Ilen Surianegara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(19 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|name = {{PAGENAME}}
'''Ilen Surianegara''' adalah salah seorang diplomat Indonesia sekaligus budayawan tanah Sunda. Beliau lahir di Bandung, tanggal 29 Desember 1924.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Bonneff|first=Marcel|date=2001|title=Ilen Surianegara (1924-2000)|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_2001_num_61_1_3603|journal=Archipel|volume=61|issue=1|pages=3–6}}</ref>▼
|image = Ilen Surianegara.jpg
|imagesize =
|alt =
|caption =
|office = [[Duta Besar Indonesia untuk Aljazair]]
|term_start = 1983
|term_end = 1986
|president = [[Suharto]]
|predecessor =
|successor = Muhammad Singgih Hadipranowo
|office1 = [[Duta Besar Indonesia untuk Tunisia]]
|term_start1 = 1977
|term_end1 = 1980
|president1 = [[Suharto]]
|predecessor1=
|successor1 = T. M. Mochtar Thajeb
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date|1924|12|29}}
|birth_place = [[Bandung]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|2000|6|26|1924|12|29}}
|death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|other_names =
|alma_mater =
|occupation =
|known_for =
|religion = [[Islam]]
|spouse =
|children =
|parents =
}}
▲'''Ilen Surianegara'''
Bersekolah di HIS, MULO Kristen, dan AMS. Setelah tamat, lalu masuk ke ''Koogyo Daigaku'' (Fakultas Teknik yang kemudian menjadi ITB).<ref name=":1" /> Pada waktu kemerdekaan diproklamasikan menggabungkan diri dengan para pemuda yang berjuang hendak menegakkan kedaulatan bangsa dan negara. Karena kefasihannya dalam berbahasa asing (Inggris dan Perancis, di samping Belanda), ia ditugaskan sebagai penghubung yang menjemput pasukan Sekutu (Inggris) yang hendak membebaskan tawanan perang dan melucuti senjata tentara Jepang. Oktober 1945, ia termasuk sejumlah kira-kira 30 orang mahasiswa yang harus berkeliling di kepulauan Sunda Kecil (sekarang Nusa Tenggara) yang dipimpin oleh Muh. Rustandi Kartakusuma untuk memberikan pengertian tentang cita-cita kemerdekaan. Tetapi di Denpasar, Ilen termasuk sebagian dari rombongan itu yang tertangkap oleh tentara Jepang, kemudian dibebaskan sebagai pertukaran tawanan orang Jepang yang ditangkap oleh para pemuda di Surabaya pada tanggal 10 November 1945 (Hari Pahlawan). Sekembali di Bandung, Ilen menggabungkan diri dengan Badan Perjoangan yang kemudian menjadi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) bersama dengan Mashudi dll. Pada waktu itulah ia mulai terbuka matanya terhadap politik. Pada awal 1946, ia aktif membantu RRI untuk siaran luar negeri seksi bahasa Perancis. Di samping itu menjadi redaktur ''The Voice of Free'' Indonesia dan merangkap sebagai pembantu kantor berita AFP untuk daerah yang dikuasai oleh Rebublik Indonesia. Setelah Bandung diduduki tentara Sekutu dan menjadi lautan api, Ilen bersama dengan para pejuang lainnya mundur ke Ciparay, Majalaya, Tasikmalaya, kemudian ia menggabungkan diri dengan Corps Mahasiswa di Yogyakarta. Awal tahun 1948, Ilen menjadi juru bicara Ketua Delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda. Ia menjadi pegawai Kementerian Penerangan mengurus hubungan luar negeri. Ia pun mengikuti kuliah Akademi Politik yang diselenggarakan di Yogyakarta sampai selesai selama beberapa bulan. Ketika ada kesempatan memperoleh beasiswa dari pemerintah Perancis untuk belajar di negerinya, Ilen mendaftarkan diri dan lulus. Ia masuk ke Science Politique di Paris. Tahun 1953 ia kembali ke tanah air dan menikah dengan Tating Sastramijaya (Sastramidjaja), anak Jaksa Nénéng Sastramijaya yang pernah dikenalnya ketika gadis itu belajar di negeri Belanda. ▼
