Ilen Surianegara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 18:
|successor1 = T. M. Mochtar Thajeb
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date
|birth_place = [[Bandung]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|2000|6|26|1924|12|29}}
Baris 33:
}}
'''Ilen Surianegara''' ({{lahirmati|[[Bandung]], [[Hindia Belanda]]|29|12|1924|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|26|6|2000}})<ref name=":1">{{Cite journal|last=Bonneff|first=Marcel|date=2001|title=Ilen Surianegara (1924-2000)|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_2001_num_61_1_3603|journal=Archipel|volume=61|issue=1|pages=3–6}}</ref> adalah salah seorang [[diplomat]] [[Indonesian Idol|Indonesia]] sekaligus [[budayawan]] yang berasal dari [[tanah]] [[Sunda]]. Ia juga dikenal sebagai mertua dari [[Slamet Rahardjo]] dan [[Eros Djarot]].
==
Bersekolah di HIS, MULO Kristen, dan AMS. Setelah tamat, lalu masuk ke ''Koogyo Daigaku'' (Fakultas Teknik yang kemudian menjadi [[Institut Teknologi Bandung]]).<ref name=":1" /> Pada waktu ke[[merdeka]]an diproklamasikan menggabungkan diri dengan para [[pemuda]] yang berjuang hendak menegakkan kedaulatan [[bangsa]] dan [[negara]].<ref name=":2" /> Karena kefasihannya dalam ber[[bahasa]] [[asing]] ([[Inggris]], [[Prancis]], dan [[Belanda]]).<ref name=":2" /> Beliau ditugaskan sebagai penghubung untuk menjemput [[pasukan]] [[Sekutu]] (Inggris) yang hendak membebaskan [[tawanan]] [[perang]] dan melucuti [[senjata]] [[tentara]] [[Jepang]].<ref name=":2" /> Pada bulan [[Oktober]] 1945, ia termasuk dalam 30 orang [[mahasiswa]] yang harus berkeliling di kepulauan Sunda Kecil (sekarang [[Nusa Tenggara]]) yang dipimpin oleh [[Muh. Rustandi Kartakusuma]] untuk memberikan pengertian tentang cita-cita kemerdekaan.<ref name=":2" /> Tetapi di [[Denpasar]], beliau termasuk sebagian dari rombongan mahasisᴡa yang tertangkap oleh tentara Jepang, kemudian dibebaskan sebagai pertukaran tawanan orang Jepang yang ditangkap oleh para pemuda di [[Surabaya]] pada tanggal 10 [[November]] 1945 ([[Hari Pahlawan]]).<ref name=":2" /> Setelah kembali ke Bandung, beliau menggabungkan diri dengan Badan Perjoangan yang kemudian menjadi [[Pemuda Sosialis Indonesia]] (Pesindo) bersama dengan [[Mashudi]].<ref name=":2" /> Pada waktu itulah beliau mulai terbuka untuk berkecimpung dalam bidang [[politik]].<ref name=":2" /> Pada awal 1946, aktif membantu [[Radio Republik Indonesia]] untuk siaran luar negeri seksi bahasa Prancis.<ref name=":1" /> Di samping itu menjadi [[redaktur]] ''The Voice of Free'' Indonesia dan merangkap sebagai pembantu [[kantor]] [[berita]] AFP untuk [[daerah]] yang dikuasai oleh Rebublik Indonesia.<ref name=":1" /> Setelah Bandung diduduki tentara Sekutu dan menjadi lautan api, beliau bersama dengan para pejuang lainnya mundur ke [[Ciparay]], [[Majalaya]], [[Tasikmalaya]].<ref name=":2" /> Kemudian menggabungkan diri dengan Corps Mahasiswa di [[Yogyakarta]].<ref name=":2" /> Awal tahun 1948, menjadi [[juru bicara]] Ketua Delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda.<ref name=":2" /> Aᴡal merintis karier diplomasi di Prancis dengan terlebih dahulu mengikuti [[kuliah]] Akademi Politik yang diselenggarakan di Yogyakarta sampai selesai selama beberapa bulan.