Baabullah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib) Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App full source |
||
(26 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
|name = Baabullah
|title = Sultan Ternate ke-24
|succession = [[Sultan Ternate]]
|reign = 1570–1583
Baris 13 ⟶ 14:
|death_date = Juli 1583
|religion = [[Islam]]
|image=Sultan Babullah of Ternate 1579.jpg
|signature = Signature and seal of Babullah.jpg}}
'''Sultan Baabullah''' (10 Februari 1528 (?) – Juli 1583) atau '''Babullah''', juga dikenali sebagai '''Baab''' atau '''Babu''' dalam sumber Eropa, merupakan [[sultan]] ke-7 dan penguasa ke-24 [[Kesultanan Ternate]] di [[
== Kehidupan awal ==
=== Masa muda ===
Menurut tradisi, Baabullah dilahirkan pada 10 Februari 1528. Meski begitu, tanggal ini mungkin terlalu awal, karena ayahnya, [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun Jamil]] (memerintah 1535–1570), lahir pada sekitar tahun 1522 menurut catatan Portugis.{{sfnp|Tiele|1877–1887|loc=Bagian II:5, hlm. 39}} ''Kaicili'' (pangeran) Baab merupakan putra tertua, atau setidaknya salah satu yang tertua, dari Sultan Khairun dan permaisurinya Boki Tanjung,<ref>Naïdah (1878) "Geschiedenis van Ternate", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 4:1, p. 441.[https://brill.com/view/journals/bki/26/1/article-p381_30.xml]</ref> putri Sultan Alauddin I dari [[Kepulauan Bacan|Bacan]].{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16}} Menurut satu catatan hikayat yang disusun jauh di kemudian hari oleh penulis Ternate [[Naidah]], Baab juga merupakan anak angkat dari Sultan Bacan.{{sfnp|Naidah|1878|p=411, 449}} Tak banyak yang diketahui mengenai masa kecilnya, kecuali bahwa ayahnya memberikan pendidikan dalam hal-hal keagamaan; ia diajari untuk "berdakwah kepada masyarakat", yang ditafsirkan sebagai tanda bahwa ia memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang al-Qur'an.{{sfnp|Jacobs|1974|p=239}} ''Kaicili'' Baab dan saudara-saudaranya kemungkinan mendapatkan pemahaman ilmu agama dari [[mubalig]] dan ilmu peperangan dari ahli militer.<ref>Cf. Hubert Jacobs (1971) ''A treatise on the Moluccas (c. 1544)''. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 123.</ref>
Sejak kecil, ia menemani ayahnya kemana-mana, termasuk ketika sang sultan diasingkan untuk sementara ke [[Goa, India|Goa]] pada tahun 1545 hingga 1546.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 185.</ref> Beranjak dewasa, ia membantu ayahnya menjalankan pemerintahan kesultanan, dan ikut menandatangani surat perjanjian vasalisasi Ternate kepada Portugis pada tahun 1560—surat Indonesia tertua dengan stempel kesultanan yang masih bertahan.<ref>Annabel Teh Gallop (2019) ''Malay seals from the Islamic world of Southeast Asia''. Singapore: NUS Press, Nos 1836-1837.</ref> Sumber-sumber Portugis semasa mengenali Baab sebagai calon pewaris takhta (''herdeiro do reino'') Ternate, walaupun ada pula sumber lain yang menyebut bahwa ia memiliki satu atau dua saudara dengan klaim takhta yang lebih kuat.{{sfnp|Jacobs|1974|p=61}}{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16–17}}
Baris 33 ⟶ 35:
Selepas perselisihan mengenai kepemilikan Pulau Ambon, Khairun semakin meningkatkan kekuatan Ternate hari demi hari. Perkembangan ini membuat pemimpin-pemimpin Portugis khawatir. Wilayah pengaruh Portugis di [[Halmahera]] diserang oleh pasukan-pasukannya. Sebagai penguasa jalur laut, Khairun juga dapat menghentikan pengiriman suplai bahan pangan yang vital dari Moro di Halmahera ke pemukiman Portugis di Ternate.{{sfnp|Tiele|1877–1887|loc=Bagian IV:4, hlm. 441–443}} Pada tahun 1570 Kapten Diogo Lopes de Mesquita (1566-1570) secara resmi melakukan rekonsiliasi dengan sang Sultan, tetapi hal ini tidak menurunkan ketegangan antar kedua pihak.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=86–87}}<!-- Apparently the Portuguese peace appeal was only for gaining time to consolidate their strength, waiting for the right moment to repay Ternate.-->
Lopes de Mesquita mengundang Khairun ke kediamannya di [[Benteng Kastela|São João Baptista]] (Benteng Kastela) pada tanggal 25
== Masa pemerintahan ==
=== Kenaikan takhta ===
Kematian
Tak lama setelah penobatannya, Sultan Baabullah menyumpahkan permusuhan yang tak dapat lagi didamaikan kepada orang-orang Portugis di seluruh wilayah kekuasaannya.<ref>