==
Beberapa bulan kemudian, Ilen diangkat sebagai Atase Kebudayaan dan Pers di Paris. Dalam menunaikan tugasnya sebagai atase kebudayaan, Ilen mencoba memperkenalkan bangsa Indonesia kepada bangsa Perancis, di antaranya dengan menerbitkan buku kecil yang berisi terjemahan sajak-sajak Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, cerita pendek Idrus dll. ke dalam bahasa Perancis. Di samping itu ia juga membina hubungan dengan para seniman dan budayawan Perancis, sehingga mereka tahu tentang Indonesia. Hal itu terbukti, tatkala ia kembali ke tanah air setelah menyelesaikan tugasnya, ia membawa puluhan buah lukisan karya para pelukis Perancis yang disumbangkan kepada Indonesia. Sayang lukisan-lukisan itu tidak pemah mendapat tempat yang memadai, hanya bertumpuk di salah satu ruangan Museum Nasional, Jakarta. Setelah kembali di Indonesia, Ilen melanjutkan pergaulanya dengan para seniman Indonesia, kebanyakan yang pernah dikenalnya ketika mereka datang ke Paris umumnya sebagai undangan Sticusa. Ilen terlibat dalam kepengurusan BMKN, malah pernah duduk sebagai redaktur majalah Indonesia yang dikeluarkan oleh badan itu. Tahun 1962, Ilen ditugaskan untuk mengikuti kuliah di SESKOAD. Dikirimkan ke Jepang sebagai counsellor di KBRI Tokyo. Kemudian pada tahun 1964 dipindahkan sebagai Wakil Dubes di Aljazair untuk mempersiapkan Konferensi Bandung ke-2. Konferensi ini tidak pernah terjadi. Dan pada tahun 1967 kembali ke Deplu untuk memimpin Biro Pendidikan para diplomat. Pada waktu itulah (1968) ia bersama Ramadhan K.H. dan Ajip Rosidi, meyakinkan Ali Sadikin yang ketika itu menjadi gubernur DKI Jakarta agar bersedia membantu pembiayaan penerbitan majalah bulanan kebudayaan. Saran itu diterima dengan baik oleh Ali Sadikin, dan Ilen menjadi pemimpin umum majalah Budaya Jaya yang sehari-harinya ditangani oleh Ramadhan K.H. dan Ayip Rosidi, karena itu meskipun kemudian Ilen ditugaskan ke luar negeri lagi, majalah itu tetap terbit (sampai 1979). Tahun 1969, Ilen diangkat sebagai orang kedua (Wakil Dutabesar) di KBRI Paris, kemudian dipindahkan sebagai Wakil Dubes di Bonn (Jerman). Tahun 1975 ia kembali ke Indonesia, ditugaskan memimpin direktorat baru, yaitu Direktorat Sosial-Budaya. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Dutabesar di Tunisia, merangkap untuk Maroko dan Libia. Sebelumnya tidak ada KBRI di sana. Tahun 1980 kembali ke tanahair, dan ditugaskan sebagai Wakil Gubernur Lemhanas di Jakarta. Tahun 1983, ia diangkat sebagai Duta besar di Aljazair merangkap untuk negara -negara Guinea dan Mali. Ketika selesai menunaikan tugasnya itu, Ilen masuk masa pensiun. Mulailah ia aktif dalam kegiatan kebudayaan dan kesenian Sunda, diantaranya membentuk Yayasan Dana Budaya Sunda yang bermaksud hendak memberikan dana untuk kegiatan kesenian dan kebudayaan dengan terlebih dahulu mengumpulkan dana dari masyarakat. Di samping itu duduk pula sebagai anggota Pengurus Yayasan Pembangunan Jawa Barat dan Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS).<ref>Ajip Rosidi. 2000''. Ensiklopedi Sunda (alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi).'' Bandung : Pustaka Jaya. Halaman 286.</ref>▼
===
▲Bersekolah di HIS, MULO Kristen, dan AMS. Setelah tamat, lalu masuk ke ''Koogyo Daigaku'' (Fakultas Teknik yang kemudian menjadi
=== Karier Kebudayaan ===