<ref name=":2" /> Ketika ada kesempatan memperoleh [[beasiswa]] dari pemerintah Prancis untuk belajar di negerinya, beliau mendaftarkan diri dan lulus.<ref name=":2" /> Ia masuk ke Science Politique di [[Paris]].<ref name=":1" /> Tahun 1953, kembali ke tanah air dan menikah dengan Tating Sastramijaya (Sastramidjaja), anak Jaksa Nénéng Sastramijaya yang pernah dikenalnya ketika gadis itu belajar di negeri Belanda.<ref name=":2" />▼
===
▲Bersekolah di HIS, MULO Kristen, dan AMS. Setelah tamat, lalu masuk ke ''Koogyo Daigaku'' (Fakultas Teknik yang kemudian menjadi [[Institut Teknologi Bandung]]).<ref name=":1" /> Pada waktu ke[[merdeka]]an diproklamasikan menggabungkan diri dengan para [[pemuda]] yang berjuang hendak menegakkan kedaulatan [[bangsa]] dan [[negara]].<ref name=":2" /> Karena kefasihannya dalam ber[[bahasa]] [[asing]] ([[Inggris]], [[Prancis]], dan [[Belanda]]).<ref name=":2" /> Beliau ditugaskan sebagai penghubung untuk menjemput [[pasukan]] [[Sekutu]] (Inggris) yang hendak membebaskan [[tawanan]] [[perang]] dan melucuti [[senjata]] [[tentara]] [[Jepang]].<ref name=":2" /> Pada bulan [[Oktober]] 1945, ia termasuk dalam 30 orang [[mahasiswa]] yang harus berkeliling di kepulauan Sunda Kecil (sekarang [[Nusa Tenggara]]) yang dipimpin oleh [[Mh. Rustandi Kartakusuma|Muh. Rustandi Kartakusuma]] untuk memberikan pengertian tentang cita-cita kemerdekaan.<ref name=":2" /> Tetapi di [[Denpasar]], beliau termasuk sebagian dari rombongan mahasisᴡa yang tertangkap oleh tentara Jepang, kemudian dibebaskan sebagai pertukaran tawanan orang Jepang yang ditangkap oleh para pemuda di [[Surabaya]] pada tanggal 10 [[November]] 1945 ([[Hari Pahlawan]]).<ref name=":2" /> Setelah kembali ke Bandung, beliau menggabungkan diri dengan Badan Perjoangan yang kemudian menjadi [[Pemuda Sosialis Indonesia]] (Pesindo) bersama dengan [[Mashudi]].<ref name=":2" /> Pada waktu itulah beliau mulai terbuka untuk berkecimpung dalam bidang [[politik]].<ref name=":2" /> Pada awal 1946, aktif membantu [[Radio Republik Indonesia]] untuk siaran luar negeri seksi bahasa Prancis.<ref name=":1" /> Di samping itu menjadi [[redaktur]] ''The Voice of Free'' Indonesia dan merangkap sebagai pembantu [[kantor]] [[berita]] AFP untuk [[daerah]] yang dikuasai oleh Rebublik Indonesia.<ref name=":1" /> Setelah Bandung diduduki tentara Sekutu dan menjadi lautan api, beliau bersama dengan para pejuang lainnya mundur ke [[Ciparay]], [[Majalaya]], [[Tasikmalaya]].<ref name=":2" /> Kemudian menggabungkan diri dengan Corps Mahasiswa di [[Yogyakarta]].<ref name=":2" /> Awal tahun 1948, menjadi [[juru bicara]] Ketua Delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda.<ref name=":2" /> Aᴡal merintis karier diplomasi di Prancis dengan terlebih dahulu mengikuti [[kuliah]] Akademi Politik yang diselenggarakan di Yogyakarta sampai selesai selama beberapa bulan.<ref name=":2" /> Ketika ada kesempatan memperoleh [[beasiswa]] dari pemerintah Prancis untuk belajar di negerinya, beliau mendaftarkan diri dan lulus.<ref name=":2" /> Ia masuk ke Science Politique di [[Paris]].<ref name=":1" /> Tahun 1953, kembali ke tanah air dan menikah dengan Tating Sastramijaya (Sastramidjaja), anak Jaksa Nénéng Sastramijaya yang pernah dikenalnya ketika gadis itu belajar di negeri Belanda.<ref name=":2" />
