Baabullah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Razorsone (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App full source
 
(43 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
|name = Baabullah
|title = Sultan Ternate ke-24
|succession = [[Sultan Ternate]]
|reign = 1570–1583
Baris 13 ⟶ 14:
|death_date = Juli 1583
|religion = [[Islam]]
|image=Sultan Babullah of Ternate 1579.jpg
}}
|signature = Signature and seal of Babullah.jpg}}
 
'''Sultan Baabullah''' (10 Februari 1528 (?) – Juli 1583) atau '''Babullah''', juga dikenali sebagai '''Baab''' atau '''Babu''' dalam sumber Eropa, merupakan [[sultan]] ke-7 dan penguasa ke-24 [[Kesultanan Ternate]] di [[Kepulauanmaluku utara|Maluku Utara]] yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Ia dianggap sebagai Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku karena keberhasilannya mengusir penjajah [[Orang Portugis|Portugis]] dari Ternate dan membawa kesultanan tersebut kepada puncak kejayaannya di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dikenali dengan gelar "Penguasa 72 Pulau", berdasarkan wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, yang mencakup sebagian besar Kepulauan Maluku, [[Kepulauan Sangihe|Sangihe]] dan sebagian dari [[Sulawesi]]. Pengaruh Ternate pada masa kepemimpinannya bahkan mampu menjangkau [[Solor]] (Lamaholot), Bima ([[Pulau Sumbawa|Sumbawa]] bagian timur), [[Mindanao]], dan [[Raja Ampat]].<ref>Robert Cribb (2000) ''Historical atlas of Indonesia''. Richmond: Curzon, p. 103.</ref> Peran Maluku dalam jaringan niaga Asia meningkat secara signifikan karena perdagangan bebas hasil rempah dan hutan Maluku pada masa pemerintahannya.{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. I, hlm. 47}}
 
== Kehidupan awal ==
=== Masa muda ===
Menurut tradisi, Baabullah dilahirkan pada 10 Februari 1528. Meski begitu, tanggal ini mungkin terlalu awal, karena ayahnya, [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun Jamil]] (memerintah 1535–⁠1570), lahir pada sekitar tahun 1522 menurut catatan Portugis.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian II:5, hlm. 39}} ''Kaicili'' (pangeran) Baab merupakan putra tertua, atau setidaknya salah satu yang tertua, dari Sultan Khairun dan permaisurinya Boki Tanjung,<ref>Naïdah (1878) "Geschiedenis van Ternate", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 4:1, p. 441.[https://brill.com/view/journals/bki/26/1/article-p381_30.xml]</ref> putri Sultan Alauddin I dari [[Kepulauan Bacan|Bacan]].{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16}} Menurut satu catatan hikayat yang disusun jauh di kemudian hari oleh penulis Ternate [[Naidah]], Baab juga merupakan anak angkat dari Sultan Bacan.{{sfnp|Naidah|1878|p=411, 449}} Tak banyak yang diketahui mengenai masa kecilnya, kecuali bahwa ayahnya memberikan pendidikan dalam hal-hal keagamaan; ia diajari untuk "berdakwah kepada masyarakat", yang ditafsirkan sebagai tanda bahwa ia memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang al-Qur'an.{{sfnp|Jacobs|1974|p=239}} ''Kaicili'' Baab dan saudara-saudaranya kemungkinan mendapatkan pemahaman ilmu agama dari [[mubalig]] dan ilmu peperangan dari ahli militer.<ref>Cf. Hubert Jacobs (1971) ''A treatise on the Moluccas (c. 1544)''. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 123.</ref>
 
Sejak kecil, ia menemani ayahnya kemana-mana, termasuk ketika sang sultan diasingkan untuk sementara ke [[Goa, India|Goa]] pada tahun 1545 hingga 1546.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 185.</ref> Beranjak dewasa, ia membantu ayahnya menjalankan pemerintahan kesultanan, dan ikut menandatangani surat perjanjian vasalisasi Ternate kepada Portugis pada tahun 1560—surat Indonesia tertua dengan stempel kesultanan yang masih bertahan.<ref>Annabel Teh Gallop (2019) ''Malay seals from the Islamic world of Southeast Asia''. Singapore: NUS Press, Nos 1836-1837.</ref> Sumber-sumber Portugis semasa mengenali Baab sebagai calon pewaris takhta (''herdeiro do reino'') Ternate, walaupun ada pula sumber lain yang menyebut bahwa ia memiliki satu atau dua saudara dengan klaim takhta yang lebih kuat.{{sfnp|Jacobs|1974|p=61}}{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16–⁠17}}
 
=== Hubungan Ternate-Portugis ===
Ternate yang merupakan pusat utama [[Perdagangan rempah|perdagangan]] [[cengkeh]] memiliki ketergantungan yang kuaterat pada Portugis sejak mereka mendirikan benteng batu di sana pada tahun 1522.{{sfnp|Andaya|1993|p=117}} Pada awalnya, elit Ternate menganggap bahwa Portugis yang memegang kuasa atas bandar persinggahan di [[Melaka Portugis|Melaka]] serta memiliki persenjataan yang relatif lebih unggul dapat dijadikan sebagai sekutu yang berguna. Namun, setelah beberapa waktu, perilaku para serdadu Portugis yang tidak disukai masyarakat setempat memicu penolakan. Hubungan antara Sultan Khairun dan kapten-kapten Portugis tidak begitu mulus, walaupun mereka tetap membantunya mengalahkan negeri-negeri lain di Maluku, seperti [[Kesultanan Tidore]] dan [[Jailolo]].{{sfnp|Andaya|1993|p=122}}{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian IV:1, hlm. 399–⁠400}}
 
