Maha Guru Manikmaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib) Perbaikan penulisan. bismillah |
k Perbaikan Pengetikan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(7 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
== Silsilah ==
Resi Maha Guru Manikmaya
Resi Maha Guru Manikmaya, dinobatkan menjadi seorang Rajaresi di [[Mandala Kendan]]. Sang Maharaja [[Suryawarman]], menganugerahkan perlengkapan kerajaan berupa mahkota Raja dan mahkota Permaisuri. Semua raja daerah Tarumanagara, oleh Sang Maharaja Suryawarman, diberi tahu dengan surat. Isinya, keberadaan Rajaresi Manikmaya di Kendan, harus diterima dengan baik. Sebab, ia menantu Sang Maharaja, dan mesti dijadikan sahabat. Terlebih, Sang Resiguru Kendan itu, seorang Brahmana ulung, yang telah banyak berjasa terhadap agama. Siapa pun yang berani menolak Rajaresiguru Kendan, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan.<ref>Wangsakerta, Pangeran. 1680 Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantra. Parwa II, Sarga 4. Naskah Milik Museum Negeri Jawa arat.</ref><ref>{{Cite web|url=http://sr.rodovid.org/wk/%D0%9F%D0%BE%D1%81%D0%B5%D0%B1%D0%BD%D0%BE:ChartInventory/70594|title=Manikmaya / Sang Resiguru Manikmaya - Индекс потомака - Родовид|website=sr.rodovid.org|language=sr|access-date=2018-04-03}}</ref> Dan pada akhirnya terjadi pergeseran Dinasti yaitu digantikan oleh Trah Medang Kamulan (Jawa) yaitu seorang pangeran bernama Sri Wrentikandayun .
== Kondisi Tatar Sunda ==
Baris 10:
== Mandala Kendan ==
Mandala Kendan dikisahkan dalam Naskah Sunda Kuno (NSK) [[Carita Parahyangan]]:<ref>Atja dan Drs. Saleh Danasasmita, Drs.1981 b Carita Parahyangan (Transkripsi, Terjemahan, dan Catatan). Bandung
''“Ti Inya carek Bagawat Resi Makandria
''Datang Siya ka Kendan.''
Baris 24:
(Carita Parahyangan, Drs.Aca dan Saleh Danasasmita, 1981)
[[Mandala]] mengandung pengertian “[[Kabuyutan]]” atau “Tanah suci”, segala hal, benda atau perbuatan yang dapat menodai kesuciannya harus dilarang atau dianggap “buyut”. Mandala kendan sekarang terletak di kecamatan Nagreg, diatas ketinggian 1200dpl, dengan luas wilayah (± 4.930,29 Ha),yang terbagi atas
Status ke-mandala-an kendan sudah dipangku jauh sejak kerajaan karesian kendan didirikan, daerah ini sangat dilindungi sebagai tempatnya para resi luhung ilmu seperti diterangkan dalam naskah [[Carita Parahyangan|carita parahyangan]]. Barulah kemudian tahun [[512]] M, yaitu pada masa raja Tarumanagara ke-9 [[Suryawarman]], [[mandala kendan]] diberikan kepada seorang Resi yang bernama Manik Maya seorang penganut [[Saiwa|Hindu Siwa]] yang taat, atas penikahannya dengan seorang putri dari Maharaja yang bernama Tirta Kencana.
Baris 32:
''”Hawya Ta Sira Tinenget: janganlah ia ditolak, karena dia itu menantu maharaja, mesti dijadikan sahabat, lebih-lebih karena sang resiguru Kendan itu, seorang Brahmana yang ulung dan telah banyak berjasa terhadap agama. Siapapun yang berani menolak Rajaresiguru Kendan, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan”''
Selanjutnya Kendan menjadi tempatnya para prajurit Tarumanegara untuk ditempa penyucian dan penggemblengan. Salah satu kitab yang terkenal yang disusun oleh Resiguru Manik Maya adalah [[Pustaka Ratuning Bala Sarewu]], yaitu sebuah kitab yang berisi bagaimana caranya membangun sebuah negara dengan para prajuritnya yang sangat kuat. Dari mandala ini dilahirkan para Yudhapena atau panglima perang laut di Tarumanagara, salah satunya yaitu Raja Putra, Sang Baladhika Suraliman, putra pertama Resiguru Manik Maya. Kemudian kitab ini pula yang memandu [[Sanjaya, Rakai Mataram|Sanjaya]] keturunan ke-6 dari Kendan, dalam menyatukan kembali Sunda dan Galuh atas bimbingan Rabuyut Sawal (Masa Sanjaya adalah masa puncak kejayaan bersatunya kembali raja-raja di Jawa ). Berikut keterangan dalam naskah carita parahyangan terkait raja-raja di Kendan
''” Ndeh Nihen carita parahyangan. Sang Resiguru mangyuga Rajaputra. Miseuweukeun Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan maneh Rahyangta Dewaraja. Basa lumaku ngarajaresi ngangaranan maneh Rahyangta Ri Medangjati, inya sang Layuwatang. Nya nu nyieun Sanghyang Watang Ageung “''
Baris 43:
Resi Maha Guru Manikmaya berkuasa di [[Kerajaan Kendan]] sejak 458 Saka ([[536]] M) sampai dengan 490 Saka ([[568]] M). Pada waktu itu Kendan masih mendapat perlindungan dari Tarumanagara, karena dianggap wilayah [[Tarumanagara]]. Pendirian Kendan jika diurut kesejarahannya, bermula sebagai hadiah dari [[Suryawarman]], raja Tarumanagara kepada Sang Resi. Pada saat Kendan didirikan, Tarumanagara ikut menyebarkan keberadaan Maha Guru Manikmaya keseluruh negara daerah yang ada diwilayah tersebut. Hal ini bertujuan agar diketahui bawahannya.