Beberapa bulan kemudian setelah ditugaskan sebagai diplomat Indonesia untuk Prancis, beliau diangkat sebagai Atase [[Kebudayaan]] dan Pers di Paris.<ref name=":1" /> Dalam menunaikan tugasnya sebagai atase kebudayaan, mencoba memperkenalkan [[bangsa]] Indonesia kepada bangsa Prancis, di antaranya dengan menerbitkan [[buku]] kecil yang berisi terjemahan [[puisi]] [[Chairil Anwar]], [[Asrul Sani]], [[Rivai Apin]], dan lain-lain ke dalam bahasa Prancis.<ref name=":1" /> Di samping itu ia juga membina hubungan dengan para [[seniman]] dan [[budayawan]] Prancis, sehingga mereka tahu tentang Indonesia.<ref name=":2" /> Hal itu terbukti, ketika kembali ke [[tanah air]], membawa puluhan buah [[lukisan]] karya para [[pelukis]] Prancis yang disumbangkan kepada Indonesia.<ref name=":2" /> Sayang lukisan-lukisan itu tidak pemah mendapat [[tempat]] yang memadai, hanya bertumpuk di salah satu ruangan [[Museum Nasional]], [[Jakarta]].<ref name=":2" /> Setelah itu, beliau memulai pergaulan dengan para seniman Indonesia, kebanyakan yang pernah dikenalnya ketika datang ke Paris sebagai undangan Sticusa.<ref name=":2" /> Beliau terlibat dalam ke[[pengurusan]] BMKN, malah pernah duduk sebagai redaktur majalah Indonesia yang dikeluarkan oleh badan tersebut.<ref name=":2" /> Tahun 1962, ditugaskan untuk mengikuti kuliah di SESKOAD.<ref name=":2" /> Dikirimkan ke Jepang sebagai counsellor di KBRI [[Tokyo]].<ref name=":2" /> Kemudian pada tahun 1964 dipindahkan sebagai [[Wakil]] Duta besar di [[Aljazair]] untuk mempersiapkan [[Konferensi]] Bandung ke-2.<ref name=":2" /> Pada tahun 1967 kembali ke Departemen Luar Negeri untuk memimpin Biro [[Pendidikan]] para diplomat.<ref name=":2" />▼
=== Karier Kebudayaan ===
Pada waktu itu (1968) bersama [[Ramadhan K.H.]] dan [[Ajip Rosidi]], meyakinkan [[Ali Sadikin]] yang ketika itu menjadi gubernur DKI Jakarta agar bersedia membantu pembiayaan penerbitan [[majalah]] bulanan kebudayaan.<ref name=":3" /> Saran itu diterima dengan baik oleh Ali Sadikin, dan beliau menjadi pemimpin umum majalah Budaya Jaya yang sehari-harinya ditangani oleh Ramadhan K.H. dan Ajip Rosidi.<ref name=":3" /> Tahun 1969, diangkat sebagai orang kedua (Wakil Dutabesar) di KBRI Paris, kemudian dipindahkan sebagai Wakil Dubes di Bonn ([[Jerman]]). Tahun 1975 kembali ke Indonesia, ditugaskan memimpin direktorat baru, yaitu [[Direktorat Sosial Budaya]]. Dua tahun kemudian, diangkat sebagai Dutabesar di [[Tunisia]], merangkap untuk [[Maroko]] dan [[Libia]].<ref name=":2" /> Tahun 1980 kembali ke tanah air dan ditugaskan sebagai Wakil Gubernur Lemhanas di Jakarta.<ref name=":2" /> Tahun 1983, diangkat sebagai Dutabesar di Aljazair merangkap untuk negara [[Guinea]] dan [[Mali]]. Ketika selesai menunaikan tugasnya itu, beliau masuk masa pensiun.<ref name=":2" /> Mulailah ia aktif dalam kegiatan kebudayaan dan kesenian Sunda, di antaranya membentuk [[Yayasan Dana Budaya Sunda]] yang bermaksud hendak memberikan dana untuk kegiatan kesenian dan kebudayaan dengan terlebih dahulu mengumpulkan dana dari [[masyarakat]]. Di samping itu duduk pula sebagai anggota Pengurus [[Yayasan Pembangunan Jawa Barat]] dan [[Lembaga Basa jeung Sastra Sunda]] (LBSS).<ref name=":2">Ajip Rosidi. 2000''. Ensiklopedi Sunda (alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi).'' Bandung: Pustaka Jaya. Halaman 286.</ref>▼
