesultanan Jambi, yang diperparah dengan campur tangan [[Belanda]] dalam politik kerajaan.{{Cn}}
 
=== Keruntuhan ===
[[File:De beschieting van de Kraton van de Sultan van Djambi door de gouvernementsmarineschepen Celebes, Admiraal van Kinsbergen en Onrust op 8 september 1858 Rijksmuseum Amsterdam SK-A-4105.jpg|jmpl|Lukisan, penyerangan kapal Belanda di keraton Sultan Jambi, 8 september 1858]]
Berbeda dari penguasa sebelumnya, [[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Syaifuddin]] menolak keras perjanjian dengan [[Belanda]]. Bahkan utusan Belanda yang beberapa kali datang untuk menyodorkan perjanjian kepadanya selalu dihindari. Akibatnya Belanda marah dan melayangkan serangan pada 1858, hingga berhasil menguasai istana.{{Cn}}
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de Sultan van Djambi te Doesoen Tengah Sumatra TMnr 60002826.jpg|jmpl|Kediaman Sultan Ahmad Nazaruddin di Dusun Tengah (sekarang di desa Rambutan Masam, Batanghari), sekitar tahun 1877-1879]]
Dalam serangan itu Sultan Thaha melarikan diri, sehingga Panembahan Prabu kemudian diangkat oleh Belanda menjadi penguasa baru di Kesultanan Jambi dengan gelar Sultan Ahmad Nazaruddin. Masa itu kesultanan Jambi masih mengendalikan Ibukota ([[Kota Jambi]]), namun Sultan Ahmad Nazaruddin tinggal di Dusun Tengah, tiga atau empat hari perjalanan dari Ibukota, di sebuah rumah sederhana dari papan. Ketika Sultan Thaha dalam pelarian, Kesultanan Jambi sempat dipimpin oleh beberapa sultan di bawah pengaruh Belanda. Kesempatan datang ketika terjadi kekosongan kekuasaan pada 1899, setelah Sultan Zainuddin dicopot oleh Belanda.{{Cn}}
[[File:KapitulationJambi MartaNingrat-OLHelfrich 19040326.jpeg|jmpl|Pangeran Ratu Martaningrat menyerah kepada pihak Belanda, sekitar tahun 1903-1904]]
Pada tahun 1903, Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan dari Sultan Thaha menyerah kepada Belanda. Kemudian Jambi digabungkan dengan keresidenan Palembang. Kesultanan Jambi benar-benar berakhir, saat Sultan Thaha dibunuh oleh Belanda di persembunyiannya pada 1904. Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1906 dan berhasilnya Belanda menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka Jambi ditetapkan sebagai [[Keresidenan Jambi]].{{Cn}}
 
== Geografi ==
[[Jambi]] berkembang di wilayah cekungan [[Batang Hari]], sungai terpanjang di [[Sumatra]]. Sungai ini, dan anak-anak sungainya, seperti [[Batang Tembesi]], Batang Tabir dan [[Batang Merangin]], merupakan tulang punggung wilayah tersebut. [[Sungai Tungkal]] yang berbatasan dengan Indragiri memiliki cekungan tangkapan air sendiri. Sungai-sungai itu merupakan andalan transportasi utama Jambi.{{Cn}}
 
== Kependudukan ==
Baris 87:
 
== Pemerintahan ==
Kesultanan Jambi dipimpin oleh raja yang bergelar sultan. Raja ini dipilih dari perwakilan empat keluarga bangsawan (suku): suku Kraton, Kedipan, Perban dan Raja Empat Puluh. Selain memilih raja keempat suku tersebut juga memilih ''pangeran ratu'', yang mengendalikan jalan pemerintahan sehari-hari.{{fact}} Dalam menjalankan pemerintahan pangeran ratu dibantu oleh para menteri dan dewan penasihat yang anggotanya berasal dari keluarga bangsawan. Sultan berfungsi sebagai pemersatu dan mewakili negara bagi dunia luar.{{Cn}}
 
Menurut R. Sahabuddin (1954) dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi (1978/1979), pemerintahan di pusat Kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu oleh pangeran ratu (putra mahkota) yang memimpin Rapat Dua Belas. Rapat Dua Belas terdiri atas dua bagian:{{Cn}}
* Kerapatan Patih Dalam (Dewan Menteri Dalam)
* Kerapatan Patih Luar (Dewan Menteri Luar)
Masing-masing kerapatan terdiri dari 6 orang, 1 orang ketua dan 5 orang anggota.{{Cn}}
 