Konflik antara Ternate dan Portugis pecah pada tahun 1560-an, ketika Muslim di [[Pulau Ambon|Ambon]] meminta bantuan dari Sultan untuk mencegah orang-orang Eropa yang mencoba mengkristenkan daerah tersebut. Sultan Khairun pun mengirimkan sebuah armada di bawah pimpinan ''Kaicili'' Baab untuk mengepung desa Kristen Nusaniwi pada tahun 1563. Namun, pengepungan ini dibatalkan setelah tiga kapal Portugis datang.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian IV:1, hlm. 405}} Selama beberapa waktu setelah tahun 1564, orang-orang Portugis terpaksa meninggalkan Ambon secara keseluruhan, walaupun mereka kembali menetap di sana pada tahun 1569.{{sfnp|Jacobs|1974|p=12}} Baab juga ikut andil dalam sebuah ekspedisi ke bagian utara Sulawesi pada 1563 untuk membawa wilayah tersebut ke dalam kuasa kesultanan pimpinan ayahnya. Petinggi Portugis memahami bahwa penaklukan semacam ini akan diikuti dengan penyebaran agama Islam yang dapat menggoyahkan posisi mereka di Nusantara, sehingga mereka pun berusaha mendahuluinya dengan usaha pengkristenan penduduk [[Manado]], [[Pulau Siau]], Kaidipang, dan Toli-Toli, antara lain.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian IV:3, hlm. 418–420; Bagian IV:5, hlm. 440}}
Baris 31 ⟶ 33:
 
=== Kematian Sultan Khairun ===
Selepas perselisihan mengenai kepemilikan Pulau Ambon, Khairun semakin meningkatkan kekuatan Ternate hari demi hari. Perkembangan ini membuat pemimpin-pemimpin Portugis khawatir. Wilayah pengaruh Portugis di [[Halmahera]] diserang oleh pasukan-pasukannya. Sebagai penguasa jalur laut, Khairun juga dapat menghentikan pengiriman suplai bahan pangan yang vital dari Moro di Halmahera ke pemukiman Portugis di Ternate.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian IV:4, hlm. 441–⁠443}} Pada tahun 1570 Kapten Diogo Lopes de Mesquita (1566-1570) secara resmi melakukan rekonsiliasi dengan sang Sultan, tetapi hal ini tidak menurunkan ketegangan antar kedua pihak.<ref>Willard A. {{sfnp|Hanna & Des |Alwi (|1990) ''Turbulent times past in Ternate and Tidore''. Banda Naira: Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira, |p. 86-7.</ref>=86–87}}<!-- Apparently the Portuguese peace appeal was only for gaining time to consolidate their strength, waiting for the right moment to repay Ternate.-->
 
Lopes de Mesquita mengundang Khairun ke kediamannya di [[Benteng Kastela|São João Baptista]] (Benteng Kastela) pada tanggal 25 FebruaryFebruari 1570 untuk sebuah jamuan, dengan dalih bahwa ia hendak mengajak sang sultan mendiskusikan masalah serius. Khairun menyanggupi undangan ini dan datang sendiri ke dalam benteng, sebab pengawal tidak diperbolehkan masuk. Martim Afonso Pimentel, keponakan sang kapten, diperintahkan untuk berjaga di sisi dalam gerbang. Begitu Khairun hendak beranjak keluar, Pimentel menikamnya dengan belati hingga sang sultan gugur.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=87}}<!--Mesquita that by removing Hairun, Maluku would lose its only prominent leader and resistance be scattered. Here, however, he underestimated the anti-Portuguese resentment which had built up during the last decades, in particular canalized through Prince Baab.-->
 
== Masa pemerintahan ==
=== Kenaikan takhta ===
Kematian tragis Sultan Khairun memicu kemurkaan orang-orang Ternate serta raja-raja Maluku lainnya. Dewan diraja Ternate, yang didukung oleh para ''kaicili'' dan ''sangaji'' (penguasa daerah), mengadakan musyawarah di Pulau Hiri dan menetapkan ''Kaicili'' Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya, dengan gelar ''Sultan Baabullah Datu Syah''. Menurut satu riwayat yang tercatat di kemudian hari, pada pertemuan itu mereka berikrar: "Apa yang mesti kita segani dari Portugis jika kita menyadari kekuatan kita sendiri? Apa yang mesti kita takuti, apa yang dapat membuat kita putus asa? Bangsa Portugis memuliakan orang yang merampok paling banyak, dan yang bergelimang kejahatan serta dosa-dosa besar ... Negeri kita adalah tanggungan kita, dan begitu pula perlindungan akan orang tua, istri, anak-anak dan kemerdekaan kita."<ref>Bartholomew Leonardo de Argensola (1708) ''The Discovery and Conquest of the Molucco and Philippine Islands''. London, p. 54.[https://archive.org/details/discoveryandcon01argegoog/page/n80/mode/2up]</ref> Sultan bermaksud untuk berperang demi menegakkan kembali agama [[Islam]] di Maluku, membawa Kesultanan Ternate menjadi kekuatan utama, dan mengusir orang-orang Portugis dari negerinya.{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. I, hlm. 40}}{{sfnp|Andaya|1993|p=132}}
 