=== Pengusiran Portugis ===
{{utama |Perang Ternate-Portugis}}
[[File:Kora kora of the King of Ternate.jpg|thumb|left|upright=1.2|Penggambaran tahun 1601 untuk ''kora-kora'' yang digunakan oleh penguasa Ternate]]
Sebagai balasan atas pembunuhan Khairun, Baabullah meminta agar Lopes de Mesquita dibawa ke hadapannya untuk diadili. Benteng-benteng Portugis di Ternate, yaitu [[Benteng Tolukko|Tolucco]], [[Benteng Kalamata|Santa Lucia]], dan [[Benteng Kota Janji|Santo Pedro]] jatuh dalam waktu singkat, menyisakan São João Baptista (kediaman Mesquita) sebagai pertahanan terakhir. Di bawah komando Baabullah, pasukan Ternate mengepung São João Baptista dan memutuskan hubungan benteng tersebut dengan dunia luar; suplai makanan dari luar tidak diperbolehkan masuk kecuali sejumlah kecil sagu yang hampir-hampir tidak dapat membantu penduduk benteng bertahan hidup. Walaupun begitu, pasukan Ternate sesekali memperbolehkan pertemuan antara penduduk benteng yang dikepung dengan masyarakat pulau lainnya—sebab banyak penduduk asli Ternate kala itu yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Portugis melalui pernikahan. Dalam kondisi tertekan seperti ini, orang-orang Portugis mengangkat Alvaro de Ataide sebagai kapten baru mereka menggantikan Lopes de Mesquita. Namun, pergantian kepemimpinan ini tidak menggoyahkan niat Baabullah untuk mengusir orang-orang Eropa.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=88–91}}
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya menyerang wilayah-wilayah yang menjadi pusat misi [[Yesuit]] di [[Pulau Halmahera|Halmahera]], dan memaksa penguasa Bacan yang sudah dibaptis untuk beralih kembali ke Islam pada sekitar tahun 1571.{{sfnp|Andaya|1993|p=132}} Pada tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan enam ''kora-kora'' besar di bawah pimpinan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 210.</ref> Pasukan Ternate juga berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di [[Pulau Seram|Seram]]), [[Ambelau]], [[Manipa]], [[Kelang]] dan [[Boano]]. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos berusaha dengan susah payah untuk mempertahankan benteng-benteng mereka, dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.<ref>Gerrit Knaap (2004) ''Kruidnagelen en Christenen: De VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696''. Leiden: KITLV Press, p. 17-9.</ref> Dengan bantuan penduduk setempat yang sudah masuk Kristen, Vasconcellos sempat berhasil menangkal serangan Ternate di [[Pulau Buru]] selama beberapa waktu,<ref>A.B. de Sá (1956), p. 331, 396-7.</ref> akan tetapi wilayah tersebut jatuh ke Ternate tak lama setelah serangan baru dilancarkan di bawah pimpinan Kapita Rubohongi.{{sfnp|Jacobs|1974|p=691}}<ref>Georgius Everhardus Rumphius (1910) "De Ambonsche historie", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 64, p. 18-9.[https://brill.com/view/journals/bki/64/1/article-p1_1.xml] Buru later fell under Tidore's suzerainty for a while; see Hubert Jacobs (1980) ''Documenta Malucensia'', Vol. II. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 22;
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung Portugis telah benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon. Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=92}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
Baris 53 ⟶ 55:
=== Kunjungan Francis Drake ===
[[Berkas:Sultan_Babullah_of_Ternate_1579.jpg|jmpl|Sultan Baabulah dan Francis Drake]]
Pertemuan antara Francis Drake dan
Pada tanggal 3 November 1579, Sultan Baabullah menerima kunjungan dari penjelajah Inggris [[Francis Drake]], yang kala itu sedang memimpin sebuah ekspedisi pelayaran [[sirkumnavigasi|keliling dunia]] (ekspedisi keliling dunia kedua yang berhasil diselesaikan setelah [[Ekspedisi Magellan-Elcano]]). Drake menggambarkan Baabullah sebagai pria yang "berperawakan tinggi, sangat gemuk dan kuat, dengan wajah yang terkesan ramah dan layaknya bangsawan".{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=98}} Baabullah menerima tamunya dengan gembira, mendatangi armada Drake untuk menyambut mereka di sana. Sang sultan menyatakan pertemanan abadinya dengan [[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth]], dengan maksud untuk mengajak serta Inggris dalam perseteruan melawan Portugis.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=95–96}} Drake sendiri memang sengaja memilih berlabuh di Ternate karena mengetahui bahwa Ternate merupakan musuh Portugis.{{sfnp|Lessa|1984|p=70}} Meski begitu, Drake menahan diri dari menyanggupi ajakan Baabullah untuk menyerbu orang-orang Portugis yang kini menetap di Tidore.<ref>A.E.W. Mason (1943) ''The life of Francis Drake''. London: Readers Union, p. 157.[https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.523176/page/n163/mode/2up]</ref>