▲Beberapa bulan kemudian setelah ditugaskan sebagai diplomat Indonesia untuk Prancis, beliau diangkat sebagai Atase [[Kebudayaan]] dan Pers di Paris.<ref name=":1" /> Dalam menunaikan tugasnya sebagai atase kebudayaan, mencoba memperkenalkan [[bangsa]] Indonesia kepada bangsa Prancis, di antaranya dengan menerbitkan [[buku]] kecil yang berisi terjemahan [[puisi]] [[Chairil Anwar]], [[Asrul Sani]], [[Rivai Apin]], dan lain-lain ke dalam bahasa Prancis.<ref name=":1" /> Di samping itu ia juga membina hubungan dengan para [[seniman]] dan [[budayawan]] Prancis, sehingga mereka tahu tentang Indonesia.<ref name=":2" /> Hal itu terbukti, ketika kembali ke [[tanah air]], membawa puluhan buah [[lukisan]] karya para [[pelukis]] Prancis yang disumbangkan kepada Indonesia.<ref name=":2" /> Sayang lukisan-lukisan itu tidak pemah mendapat [[tempat]] yang memadai, hanya bertumpuk di salah satu ruangan [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]], [[Jakarta]].<ref name=":2" /> Setelah itu, beliau memulai pergaulan dengan para seniman Indonesia, kebanyakan yang pernah dikenalnya ketika datang ke Paris sebagai undangan Sticusa.<ref name=":2" /> Beliau terlibat dalam ke[[pengurusan]] BMKN, malah pernah duduk sebagai redaktur majalah Indonesia yang dikeluarkan oleh badan tersebut.<ref name=":2" /> Tahun 1962, ditugaskan untuk mengikuti kuliah di SESKOAD.<ref name=":2" /> Dikirimkan ke Jepang sebagai counsellor di KBRI [[Tokyo]].<ref name=":2" /> Kemudian pada tahun 1964 dipindahkan sebagai [[Wakil]] Duta besar di [[Aljazair]] untuk mempersiapkan [[Konferensi]] Bandung ke-2.<ref name=":2" /> Pada tahun 1967 kembali ke Departemen Luar Negeri untuk memimpin Biro [[Pendidikan]] para diplomat.<ref name=":2" />
▲Pada waktu itu (1968) bersama [[Ramadhan K.H.]] dan [[Ajip Rosidi]], meyakinkan [[Ali Sadikin]] yang ketika itu menjadi gubernur DKI Jakarta agar bersedia membantu pembiayaan penerbitan [[majalah]] bulanan kebudayaan.<ref name=":3" /> Saran itu diterima dengan baik oleh Ali Sadikin, dan beliau menjadi pemimpin umum majalah Budaya Jaya yang sehari-harinya ditangani oleh Ramadhan K.H. dan Ajip Rosidi.<ref name=":3" /> Tahun 1969, diangkat sebagai orang kedua (Wakil Dutabesar) di KBRI Paris, kemudian dipindahkan sebagai Wakil Dubes di Bonn ([[Jerman]]). Tahun 1975 kembali ke Indonesia, ditugaskan memimpin direktorat baru, yaitu [[Direktorat Sosial Budaya]]. Dua tahun kemudian, diangkat sebagai Dutabesar di [[Tunisia]], merangkap untuk [[Maroko]] dan [[Libia]].<ref name=":2" /> Tahun 1980 kembali ke tanah air dan ditugaskan sebagai Wakil Gubernur Lemhanas di Jakarta.<ref name=":2" /> Tahun 1983, diangkat sebagai
== Majalah Budaya Jaya ==▼
▲=== Majalah Budaya Jaya ===