Tak lama setelah penobatannya, Sultan Baabullah menyumpahkan permusuhan yang tak dapat lagi didamaikan kepada orang-orang Portugis di seluruh wilayah kekuasaannya.<ref>Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55.[https://archive.org/details/discoveryandcon01argegoog/page/n80/mode/2up Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55]</ref><!-- Though the word is not used by the European sources, this corresponded to the holy war or [[Jihad]], as seen from the strongly anti-Christian agenda. No less than his father he emerged as a capable coordinator of different ethnic and cultural groups in the eastern archipelago.--> Untuk menguatkan posisinya, Baabullah menikahi saudari Sultan [[Gapi Baguna]] dari Tidore.<ref>Diogo do Couto (1777) ''Da Asia'', Decada VIII. Lisboa : Na Regia officina typografica, p. 269-70.[https://archive.org/details/daasiadejoodebar08barr/page/270/mode/2up]</ref>{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16}} Beberapa raja Maluku lainnya menyisihkan sejenak perselisihan mereka dan bergabung di bawah pasukan Baabullah dan bendera Ternate. Begitu pula sejumlah penguasa daerah di sekitar Maluku. Baabullah juga didukung oleh beberapa panglima yang cakap dalam peperangan, seperti Sultan Jailolo, penguasa [[Kepulauan Sula|Sula]] Kapita Kapalaya, dan juga panglima laut Ambon Kapita Rubohongi beserta anaknya Kapita Kalasinka.<ref>François Valentijn (1724) ''Oud en Nieuw Oost-Indien'', Vol. I. Amsterdam: Onder de Linden, p. 144.[https://archive.org/details/oudennieuwoostin01vale/page/144/mode/2up]</ref>
 
=== Pengusiran Portugis ===
{{utama |Perang Ternate-Portugis}}
[[File:Kora kora of the King of Ternate.jpg|thumb|left|upright=1.52|Penggambaran tahun 1601 untuk ''kora-kora'' yang digunakan oleh penguasa Ternate]]
Sebagai balasan atas pembunuhan Khairun, Baabullah meminta agar Lopes de Mesquita dibawa ke hadapannya untuk diadili. Benteng-benteng Portugis di Ternate, yaitu [[Benteng Tolukko|Tolucco]], [[Benteng Kalamata|Santa Lucia]], dan [[Benteng Kota Janji|Santo Pedro]] jatuh dalam waktu singkat, menyisakan São João Baptista (kediaman Mesquita) sebagai pertahanan terakhir. Di bawah komando Baabullah, pasukan Ternate mengepung São João Baptista dan memutuskan hubungan benteng tersebut dengan dunia luar; suplai makanan dari luar tidak diperbolehkan masuk kecuali sejumlah kecil sagu yang hampir-hampir tidak dapat membantu penduduk benteng bertahan hidup. Walaupun begitu, pasukan Ternate sesekali memperbolehkan pertemuan antara penduduk benteng yang dikepung dengan masyarakat pulau lainnya—sebab banyak penduduk asli Ternate kala itu yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Portugis melalui pernikahan. Dalam kondisi tertekan seperti ini, orang-orang Portugis mengangkat Alvaro de Ataide sebagai kapten baru mereka menggantikan Lopes de Mesquita. Namun, pergantian kepemimpinan ini tidak menggoyahkan niat Baabullah untuk mengusir orang-orang Eropa.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=88–⁠91}}
 
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya menyerang wilayah-wilayah yang menjadi pusat misi [[Yesuit]] di [[Pulau Halmahera|Halmahera]], dan memaksa penguasa Bacan yang sudah dibaptis untuk beralih kembali ke Islam pada sekitar tahun 1571.{{sfnp|Andaya|1993|p=132}} Pada tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan enam ''kora-kora'' besar di bawah pimpinan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 210.</ref> Pasukan Ternate juga berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di [[Pulau Seram|Seram]]), [[Ambelau]], [[Manipa]], [[Kelang]] dan [[Boano]]. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos berusaha dengan susah payah untuk mempertahankan benteng-benteng mereka, dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.<ref>Gerrit Knaap (2004) ''Kruidnagelen en Christenen: De VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696''. Leiden: KITLV Press, p. 17-9.</ref> Dengan bantuan penduduk setempat yang sudah masuk Kristen, Vasconcellos sempat berhasil menangkal serangan Ternate di [[Pulau Buru]] selama beberapa waktu,<ref>A.B. de Sá (1956), p. 331, 396-7.</ref> akan tetapi wilayah tersebut jatuh ke Ternate tak lama setelah serangan baru dilancarkan di bawah pimpinan Kapita Rubohongi.{{sfnp|Jacobs|1974|p=691}}<ref>Georgius Everhardus Rumphius (1910) "De Ambonsche historie", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 64, p. 18-9.[https://brill.com/view/journals/bki/64/1/article-p1_1.xml] Buru later fell under Tidore's suzerainty for a while; see Hubert Jacobs (1980) ''Documenta Malucensia'', Vol. II. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 22; </ref>
 
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung Portugis telah benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon. Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=92}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
 
