Suku Badui: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Nyilvoskt memindahkan halaman Etnis Badui ke Suku Badui dengan menimpa pengalihan lama Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(15 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 11:
|related =[[Suku Banten|Sunda Banten]]{{•}}[[Suku Sunda|Sunda Priangan]]
|population=|region1=[[Banten]]|pop1={{circa}} 26.000 jiwa}}
'''Suku Badui''' {{aka}} '''Sunda Badui''' ([[Bahasa Badui]]: '''''Urang Kanékés''''', '''''Urang Cibéo''''',{{Efn|Tergantung wilayah yang mereka tinggali.}} atau kadang hanya sering disebut '''Badui''', terkadang ditulis secara tidak baku sebagai '''Baduy''')<ref name="Hasil Pencarian - KBBI Daring">{{Cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Badui|title=Hasil Pencarian - KBBI Daring|website=kbbi.kemdikbud.go.id}}</ref> merupakan sekelompok masyarakat adat [[Suku Sunda|Sunda]] di wilayah pedalaman [[Kabupaten Lebak]], [[Banten|Provinsi Banten]]. Populasi mereka sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan [[tabu]] untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah [[Badui Dalam]].
Suku Badui termasuk sub-suku dari [[suku Sunda]], mereka dianggap sebagai masyarakat [[Suku Sunda|Sunda]] yang belum terpengaruh [[modernisasi]] atau kelompok yang hampir sepenuhnya terasing dari dunia luar.
Masyarakat Badui menolak istilah "[[Pariwisata|wisata]]" atau "[[pariwisata]]" untuk mendeskripsikan kampung-kampung mereka. Sejak 2007, untuk mendeskripsikan wilayah mereka serta untuk menjaga kesakralan wilayah tersebut, masyarakat Badui memperkenalkan istilah "[[Saba Budaya Badui]]", yang bermakna "Silaturahmi Kebudayaan Badui".<ref>{{Cite news|date=2020-07-20|title=Saba Budaya Baduy Gantikan Wisata Baduy, Apakah Itu?|url=https://travel.kompas.com/read/2020/07/20/150600227/saba-budaya-baduy-gantikan-wisata-baduy-apakah-itu-|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-08-07|editor-last=Cahya|editor-first=Kahfi Dirga}}</ref>
<!-- BUTUH UPDATE KHUSUS
== Demografi ==
Baris 21:
== Etimologi ==
Sebutan "Badui" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti [[Belanda]] yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok [[Suku Badui (Arab)|Arab Badawi]] yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah ([[nomaden]]). Kemungkinan lain adalah karena adanya [[Sungai Badui]] dan [[Gunung Badui]] yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai ''[[urang Kanekes]]'' atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti ''[[Urang Cibeo]]'' (Garna, 1993).
Berdasarkan [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], penulisan yang tepat adalah "Badui", bukan "Baduy".<ref name="Hasil Pencarian - KBBI Daring"/>
Baris 27:
== Wilayah ==
[[Berkas:Rumah Tradisional Warga Baduy Luar 2.jpg|jmpl|Bangunan rumah adat warga Badui Luar]]
Suku Badui bermukim di wilayah di [[Kanekes, Leuwidamar, Lebak|Desa Kanekes]], [[Leuwidamar, Lebak|Kecamatan Leuwidamar]], [[Kabupaten Lebak]]. Permukimannya terpusat di [[daerah aliran sungai]] pada [[Ci Ujung|sungai Ciujung]] yang termasuk dalam wilayah Cagar Budaya [[Pegunungan Kendeng]].<ref>{{Cite book|last=BPS Provinsi Banten|date=2019|url=https://dmsppid.bantenprov.go.id/upload/dms/52/buku-pbda-2019-final.pdf|title=Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019|publisher=Dinas Pariwisata Provinsi Banten|pages=51|url-status=live}}</ref> Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng yang berjarak sekitar 40 km dari Ibu Kota Kabupaten Lebak, yaitu [[Rangkasbitung|
Tiga desa utama Kanekes Dalam adalah [[Cikeusik (Kanekes)|Cikeusik]], [[Cikertawana]], dan [[Cibeo]].{{Butuh rujukan}}
Baris 98:
Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah "Pu'un" yang ada di tiga kampung ''tangtu''. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan ''Pu'un'' tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.
== Mata pencaharian dan pemenuhan pangan ==
Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani [[
== Interaksi dengan masyarakat luar ==
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat-istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya [[Kesultanan Banten]] yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan ''[[seba]]'' ke [[Kesultanan Banten]] (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui [[Kabupaten Lebak|Bupati Lebak]] di [[Rangkasbitung, Lebak|
Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara [[barter]], sekarang ini telah mempergunakan mata uang [[rupiah]] biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para [[tengkulak]]. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.
|