Budaya Jaya merupakan majalah yang berisi tentang kebudayaan umum dan diterbitkan sebulan sekali dan memuat [[karya]] [[sastra]].<ref name=":3" /> Majalah ini terbit pertama pada tanggal 2 [[Juni]] 1968 atas inisiasi dari Ilen Surianegara, Ramadhan K.H., dan Ajip Rosidi.<ref name=":3">{{Cite book|title=Mengenang hidup orang lain: sejumlah obituari|url=https://books.google.co.id/books?id=9eou96EnD2gC&pg=PA86&lpg=PA86&dq=ilen+surianegara&source=bl&ots=3CJX2gVdk0&sig=ACfU3U2k7BmYWzwPax8JPsZtFz3-2-Ihrw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj76-jwzY_hAhXMvY8KHa8RC0kQ6AEwDXoECAgQAQ#v=onepage&q=ilen%20surianegara&f=false|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|date=2010|isbn=9789799102225|language=id|first=Ajip|last=Rosidi}}</ref> Isi dan tujuan majalah Budaya Jaya tidak pernah diubah sampai berhenti beredar pada tahun 1985.<ref name=":4" /> Tujuannya adalah ingin mengembangkan dan meningkatkan [[khazanah]] sastra dan budaya sebagai alat [[komunikasi]] sesama [[ahli]] dan masyarakat.<ref name=":4" /> [[Kertas]] yang digunakan dalam majalah ini adalah jenis [[koran]] bersampul HVS dan target penyebarannya berskala [[nasional]]. Jenis rubrik yang ditampilkan dalam majalah tersebut antara lain sebagai berikut.
Baris 59 ⟶ 61:
* Sket Vignet atau Lino.<ref name=":4" />
Adapun tim penerbitan majalah ini adalah Ilen Surianegara (penanggung jawab), Ajip Rosidi dan [[Harijadi S. Hartowardojo]] (redaksi), Ramadhan K.H., [[Moh. Amir Sutaarga]], [[Arief Budiman]], [[Asrul Sani]], [[Gayus Siagian]], [[Goenawan Mohamad]], [[
== Tanda Kehormatan ==
{| class="wikitable"
|-
! style="width:20%;"| Negara !! style="width:20%;"| Tanggal !! style="width:50%;"| Tanda Kehormatan !! style="width:5%;"| Pita Harian !! style="width:5%;"| Referensi
**[[File:Bintang Jasa Utama Ribbon.png|70px]] [[Bintang Jasa Utama]] (7 Agustus 1995)<ref>{{cite book|title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Jasa tahun 1959 s.d. 2003|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/44364-Bintang_Jasa_tahun_1964-2003.pdf|access-date=29 September 2021|archive-date=2019-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20190924015220/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/44364-Bintang_Jasa_tahun_1964-2003.pdf|dead-url=no}}</ref>▼
|-
=== Luar Negeri<ref name=":0">{{Cite book|title=Rantau dan renungan: budayawan Indonesia tentang pengalamannya di Prancis|url=https://books.google.co.id/books?id=poALBTpmn3AC&pg=PA7&lpg=PA7&dq=ilen+surianegara&source=bl&ots=P6HsSFKl4X&sig=ACfU3U17WV2oCdEkD_suXrHATyL1L6U3NA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj76-jwzY_hAhXMvY8KHa8RC0kQ6AEwCXoECAYQAQ#v=onepage&q=ilen%20surianegara&f=false|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|date=1992|isbn=9789799023674|language=id|first=Ramadhan Karta|last=Hadimadja}}</ref> ===▼
▲
|-
▲| rowspan=
|-
| 4 Februari 1977 || Officer of the [[:en:Ordre des Palmes académiques|Order of Academic Palms]] || [[File:Palmes academiques Officier ribbon.svg|70px]] ||<ref name=":0"/>
|}
== Rujukan ==
<references />{{URUTANBAKU:Surianegara, Ilen}}
[[Kategori:Budayawan Indonesia]]
[[Kategori:Budayawan Sunda]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Aljazair]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Tunisia]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Utama]]
|