Maka, orang-orang Portugis pun menyerah dan pergi meninggalkan Ternate tak lama kemudian. Sultan Baabullah memegang janjinya dan tidak ada satu pun dari mereka yang dilukai. Ia menyatakan bahwa orang-orang Portugis tetap dapat berkunjung sebagai pedagang dan harga cengkeh untuk mereka tidak akan berubah. Sebuah kapal dari Melaka datang menjemput sisa-sisa orang Portugis di Ternate dan membawa mereka berlayar menuju Ambon.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian IV:6, hlm. 455–45⁠6}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}} Sebagian dari mereka melanjutkan perjalanan ke Melaka sementara yang lain pergi menuju [[Solor]] dan [[Pulau Timor|Timor]] untuk berpartisipasi dalam perdagangan kayu cendana.<ref>Arend van Roever (2002) ''De jacht op sandelhout: De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers.</ref> Baabullah menahan sejumlah kecil orang Portugis di dalam benteng hinggadan pembunuhbaru ayahnyamembiarkan diadili.mereka Setelahpergi orang-orangsetelah mereka yang terlibat dengandalam pembunuhan tersebutKhairun dihukum, barulah mereka dibiarkan pergi.{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
 
=== Kunjungan Francis Drake ===
[[Berkas:Sultan_Babullah_of_Ternate_1579.jpg|jmpl|Sultan Baabulah dan Francis Drake]]
[[File:Francis Drake in Ternate 1579.jpg|thumb|right|upright=1.2|Pertemuan antara Francis Drake dan Baabullah pada tahun 1579]]
{{quote box
|width = 300px
|align = left
|quoted = true
|salign = left
|quote = Sang raja akhirnya datang dari benteng, bersama 8 atau 10 orang anggota dewan yang menyertainya, dalam naungan payung yang sangat mewah (dengan hiasan bersepuh emas di tengahnya), dan dipagari dengan 12 tombak yang matanya diarahkan ke bawah: orang-orang kita (yang disertai oleh Moro, saudara Sultan) bangkit untuk menemuinya, dan ia dengan sangat ramah menyambut dan berbasa-basi dengan mereka.
 
Pertemuan antara Francis Drake dan
Sebagaimana yang telah kami gambarkan sebelumnya, ia bersuara lirih, bicaranya halus, dengan keanggunan sikap seorang raja, dan berkebangsaan Moor. Pakaiannya mengikut gaya penduduk negerinya, tetapi jauh lebih mewah, sebagaimana dituntut oleh keberadaan dan statusnya; dari pinggang ke tanah ia mengenakan kain bersulam emas yang mewah; betisnya dibiarkan tersingkap, tetapi tapak kakinya tertutup sepatu dari beludru berwarna merah; hiasan kepalanya bertatahkan berbagai cincin berlapis emas, selebar satu atau satu setengah inci, yang membuatnya indah dan agung dipandang, mirip seperti mahkota; di lehernya ia mengenakan kalung rantai dari emas murni yang mata rantainya besar sekali dan satu rangkaian rangkap; di tangan kirinya terdapat Intan, batu Zamrud, batu Merah Delima dan batu Pirus, 4 batu permata yang sangat indah dan sempurna; di tangan kanannya; pada satu cincin terdapat satu batu Pirus besar dan sempurna, dan pada cincin lain terdapat banyak Intan berukuran lebih kecil, yang ditatahkan dengan sangat indah.
Pada tanggal 3 November 1579, Sultan Baabullah menerima kunjungan dari penjelajah Inggris [[Francis Drake]], yang kala itu sedang memimpin sebuah ekspedisi pelayaran [[sirkumnavigasi|keliling dunia]] (ekspedisi keliling dunia kedua yang berhasil diselesaikan setelah [[Ekspedisi Magellan-Elcano]]). Drake menggambarkan Baabullah sebagai pria yang "berperawakan tinggi, sangat gemuk dan kuat, dengan wajah yang terkesan ramah dan layaknya bangsawan".{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=98}} Baabullah menerima tamunya dengan gembira, mendatangi armada Drake untuk menyambut mereka di sana. Sang sultan menyatakan pertemanan abadinya dengan [[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth]], kemungkinan dengan maksud untuk mengajak serta Inggris dalam perseteruan melawan Portugis.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=95–⁠96}} Drake sendiri memang sengaja memilih berlabuh di Ternate karena mengetahui bahwa Ternate merupakan musuh Portugis.{{sfnp|Lessa|1984|p=70}} Meski begitu, Drake menahan diri dari menyanggupi ajakan Baabullah untuk menyerbu orang-orang Portugis yang kini menetap di Tidore.<ref>A.E.W. Mason (1943) ''The life of Francis Drake''. London: Readers Union, p. 157.[https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.523176/page/n163/mode/2up]</ref>
|source = — ''[[:commons:File:The World Encompassed by Sir Francis Drake, Being His Next Voyage to That to Nombre de Dios Formerly Imprinted- Carefully Collected out of the Notes of Master Francis Fletcher, Preacher in This WDL624.pdf|The World Encompassed by Sir Francis Drake]]'', hlm. 91
}}
Pada tanggal 3 November 1579, Sultan Baabullah menerima kunjungan dari penjelajah Inggris [[Francis Drake]], yang kala itu sedang memimpin sebuah ekspedisi pelayaran [[sirkumnavigasi|keliling dunia]] (ekspedisi keliling dunia kedua yang berhasil diselesaikan setelah [[Ekspedisi Magellan-Elcano]]). Drake menggambarkan Baabullah sebagai pria yang "berperawakan tinggi, sangat gemuk dan kuat, dengan wajah yang terkesan ramah dan layaknya bangsawan".{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=98}} Baabullah menerima tamunya dengan gembira, mendatangi armada Drake untuk menyambut mereka di sana. Sang sultan menyatakan pertemanan abadinya dengan [[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth]], kemungkinan dengan maksud untuk mengajak serta Inggris dalam perseteruan melawan Portugis.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=95–⁠96}} Drake sendiri memang sengaja memilih berlabuh di Ternate karena mengetahui bahwa Ternate merupakan musuh Portugis.{{sfnp|Lessa|1984|p=70}} Meski begitu, Drake menahan diri dari menyanggupi ajakan Baabullah untuk menyerbu orang-orang Portugis yang kini menetap di Tidore.<ref>A.E.W. Mason (1943) ''The life of Francis Drake''. London: Readers Union, p. 157.[https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.523176/page/n163/mode/2up]</ref>
 