Beberapa bulan kemudian setelah ditugaskan sebagai diplomat Indonesia untuk Prancis, beliau diangkat sebagai Atase [[Kebudayaan]] dan Pers di Paris.<ref name=":1" /> Dalam menunaikan tugasnya sebagai atase kebudayaan, mencoba memperkenalkan [[bangsa]] Indonesia kepada bangsa Prancis, di antaranya dengan menerbitkan [[buku]] kecil yang berisi terjemahan [[puisi]] [[Chairil Anwar]], [[Asrul Sani]], [[Rivai Apin]], dan lain-lain ke dalam bahasa Prancis.<ref name=":1" /> Di samping itu ia juga membina hubungan dengan para [[seniman]] dan [[budayawan]] Prancis, sehingga mereka tahu tentang Indonesia.<ref name=":2" /> Hal itu terbukti, ketika kembali ke [[tanah air]], membawa puluhan buah [[lukisan]] karya para [[pelukis]] Prancis yang disumbangkan kepada Indonesia.<ref name=":2" /> Sayang lukisan-lukisan itu tidak pemah mendapat [[tempat]] yang memadai, hanya bertumpuk di salah satu ruangan [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]], [[Jakarta]].<ref name=":2" /> Setelah itu, beliau memulai pergaulan dengan para seniman Indonesia, kebanyakan yang pernah dikenalnya ketika datang ke Paris sebagai undangan Sticusa.<ref name=":2" /> Beliau terlibat dalam ke[[pengurusan]] BMKN, malah pernah duduk sebagai redaktur majalah Indonesia yang dikeluarkan oleh badan tersebut.<ref name=":2" /> Tahun 1962, ditugaskan untuk mengikuti kuliah di SESKOAD.<ref name=":2" /> Dikirimkan ke Jepang sebagai counsellor di KBRI [[Tokyo]].<ref name=":2" /> Kemudian pada tahun 1964 dipindahkan sebagai [[Wakil]] Duta besar di [[Aljazair]] untuk mempersiapkan [[Konferensi]] Bandung ke-2.<ref name=":2" /> Pada tahun 1967 kembali ke Departemen Luar Negeri untuk memimpin Biro [[Pendidikan]] para diplomat.<ref name=":2" />
Perdana Menteri Perancis memberikan ''Madalyon Officier dans l'Ordre'' ''des palmes academiques'' pada tanggal 4 Februari 1977 atas jasa-jasanya di bidang kebudayaan.<ref name=":0">{{Cite book|title=Rantau dan renungan: budayawan Indonesia tentang pengalamannya di Perancis|url=https://books.google.co.id/books?id=poALBTpmn3AC&pg=PA7&lpg=PA7&dq=ilen+surianegara&source=bl&ots=P6HsSFKl4X&sig=ACfU3U17WV2oCdEkD_suXrHATyL1L6U3NA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj76-jwzY_hAhXMvY8KHa8RC0kQ6AEwCXoECAYQAQ#v=onepage&q=ilen%20surianegara&f=false|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|date=1992|isbn=9789799023674|language=id|first=Ramadhan Karta|last=Hadimadja}}</ref> Selain itu, ada juga penghargaan ''Officier de la Legion d'Honneur'' dari Presiden Republik Perancis pada tanggal 30 Desember 1982 atas jasanya membina hubungan Indonesia-Perancis.<ref name=":0" />▼
▲
=== Majalah Budaya Jaya ===
Budaya Jaya merupakan majalah yang berisi tentang kebudayaan umum dan diterbitkan sebulan sekali dan memuat [[karya]] [[sastra]].<ref name=":3" /> Majalah ini terbit pertama pada tanggal 2 [[Juni]] 1968 atas inisiasi dari Ilen Surianegara, Ramadhan K.H., dan Ajip Rosidi.<ref name=":3">{{Cite book|title=Mengenang hidup orang lain: sejumlah obituari|url=https://books.google.co.id/books?id=9eou96EnD2gC&pg=PA86&lpg=PA86&dq=ilen+surianegara&source=bl&ots=3CJX2gVdk0&sig=ACfU3U2k7BmYWzwPax8JPsZtFz3-2-Ihrw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj76-jwzY_hAhXMvY8KHa8RC0kQ6AEwDXoECAgQAQ#v=onepage&q=ilen%20surianegara&f=false|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|date=2010|isbn=9789799102225|language=id|first=Ajip|last=Rosidi}}</ref> Isi dan tujuan majalah Budaya Jaya tidak pernah diubah sampai berhenti beredar pada tahun 1985.<ref name=":4" /> Tujuannya adalah ingin mengembangkan dan meningkatkan [[khazanah]] sastra dan budaya sebagai alat [[komunikasi]] sesama [[ahli]] dan masyarakat.<ref name=":4" /> [[Kertas]] yang digunakan dalam majalah ini adalah jenis [[koran]] bersampul HVS dan target penyebarannya berskala [[nasional]]. Jenis rubrik yang ditampilkan dalam majalah tersebut antara lain sebagai berikut.