Kerapatan Patih Dalam diketuai oleh Putra Mahkota yang bergelar Pangeran Ratu dengan para anggota yang diberi gelar :{{Cn}}
* Pangeran Adipati
* Pangeran Suryo Notokusumo
Baris 101:
* Pangeran Notomenggolo atau Pangeran Werokusumo
 
Kerapatan Patih Dalam pada hakekatnya merupakan Majelis Kerajaan (Rijksraad) yang berfungsi sebagai lembaga legislatif (DPR) pada masa sekarang.{{Cn}}
 
== Daftar penguasa ==
Baris 244:
|(20)
|1900 – 1904
|[[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Saifuddin Agung Sri Ingalaga{{Efn|content=Peneliti Jambi terdahulu menggunakan ejaan yang variatif untuk nama Thaha Saifuddin. Penulis memilih menggunakan ejaan tersebut, selanjutnya diringkas Thaha, merujuk pada penulisan aksara Arab pada stempel yang digunakan oleh sultan serta keumuman penulisan dalam institusi resmi di Jambi saat ini. Dalam stempel resmi kesultanan tertulis طه سيف الدين yang jika ditransliterasi ke dalam aksara Latin menggunakan Turabian style menjadi Taha Sayf al-Din. Dalam diskusi tahun 2016 lalu, Elsbeth Locher-Scholten menjelaskan alasannya menggunakan ejaan Taha merujuk pada penulisan dalam dokumen-dokumen Belanda. Lebih jauh tentang ragam penulisan nama Sultan Thaha Saifuddin lihat Abid, "Saifuddin atau Safiuddin..." Kontekstualita 25, no. 2 (2010): hlm. 335-351.}}]]<ref name=":1">{{Cite book|last=Sagala|first=Ismawati|date=2021|title=Islam dan Adat dalam Sistem Pemerintahan Jambi|location=Yogyakarta|publisher=Ombak|isbn=6022585953|editor-last=Nugrahini|editor-first=Karika Nurul|edition=Revisi|pages=|language=Indonesia|url-status=live}}</ref><ref>[https://koransulindo.com/sultan-thaha-melawan-belanda-hingga-darah-penghabisan/ Sultan Thaha, Melawan Belanda hingga Darah Penghabisan] Pada ''koransulindo.com'' 21 Juli 2020</ref>
|[[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Saifuddin Agung Sri Ingalaga]]<ref>[https://koransulindo.com/sultan-thaha-melawan-belanda-hingga-darah-penghabisan/ Sultan Thaha, Melawan Belanda hingga Darah Penghabisan] Pada ''koransulindo.com'' 21 Juli 2020</ref>
| Pangeran Ratu Jayaningrat
|-
Baris 288:
* {{Cite book|title=Malay Seals from the Islamic World of Southeast Asia: content, form, context, catalogue|last=Gallop|first=Annabel Teh|year=2019|publisher=Lontar Foundation in association with British Library|isbn=9789813250864|language=en}}
* {{Cite book|title=Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism, 1830–1907|last=Locher-Scholten|first=Elsbeth|year=2004|publisher=Cornell University Press|year=2004|isbn=9781501719387|language=EN}} Lihat pula edisi Bahasa Indonesia: {{Cite book|title=Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda|last=Locher-Scholten|first=Elsbeth|year=2008|publisher=KITLV|language=ID|isbn=9789791079150}}
* {{Cite book|title=Kinship and Food in South East Asia|url=https://archive.org/details/kinshipfoodinsou0000unse|last=Janowski|first=Monica|last2=Kerlogue|first2=Fiona|date=2007|publisher=NIAS Press|isbn=9788791114939|location=Copenhagen|pages=[https://archive.org/details/kinshipfoodinsou0000unse/page/68 68]}}
* {{Cite book|title=Sejarah Peranan Hukum Adat dan Adat Istiadat Jambi|last=Mukti|first=Zubir|year=1987|place=Muara Bungo}}
<!--* {{Google books |id=Oim6AAAAIAAJ |title=Gentle Janus, Merchant Prince }}-->