Setelah perbincangan babak pertama berakhir, Baabullah mengirimkan hidangan mewah bagi Drake dan para awaknya di kapal. Hidangan yang disajikan mencakup nasi, ayam, tebu, air gula, buah-buahan, dan sagu. Drake merasa terkesan dengan Baabullah, dan menggambarkannya sebagai figur yang populer di kalangan rakyatnya.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=102}} Namun, ia tidak berhasil menegosiasikan hak dagang eksklusif bagi Inggris karena penolakannya atas permintaan Baabullah untuk membantu Ternate menyerang Portugis. Sumber Spanyol bahkan menyatakan bahwa sempat terjadi cekcok antara dirinya dan Baabullah, sebab ia menolak untuk membayar [[bea|bea ekspor]] sebesar 10% yang telah ditetapkan oleh Sultan untuk hasil bumi Ternate. Kedua pihak baru berdamai setelah Drake mengirimkan sejumlah hadiah untuk Sultan dan berjanji akan memberikan bantuan persenjataan bagi Ternate.{{sfnp|Lessa|1984|p=73}} Drake pun bersegera meninggalkan Ternate pada tanggal 9 November dengan sejumlah kecil cengkeh berkualitas tinggi, dan melanjutkan perjalanan melalui Sulawesi, Barativa (kemungkinan di [[Nusa Tenggara Timur]]?) dan Jawa.{{sfnp|Lessa|1984|p=73–75}}{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=102}}
 
=== Masa keemasan Ternate ===
Selepas kepergian Portugis, Sultan Baabullah mengambil alih São João Baptista dan memanfaatkannya sebagai benteng sekaligus istana kediamannya. Ia merenovasi danserta memperkuat pertahanan benteng tersebut dan mengganti namanya menjadi [[Benteng Kastela|Gammalamo]]. Di bawah perlindungan Baabullah, kapal-kapal dagang dari Melaka diperbolehkan singgah di Ternate setiap tahunnya, untuk memastikan bahwa arus niaga dengan kawasan sekitar serta Eropa tetap berlangsung dengan baik. Hanya saja, hak-hak istimewa kini ditiadakan, sehingga pedagang Barat diperlakukan serupa pedagang dari negeri lainnya dan mendapatkan pengawasan yang ketat. Sultan Baabullah bahkan mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap orang Eropa yang singgah ke Ternate untuk melepaskan topi dan sepatu mereka, sebagai pengingat agar mereka tahu diri dan bersikap sesuaimenjaga keadaansikap.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=94}}
 
[[File:Kastella, Portuguese built in 1522, shown in 1607.jpg|thumb|right|upright=1.3|Benteng Gammalamo yang sempat dijadikan kediaman Baabullah, sebagaimana digambarkan dalam sebuah sketsa dari tahun 1607. Struktur asli benteng berada di kiri bawah.]]
Sultan Baabullah merawat dan merintis jejaring persekutuan dengan penguasa-penguasa dan negeri-negeri lain di Nusantara. Muslim [[Suku Jawa|Jawa]] dari negeri-negeri ''[[pasisir]]'' (pantai utara) Jawa menjadi sekutu utama Ternate.{{sfnp|Jacobs|1980|loc=Vol. II, hlm. 12}} Beberapa misi dikirimkan kepada wilayah-wilayah yang diklaim oleh Ternate untuk menuntut kesetiaan mereka kepada kebijakan-kebijakan Sultan. Pada tahun 1580 Baabullah disebut memimpin sebuah ekspedisi pelayaran besar-besaran (''hongi'') yang mengunjungi sejumlah tempat di Sulawesi. Sang sultan sempat pula singgah ke [[Makassar]] dan bertemu dengan raja [[Kesultanan Gowa|Gowa]], [[Tunijallo|Tunijalloʼ]]. Kedua penguasa ini mengikat perjanjian persekutuan. Kemudian, Baabullah mengajak Tunijalloʼ untuk masuk Islam, tetapi Tunijalloʼ menolak permintaan tersebut secara halus. Walaupun begitu, sebagai tanda pertemanan, Baabullah menawarkan untuk membantu renovasi [[Benteng Somba Opu]] di pantai timur Gowa. Setelah beranjak dari Gowa, armada Ternate menaklukkan wilayah [[Pulau Selayar|Selayar]] di selatan Sulawesi.<ref>François Valentijn (1724) ''Oud en Nieuw Oost-Indien'', Vol. I. Amsterdam: Onder den Linden, p. 207-8.[https://archive.org/details/oudennieuwoostin01vale/page/208/mode/2up]</ref>
 