Pembentukan Kerajaan Kendan hampir sama halnya dengan kisah pembentukan [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]], semula berada di Wilayah [[Kerajaan Salakanagara]], kemudian pendiri Tarumanagara, Sang Rajadirajaguru (Jayasingawarman) menikahi Minawati Iswati Tunggal Pertiwi, putri Dewawarman VIII. Dalam proses selanjutnya, disebut-sebut bahwa Salakanagara menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara,
Mungkin juga jika Aki Tirem pada waktu itu jabatannya seorang raja, jalan cerita Salakanagara pun akan sama dengan cerita Tarumanagara dan Kendan. Karena Dewawarman I menikahi Dewi Pohaci, putri Aki Tirem, kemudian menjadi Raja dan Rajaresi di Wilayah yang ia terima sebagai hadiah dari raja yang sekaligus memproteksinya dari gangguan luar.
Baris 49:
Suatu hal yang sulit dipahami jika pada periode selanjutnya [[Kerajaan Kendan]] melepaskan diri dari [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]]. Karena Kendan tidak mungkin menjadi kerajaan yang utuh jika [[Suryawarman]] tidak menghadiahi Sang Manikmaya suatu daerah (Kendan) lengkap dengan rakyat dan tentaranya.
Pemberian hadiah ini bukan hanya
== Para penerus Manikmaya ==
Baris 58:
Sang Kandiawan mempunyai lima orang putra, dan menjadikannya sebagai penguasa daerah yang berada di wilayah Kendan, yakni Mangukuhan di kuli-kuli ; Karungkalah di Surawulan, Katungmaralah di Peles Awi, Sandangreba di Rawunglangit, dan [[Wretikandayun]] didaerah Menir.
Berbeda dengan kisah tersebut, di dalam Naskah [[Carita Parahyangan]], kelima anak Sang Kandiawan dibedakan karena profesinya, bukan karena diberikan daerah kekuasaan, yakni Mangukuhan menjadi peladang ; Karungkalah menjadi pemburu (panggerek) ; Katungmaralah menjadi penyadap ; Sandangreba menjadi pedagang ; sedangkan Wretikandayun menggantikan Sang Kandiawan menjadi penguasa Kendan. Menurut salah satu versi, pemberian nama profesi tersebut bukan yang sebenarnya,
Sang Kandiawan menduduki tahta Kendan selama 15 tahun, sejak tahun 597 Saka ([[612]] M), kemudian ia mengundurkan diri untuk bertapa di Layuwatang ([[Kabupaten Kuningan|Kuningan]]), kemudian ia digantikan Wretikandayun, putra bungsunya.
Baris 64:
Pertimbangan Sang Kandiawan menyerahkan kekuasaan Kendan kepada Wretikandayun tentunya membuahkan pertanyaan besar, karena ia bukan anak pertama, dalam tradisi raja-raja dahulu dianggap pihak yang paling berhak mewarisi tahta ayahnya. Pewarisan demikian sebenarnya tidak bias ''“digebyah uyah”'', mengingat setiap orang ataupun komunitas memiliki ciri khas yang mandiri dan berbeda dengan yang lainnya.
Bisa saja pemilihan Wretikandayun berdasarkan pada tradisi Kendan karena ia lebih ''minandita'' dibandingkan dengan saudara-sudaranya lainnya yang lebih banyak memprioritaskan urusan yang bersifat keduniawian, atau kepanditaannya tersebut pada masa itu dianggap sebagai suatu bentuk keahlian yang cocok untuk memimpin Kendan. Alasan ini dapat juga ditenggarai dari sejarah keberadaan Kendan, yakni suatu wilayah Karesian yang dihadiahkan [[Suryawarman]], raja Tarumanagara kepada Sangresi maha Guru Manikmaya. Namun untuk
Kisah penguasa Kendan pasca [[Wretikandayun]] sengaja tidak diuraikan lebih lanjut,
Tradisi penurunan tahta kepada anak bungsu bukan sesuatu yang dilarang didalam tradisi Kendan, karena Wretikandayun didalam episode Galuh mewariskan tahtanya kepada Amara (Mandiminyak), putra bungsunya. Namun memang timbul peristiwa Purbasora dan Sanjaya generasi pasca Wretikandayun. Peristiwa inipun tidak berhenti hanya pada satu generasi, karena jika ditelaah berbuntut pada peristiwa Manarah, yang dikenal dalam sejarah lisan sebagai Ciung Wanara.
Baris 79:
== Lihat Juga ==
* [http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2011/09/06/157580/kuncen-kampung-kendan-temukan-mahkota-raja-kendan Pikiran Rakta. "Kuncen Kampung Kedan Temukan Mahkota Raja Kendan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180403190625/http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2011/09/06/157580/kuncen-kampung-kendan-temukan-mahkota-raja-kendan |date=2018-04-03 }}
[[Kategori:Tokoh dari Galuh]]
|