Abatasept: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 47:
}}
 
'''Abatasept''' adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun seperti [[rheumatoid arthritis]], dengan mengganggu aktivitas imun [[sel T]]. Obat ini merupakan antibodi yang dimodifikasi.<ref name="Orencia FDA label">{{cite web | title=Orencia- abatacept injection, powder, lyophilized, for solution Orencia- abatacept injection, solution | website=DailyMed | date=15 December 2021 | url=https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?setid=0836c6ac-ee37-5640-2fed-a3185a0b16eb | access-date=16 March 2022}}</ref><ref name="Orencia EPAR">{{cite web | title=Orencia EPAR | website=[[European Medicines Agency]] (EMA) | date=5 June 2007 | url=https://www.ema.europa.eu/en/medicines/human/EPAR/orencia | access-date=6 October 2020}}</ref>
 
Abatasept adalah protein fusi yang terdiri dari wilayah Fc [[antibodi|imunoglobulin]] IgG1 yang menyatu dengan domain ekstraseluler CTLA-4. Agar sel T dapat diaktifkan dan menghasilkan respons imun, [[sel penyaji antigen]] harus menyajikan dua sinyal ke sel T. Salah satu sinyal tersebut adalah [[kompleks histokompatibilitas utama]] (MHC), yang dikombinasikan dengan antigen, dan sinyal lainnya adalah molekul CD80 atau CD86 (juga dikenal sebagai B7-1 dan B7-2). Abatasept mengikat molekul CD80 dan CD86, dan mencegah sinyal kedua. Tanpa sinyal kedua, sel T tidak dapat diaktifkan.
Baris 72:
 
==Mekanisme kerja==
Abatasept adalah analog CTLA-4 yang dapat larut, yang mencegah sel penyaji antigen (APC) mengirimkan sinyal ko-stimulasi. Hal ini mencegah sel T diaktifkan sepenuhnya, dan bahkan menurunkan regulasinya. Pemberian sinyal sederhana tanpa ko-stimulasi memungkinkan sel mengenali sinyal primer sebagai "dirinya" dan tidak meningkatkan respons untuk respons di masa mendatang.
 
Agar sel T dapat diaktifkan dan menyerang antigen, antigen tersebut harus disajikan ke sel T oleh APC.
 
Aktivasi tersebut memerlukan dua sinyal (salah satunya disebut sinyal ko-stimulasi atau sinyal 2):
 
Untuk sinyal 1, APC harus mengikat antigen ke molekul kompleks histokompatibilitas utama (MHC), membawa kompleks tersebut ke permukaannya, dan menyajikannya ke reseptor sel T di permukaan sel T.
 
Untuk sinyal 2, APC harus menyajikan protein B7 (CD80 atau CD86) di permukaan selnya ke protein CD28 di permukaan sel T. Kedua sinyal ini mengaktifkan sel T. Tanpa sinyal 2, sel T tidak akan aktif, dan akan menjadi anergik.
 
Abatasept, yang terdiri dari protein fusi domain ekstraseluler CTLA-4 dan IgG1 manusia, mengikat protein B7 pada APC dan mencegahnya mengirimkan sinyal ko-stimulasi ke sel T.<ref>{{cite web | url = http://www.healthvalue.net/ctlaigenglish.html | title = ABATACEPT & BELATACEPT: the CTLA-4-Igs | publisher = Healthvalue.net | access-date = 25 May 2007 | archive-date = 5 December 2008 | archive-url = https://web.archive.org/web/20081205034856/http://www.healthvalue.net/ctlaigenglish.html | url-status = dead }}</ref><ref>{{cite journal | vauthors= Dall'Era M, Davis J| title=CTLA4Ig: a novel inhibitor of co-stimulation | journal= Lupus | year= 2004 | volume= 13 | issue=5 | pages= 372–376 | pmid= 15230295| doi=10.1191/0961203303lu1029oa| s2cid=32235606 }}</ref>
 
==Referensi==
{{Reflist}}