Di bawah kepemimpinan Baabullah, Kesultanan Ternate menggapai masa jayanya. Kombinasi dari pengaruh sosiopolitik agama Islam, imbas dari keberadaan Portugis (yang sebelumnya menyuplai persenjataan serta mendorong penyeragaman pertanian cengkeh demi efisiensi), serta harga cengkeh yang semakin melonjak, memperkuat dan memperluas cengkeraman Ternate atas jalur perdagangan rempah.{{sfnp|Lieberman|2009|p=853–⁠854}} Pada awal masa pemerintahannya, Sultan mengirimkan armada untuk menaklukan Buru, Seram, dan sebagian wilayah Ambon. Pada ekspedisi tahun 1580 negeri-negeri di [[Sulawesi Utara]] juga ditaklukkan. Tradisi setempat menyebutkan bahwa Ternate menggabungkan strategi interferensi atas persaingan kekuasaan internal dan politik perkawinan untuk mendapatkan pengaruh. Raja Humonggilu dari [[Limboto, Gorontalo|Limboto]], misalnya, meminta bantuan Ternate untuk mengalahkan saingannya, Raja Pongoliwu dari [[Gorontalo]]. Humonggilu lalu menikahi adik Baabullah, Jou Mumin.{{sfnp|Liputo|1949|loc=Vol. XI, hlm. 40}} Sementara, saudari dari raja yang dikalahkan dibawa ke Ternate untuk dinikahkan dengan seorang bangsawan. Baabullah sendiri dsiebut-sebut menikahi seorang putri dari [[Teluk Tomini]] bernama Owutango, yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan tersebut.{{sfnp|Liputo|1950|loc=Vol. XII, hlm. 23, 26–7}} PadaDalam ekspedisi tahunyang 1580sama, wilayah [[Kerajaan Banggai|Banggai]], [[Bungku|Tobungku]] (keduanya di Sulawesi Timur), Tiworo (Sulawesi Tenggara) dan [[Kesultanan Buton|Buton]] juga jatuh ke dalam kuasa Sultan.{{sfn|Andaya|1993|p=134}} Pengaruh Ternate bahkan mencapai [[Kepulauan Solor]], yang menjadi gerbang bagi perdagangan [[cendana]] di Timor,<ref>Arend de Roever (2002) ''De jacht op sandelhout; De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers, p. 72.</ref> serta [[Kepulauan Banda]] tempat penghasil [[pala]].<ref>Peter Lape ''Contact and conflict in the Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th-17th centuries''. PhD thesis, Brown University, p. 64.</ref>
 
[[File:Kastella, Portuguese built in 1522, shown in 1607.jpg|thumb|right|upright=1.35|Benteng Gammalamo yang sempat dijadikan kediaman Baabullah, sebagaimana digambarkan dalam sebuah sketsa dari tahun 1607. Struktur asli benteng berada di kiri bawah.]]
Daftar wilayah jajahan Ternate yang disusun oleh sumber Spanyol pada sekitar tahun 1590 juga menyebut Mindanao, [[Raja Ampat|Kepulauan Papua]] (Raja Ampat) serta [[Kesultanan Bima|Bima]] dan Kore di [[Pulau Sumbawa|Sumbawa]], walaupun sepertinya wilayah-wilayah ini tidak terlalu terikat dengan Ternate.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:1, hlm. 161–162}} Meski kawasan-kawasan yang jauh dari Ternate hanya merupakan [[negara pembayar upeti]] yang lumayan merdeka, banyak pula wilayah yang diperintah oleh wakil (bergelar ''sangaji'') yang ditunjuk langsung oleh Sultan. Karena luas wilayah kekuasaannya, Baabullah juga dijuluki sebagai "Penguasa 72 Pulau", sebagaimana dicatat oleh sejarawan dan ahli geografi Belanda [[François Valentijn]] (1724).<ref>François Valentijn (1724) ''Oud en Nieuw Oost-Indien'', Vol. I. Amsterdam: Onder de Linden, p. 208.[https://archive.org/details/oudennieuwoostin01vale/page/208/mode/2up]; similarly denominated in Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55.[https://archive.org/details/aad4285.0001.001.umich.edu/page/55/mode/2up]</ref> Pada masa ini, Ternate merupakan negara terkuat dan termakmur di kawasan Timurtimur Nusantara.{{sfnp|Andaya|1993|p=136}} Menurut sumber-sumber Spanyol, Baabullah bahkan memiliki kekuatan untuk memanggil 2.000 ''kora-kora'' dan 133.300 tentara dari [[Sulawesi]] hingga [[Pulau Papua|Papua]] di bawah panjinya.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:1, hlm. 161–⁠162}}
 