Baris 79 ⟶ 73:
=== Hubungan dengan negeri lain ===
[[Berkas:Makam_Sultan_Babullah.jpg|thumb|300px|Makam Sultan Babullah di [[Foramadiahi]], Ternate]]
Ternate di bawah Baabullah tidak sepenuhnya tanpa lawan. Sultan Tidore, [[Gapi Baguna]], mendukung Baabullah melawan Portugis untuk membalas pembunuhan Khairun, tetapi begitu perang usai, Ternate dan Tidore kembali bermusuhan.{{sfnp|Andaya|1993|p=133}} Gapi Baguna berlayar menuju Ambon pada tahun 1576 untuk merundingkan persekutuan strategis dengan Portugis. Dalam perjalanan pulang ia dijebak oleh sebuah armada Ternate dan tertangkap, tetapi ia berhasil dibebaskan melalui penyerbuan yang dilakukan oleh kerabatnya, ''Kaicili'' Salama.{{sfnp|Jacobs|1974|p=703–704}}{{sfnp|de Sá|1956|p=354–356}} Pada tahun 1578, Gapi Baguna mengizinkan Portugis membangun benteng di Tidore, dengan harapan agar perdagangan rempah beralih ke sana dan agar Portugis memberikan sokongan militer untuk menghadapi Ternate. Setelah [[Uni Iberia|penyatuan Portugal dengan Spanyol menjadi Uni Iberia]] pada tahun 1581, pasukan dari [[Filipina Spanyol|daerah jajahan Spanyol di Filipina]] dikirimkan untuk menguatkan posisi Iberia di Maluku. Sepasukan armada Spanyol mencapai Tidore pada tahun 1582, dan berusaha untuk melemahkan Baabullah melalui penyerangan ke Ternate. Akan tetapi, sebuah wabah yang terjadi kala itu berdampak parah pada pasukan Spanyol hingga mereka harus pulang kembali ke [[Manila]] dengan tangan kosong.{{sfnp|Tiele|1877–1887|loc=Bagian V:3, hlm. 179}}
Baabullah melanjutkan kebijakan ayahnya yang menjalin hubungan dengan negeri-negeri Muslim dari segala penjuru. Pada periode sekitar tahun 1570 terjadi serbuan serempak terhadap wilayah jajahan Portugis oleh negeri-negeri Muslim di [[India Selatan]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dengan dukungan [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]], yang mungkin saja berkaitan dengan upaya perlawanan yang dilakukan oleh Baabullah.<ref>Anthony Reid (2006) "The pre-modern sultanate's view of its place in the world", in Anthony Reid (ed.), ''Veranda of violence; The background to the Aceh problem''. Singapore: Singapore University Press, p. 57.</ref> Hanya di Maluku penyerbuan ini berhasil; seluruh serangan di Samudra Hindia berhasil dipatahkan oleh Portugis dan berakhir dengan kekalahan bagi negeri-negeri Muslim.<ref>C.R. Boxer (1969) ''The Portuguese seaborne empire''. London: Hutchinson, p. 39-65.</ref> Baabullah mengirim ''Kaicili'' Naik ke [[Lisbon]] sebagai utusan kepada [[Felipe II dari Spanyol|Felipe II]], Raja Spanyol dan Portugal, untuk menuntut hukuman bagi mereka yang terlibat dalam pembunuhan Sultan Khairun. (Pimentel, pelaku utama pembunuhan, sebetulnya sudah terbunuh dalam sebuah insiden di Jawa{{sfnp|Jacobs|1980|p=72}}). Perundingan di Lisbon berakhir tanpa kepastian; hanya saja, tujuan utama perjalanan utusan ini adalah untuk berdiplomasi dan menjalin persekutuan dengan negeri-negeri Muslim di sepanjang jalan, termasuk [[Brunei]], Aceh dan Sunda ([[Kesultanan Banten|Banten]]?). Ketika ''Kaicili'' Naik sampai kembali ke Ternate setelah misi yang sukses ini, Baabullah telah mangkat.{{sfnp|Tiele|1877–1887|loc=Bagian V:4, hlm. 199}}
Selama pemerintahannya, pedagang-pedagang dari negeri Muslim yang jauh seperti [[Kesultanan Utsmaniyah|Turki Utsmani]] sempat singgah di istana, dan Portugis mencatat adanya kontak erat antara Ternate dan tokoh-tokoh Muslim dari Aceh, Tanah Melayu, dan bahkan [[Mekkah]]. Orang-orang Jawa dari [[Kerajaan Kalinyamat|Jepara]] dan negara bandar lainnya juga membantu Ternate secara militer melalui Ambon. Kepergian Portugis dan pembukaan kembali bandar Ternate untuk perdagangan bebas membangkitkan jalur-jalur dagang lama yang mempertalikan wilayah-wilayah Asia sejak abad ke-15, beserta jalinan budaya dan agama yang dibawa melaluinya. Penyebaran Islam sendiri mengalami kemajuan pesat pada zaman Baabullah, sebagian alasannya kemungkinan sebagai respons terhadap penyebaran agama Kristen.{{sfnp|Andaya|1993|p=134–139}}