* Catatan Bulan ini;
* Kaledioskop;
* Esai Sastra (Kritik Sastra);
* Artikel Kebudayaan (umum);
* Cerpen;
* Kronik;
* Para Penyumbang Nomor Ini;
* Drama;
* Timbangan Buku;
* Berita Keluarga;
* Iklan; dan
* Sket Vignet atau Lino.<ref name=":4" />
Adapun tim penerbitan majalah ini adalah Ilen Surianegara (penanggung jawab), Ajip Rosidi dan [[Harijadi S. Hartowardojo]] (redaksi), Ramadhan K.H., [[Moh. Amir Sutaarga]], [[Arief Budiman]], [[Asrul Sani]], [[Gayus Siagian]], [[Goenawan Mohamad]], [[Mochtar Kusumaatmadja|Mochtar Kusumaatmaja]], [[Nono Anwar Makarim]], [[Oesman Effendi]], [[Taufiq Ismail]], [[Toto Sudarto Bactiar]], [[Trisno Sumardjo]], [[Zulharman S.]], [[Wingkardjo]], dan [[Ayatrohaedi]] (pembantu redaksi). Alamat redaksinya berada di Jalan Teuku Umar 6, Jakarta Pusat. Majalah ini diterbitkan oleh [[Dewan Kesenian Jakarta]].<ref name=":4" /> Majalah bulanan ini ber tujuan untuk mewadahi hasil pemikiran, gagasan, dan kreativitas masyarakat secara umum.<ref name=":3" /> Tujuan tersebut secara jelas dipaparkan oleh [[Gubernur]] DKI Jakarta saat itu, [[Ali Sadikin]], yang menyatakan bahwa dalam kehidupan kebudayaan [[modern]], majalah adalah hal mutlak, terutama untuk menampung hasil-hasil pemikiran dan [[cipta]] para pemikir, budayawan, seniman yang mewakili segala golongan.<ref name=":3" /> Dengan adanya majalah sebagai sarana berkomunikasi, tentu hubungan budayawan dan para pencipta menjadi lancar.<ref name=":4" /> Sasaran pembaca majalah ini tentunya masyarakat umum yang memiliki kepentingan dengan kebudayaan.<ref name=":4">{{Cite web|url=http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Budaya_Jaya|title=Artikel "Budaya Jaya" - Ensiklopedia Sastra Indonesia|website=ensiklopedia.kemdikbud.go.id|access-date=2019-03-20}}</ref>
== Tanda Kehormatan ==
{| class="wikitable"
|-
! style="width:20%;"| Negara !! style="width:20%;"| Tanggal !! style="width:50%;"| Tanda Kehormatan !! style="width:5%;"| Pita Harian !! style="width:5%;"| Referensi
|-
| {{flagu|Indonesia}} || 7 Agustus 1995 || [[Bintang Jasa Utama]] || [[File:Bintang Jasa Utama Ribbon.png|70px]] ||<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Menerima Anugerah Bintang Jasa Tahun 1964 - 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/44364-Bintang_Jasa_tahun_1964-2003.pdf |access-date=4 Oktober 2021}}</ref>
|-
▲
|-
| 4 Februari 1977 || Officer of the [[:en:Ordre des Palmes académiques|Order of Academic Palms]] || [[File:Palmes academiques Officier ribbon.svg|70px]] ||<ref name=":0"/>
|}
== Rujukan ==
<references />{{URUTANBAKU:Surianegara, Ilen}}
[[Kategori:Budayawan Indonesia]]
[[Kategori:Budayawan Sunda]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Aljazair]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Tunisia]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Utama]]
|