=== TernateHubungan pascadengan Baabullahnegeri lain ===
[[Berkas:Makam_Sultan_Babullah.jpg|thumb|300px|Makam Sultan Babullah di [[Foramadiahi]], Ternate]]
Permulaan tahun 1583 Sultan Baabullah dipanggil menghadap Sang Khaliq. Adapun penyebab maupun tempat kematiannya masih diperdebatkan, tetapi apapun dan dimanapun itu kematian Sultan Baab sebagai putera kebanggaan Maluku meninggalkan duka mendalam bagi rakyatnya. Ia adalah satu-satunya putera Nusantara yang meraih kemenangan mutlak atas kekuatan barat. Keberhasilannya mengantarkan Ternate menjadi kerajaan besar dan mencapai puncak kejayaan bukanlah satu – satunya tanda kebesarannya. Ia telah berhasil menanamkan rasa percaya diri rakyatnya untuk bangkit menghadapi kekuasaan asing yang ingin menguasai kehidupan mereka. Sultan Baabullah adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang – wenangan bangsa asing. Ia tak sudi tunduk pada kekuasaan asing dan menempatkan dirinya sejajar dengan mereka, menjadi tuan di negeri sendiri. Sepeninggal Sultan Baabullah tak ada lagi pemimpin lain di Ternate maupun Maluku yang sekaliber dia. Para penggantinya tak mampu berbuat banyak mempertahankan kebesaran Ternate.
 
Ternate di bawah Baabullah tidak sepenuhnya tanpa lawan. Sultan Tidore, [[Gapi Baguna]], mendukung Baabullah melawan Portugis untuk membalas pembunuhan Khairun, tetapi begitu perang usai, Ternate dan Tidore kembali bermusuhan.{{sfnp|Andaya|1993|p=133}} Gapi Baguna berlayar menuju Ambon pada tahun 1576 untuk merundingkan persekutuan strategis dengan Portugis. Dalam perjalanan pulang ia dijebak oleh sebuah armada Ternate dan tertangkap, tetapi ia berhasil dibebaskan melalui penyerbuan yang dilakukan oleh kerabatnya, ''Kaicili'' Salama.{{sfnp|Jacobs|1974|p=703–704}}{{sfnp|de Sá|1956|p=354–356}} Pada tahun 1578, Gapi Baguna mengizinkan Portugis membangun benteng di Tidore, dengan harapan agar perdagangan rempah beralih ke sana dan agar Portugis memberikan sokongan militer untuk menghadapi Ternate. Setelah [[Uni Iberia|penyatuan Portugal dengan Spanyol menjadi Uni Iberia]] pada tahun 1581, pasukan dari [[Filipina Spanyol|daerah jajahan Spanyol di Filipina]] dikirimkan untuk menguatkan posisi Iberia di Maluku. Sepasukan armada Spanyol mencapai Tidore pada tahun 1582, dan berusaha untuk melemahkan Baabullah melalui penyerangan ke Ternate. Akan tetapi, sebuah wabah yang terjadi kala itu berdampak parah pada pasukan Spanyol hingga mereka harus pulang kembali ke [[Manila]] dengan tangan kosong.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:3, hlm. 179}}
Sultan Baabullah Datu Syah digantikan puteranya [[Sultan Said Barakati]] ([[1583]] – [[1606]]) yang terus mengobarkan perang terhadap [[Portugis]] dan [[Spanyol]].
 
Baabullah melanjutkan kebijakan ayahnya yang menjalin hubungan dengan negeri-negeri Muslim dari segala penjuru. Pada periode sekitar tahun 1570 terjadi serbuan serempak terhadap wilayah jajahan Portugis oleh negeri-negeri Muslim di [[India Selatan]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dengan dukungan [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]], yang mungkin saja berkaitan dengan upaya perlawanan yang dilakukan oleh Baabullah.<ref>Anthony Reid (2006) "The pre-modern sultanate's view of its place in the world", in Anthony Reid (ed.), ''Veranda of violence; The background to the Aceh problem''. Singapore: Singapore University Press, p. 57.</ref> Hanya di Maluku penyerbuan ini berhasil; seluruh serangan di Samudra Hindia berhasil dipatahkan oleh Portugis dan berakhir dengan kekalahan bagi negeri-negeri Muslim.<ref>C.R. Boxer (1969) ''The Portuguese seaborne empire''. London: Hutchinson, p. 39-65.</ref> Baabullah mengirim ''Kaicili'' Naik ke [[Lisbon]] sebagai utusan kepada [[Felipe II dari Spanyol|Felipe II]], Raja Spanyol dan Portugal, untuk menuntut hukuman bagi mereka yang terlibat dalam pembunuhan Sultan Khairun. (Pimentel, pelaku utama pembunuhan, sebetulnya sudah terbunuh dalam sebuah insiden di Jawa{{sfnp|Jacobs|1980|p=72}}). Perundingan di Lisbon berakhir tanpa kepastian; hanya saja, tujuan utama perjalanan utusan ini adalah untuk berdiplomasi dan menjalin persekutuan dengan negeri-negeri Muslim di sepanjang jalan, termasuk [[Brunei]], Aceh dan Sunda ([[Kesultanan Banten|Banten]]?). Ketika ''Kaicili'' Naik sampai kembali ke Ternate setelah misi yang sukses ini, Baabullah telah mangkat.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:4, hlm. 199}}
== Referensi ==
 