== Kematian dan
Sultan Baabullah mangkat pada bulan Juli tahun 1583.{{sfnp|Tiele|1877–1887|loc=Bagian V:3, hlm. 180}} Terdapat versi yang berbeda-beda mengenai penyebab dan tempat kematiannya. Menurut sebuah riwayat meragukan yang muncul jauh di kemudian hari (catatan François Valentijn, 1724), ia diperangkap oleh Portugis dalam kapal mereka dan dibawa ke [[Goa]], tetapi meninggal di perjalanan. Riwayat-riwayat lainnya menyatakan bahwa ia dibunuh ketika berada di kediamannya, entah melalui racun atau sihir.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=106}}<!--Whatever the circumstances, the strong and crafty Babullah was an inspiring leader who left a void that his successors could not entirely fill. In the history of Indonesia up to the 20th century, he was the only major leader who was able to win an absolute and uncontested victory over a Western power. His success in making Ternate into an extensive realm that reached its height of success in the late 16th century is only part of the picture. He also succeeded in instilling his people's confidence and rise up against a foreign power that strove to dominate their lives.<ref>Leonard Andaya (1993), p. 136-7.</ref> After the time of Sultan Babullah, no other leaders in Ternate and Maluku matched his caliber. In the face of new Spanish and Dutch advances in the early 17th century, the fabric of the Ternate polity proved too fragile to withstand colonial subordination.-->
Baris 94 ⟶ 90:
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book |last=Andaya |first=Leonard |year=1993 |title=The world of Maluku |url=https://archive.org/details/worldofmalukueas0000anda |location=Honolulu |publisher=University of Hawai'i Press |ref=harv}}
* {{cite thesis |last=van Fraassen |first=Christiaan F. |year=1987 |title=Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel : van soa-organisatie en vierdeling : een studie van traditionele samenleving en cultuur in Indonesië |type=Disertasi doktor |location=Leiden |publisher=Universiteit Leiden |ref=harv}}
* {{cite book |last=Hanna |first=Willard A. |last2=Alwi |first2=Des |year=1990 |title=Turbulent times past in Ternate and Tidore |location=Banda Naira |publisher=Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira |ref=harv}}
* {{cite book |last=Lessa |first=William A. |year=1984 |chapter=Drake in the South Seas |editor=Norman J. W. Thrower |title=Sir Francis Drake and the Famous Voyage, 1577-1580: Essays Commemorating the Quadricentennial of Drake's Circumnavigation of the Earth |url=https://archive.org/details/sirfrancisdrakef0000unse |location=Berkeley |publisher=University of California Press |isbn=9780520048768 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1949 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=11 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1950 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=12 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
Baris 104 ⟶ 100:
* {{cite journal |author=Naidah |translator=P. van der Crab |year=1878 |title=Geschiedenis van Ternate, in Ternataanschen en Maleischen Tekst Beschreven door den Ternataan Naidah met Vertaling en Aanteekeningen |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=26 |pages=381–493 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Tiele |first=Pieter Anton |year=1877–1887 |title=De Europëers in den Maleischen Archipel |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume='''25''': 321–420 (Bagian I); '''27''': 1–69 (Bagian II); '''28''': 261–340 (Bagian III), 395–482 (Bagian IV); '''29''': 153–214 (Bagian V); '''30''': 141–242 (Bagian VI); '''32''': 49–118 (Bagian VII); '''35''': 257–355 (Bagian VIII); '''36''': 199–307 (Bagian IX) |ref={{harvid|Tiele|1877–1887}}}}
== Bacaan lanjutan ==
Baris 118 ⟶ 112:
{{s-aft|after=[[Said Barakati]]}}
{{end}}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
[[Kategori:Sultan Ternate|Baabullah]]
|