Selama pemerintahannya, pedagang-pedagang dari negeri Muslim yang jauh seperti [[Kesultanan Utsmaniyah|Turki Utsmani]] sempat singgah di istana, dan Portugis mencatat adanya kontak erat antara Ternate dan tokoh-tokoh Muslim dari Aceh, Tanah Melayu, dan bahkan [[Mekkah]]. Orang-orang Jawa dari [[Kerajaan Kalinyamat|Jepara]] dan negara bandar lainnya juga membantu Ternate secara militer melalui Ambon. Kepergian Portugis dan pembukaan kembali bandar Ternate untuk perdagangan bebas membangkitkan jalur-jalur dagang lama yang mempertalikan wilayah-wilayah Asia sejak abad ke-15, beserta jalinan budaya dan agama yang dibawa melaluinya. Penyebaran Islam sendiri mengalami kemajuan pesat pada zaman Baabullah, sebagian alasannya kemungkinan sebagai respons terhadap penyebaran agama Kristen.{{sfnp|Andaya|1993|p=134–139}}
 
== Kematian dan penerus ==
Sultan Baabullah mangkat pada bulan Juli tahun 1583.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:3, hlm. 180}} Terdapat versi yang berbeda-beda mengenai penyebab dan tempat kematiannya. Menurut sebuah riwayat meragukan yang muncul jauh di kemudian hari (catatan François Valentijn, 1724), ia diperangkap oleh Portugis dalam kapal mereka dan dibawa ke [[Goa]], tetapi meninggal di perjalanan. Riwayat-riwayat lainnya menyatakan bahwa ia dibunuh ketika berada di kediamannya, entah melalui racun atau sihir.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=106}}<!--Whatever the circumstances, the strong and crafty Babullah was an inspiring leader who left a void that his successors could not entirely fill. In the history of Indonesia up to the 20th century, he was the only major leader who was able to win an absolute and uncontested victory over a Western power. His success in making Ternate into an extensive realm that reached its height of success in the late 16th century is only part of the picture. He also succeeded in instilling his people's confidence and rise up against a foreign power that strove to dominate their lives.<ref>Leonard Andaya (1993), p. 136-7.</ref> After the time of Sultan Babullah, no other leaders in Ternate and Maluku matched his caliber. In the face of new Spanish and Dutch advances in the early 17th century, the fabric of the Ternate polity proved too fragile to withstand colonial subordination.-->
 
Penerus Baabullah sebagai Sultan adalah putranya [[Said Barakati]] (memerintah 1583-1606) alih-alih saudaranya Mandar, walaupun ibunda Mandar memiliki status yang lebih tinggi. Baabullah secara khusus meminta saudaranya yang lain, ''Kaicili'' Tulo, untuk mendukung Said sebagai sultan. Sultan Said melanjutkan upaya perlawanan terhadap Portugis dan Spanyol dan terus menjalin hubungan dengan negeri-negeri lainnya.{{sfnp|Andaya|1993|p=137–140}}
 
== Rujukan ==
{{Reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book |last=Andaya |first=Leonard |year=1993 |title=The world of Maluku |url=https://archive.org/details/worldofmalukueas0000anda |location=Honolulu |publisher=University of Hawai'i Press |ref=harv}}
* {{cite thesis |last=van Fraassen |first=Christiaan F. |year=1987 |title=Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel : van soa-organisatie en vierdeling : een studie van traditionele samenleving en cultuur in Indonesië |type=Disertasi doktor |location=Leiden |publisher=Universiteit Leiden |ref=harv}}
* {{cite book |last=Hanna |first=Willard A. |last2=Alwi |first2=Des |year=1990 |title=Turbulent times past in Ternate and Tidore |location=Banda Naira |publisher=Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira |ref=harv}}
* {{cite book |last=Lessa |first=William A. |year=1984 |chapter=Drake in the South Seas |editor=Norman J. W. Thrower |title=Sir Francis Drake and the Famous Voyage, 1577-1580: Essays Commemorating the Quadricentennial of Drake's Circumnavigation of the Earth |url=https://archive.org/details/sirfrancisdrakef0000unse |location=Berkeley |publisher=University of California Press |isbn=9780520048768 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1949 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=11 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1950 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=12 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
* {{cite book |last=Jacobs |first=Hubert |year=1974 |title=Documenta Malucensia |volume=1 |location=Rome |publisher=Jesuit Historical Institute |ref=harv}}
* {{cite book |last=Jacobs |first=Hubert |year=1980 |title=Documenta Malucensia |volume=2 |location=Rome |publisher=Jesuit Historical Institute |ref=harv}}
* {{cite journal |author=Naidah |translator=P. van der Crab |year=1878 |title=Geschiedenis van Ternate, in Ternataanschen en Maleischen Tekst Beschreven door den Ternataan Naidah met Vertaling en Aanteekeningen |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=26 |pages=381–493 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Tiele |first=Pieter Anton |year=1877–⁠1887 |title=De Europëers in den Maleischen Archipel |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume='''25''': 321–420 (Bagian I); '''27''': 1–69 (Bagian II); '''28''': 261–340 (Bagian III), 395–482 (Bagian IV); '''29''': 153–214 (Bagian V); '''30''': 141–242 (Bagian VI); '''32''': 49–118 (Bagian VII); '''35''': 257–355 (Bagian VIII); '''36''': 199–307 (Bagian IX) |ref={{harvid|Tiele|1877–⁠1887}}}}
 
== Bacaan lanjutan ==
Baris 97 ⟶ 112:
{{s-aft|after=[[Said Barakati]]}}
{{end}}
 
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
 
[[Kategori:Sultan Ternate|Baabullah]]