Suku Kayuagung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah konten |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(44 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
| group = Kayuagung
'''Suku Kayuagung''' adalah suku asli [[Indonesia]] yang berasal dari [[Kabupaten Ogan Komering Ilir]], provinsi [[Sumatera Selatan]]. Komunitas suku ini umumnya tinggal di Kota Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan seputaran provinsi Sumatera Selatan. Mayoritas masyarakat suku Kayuagung memeluk agama Islam dan umumnya bekerja sebagai petani.<ref name=KAYUAGUNG>{{cite web|url=http://www.wacana.co/2012/03/suku-kayu-agung-sumatera-utara/|title=Suku Kayuagung, Sumatera Selatan|last=|first=|website=www.wacana.co|accessdate=6 April 2019}}</ref> Budaya dan adat istiadat yang masih ▼
| native_name = {{small|''Jime Kiyagong''<br>''Komering Onyi''<br>''Jime Owam''}}
terjaga hingga kini ialah Adat Lamaran dan Tari Penguton Kayuagung.▼
| native_name_lang =
| image =
| image_caption =
| image_alt =
| image_uprigh =
| total = ±23.000-68.000
| total_year =
| total_source =
| total_ref = <ref name=KA>{{cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/12597/ID|title=Kayu Agung People in Indonesia|last=|first=|web=|publisher=www.joshuaproject.net|accessdate=3 April 2019}}</ref>
| genealogy =
| regions = [[Kabupaten Ogan Komering Ilir|Ogan Komering Ilir]], [[Sumatera Selatan]]
| region1 =
| pop1 =
| ref1 =
| languages = [[Bahasa Kayuagung]]
| religions = [[File:Allah-green.svg|15px]] [[Islam|Islam Sunni]]
| related_groups = [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]]{{•}}[[Suku Lampung|Lampung]]
| footnotes =
}}
▲'''Suku Kayuagung''' atau '''Komering Kayuagung''' adalah suku asli [[Indonesia]] yang berasal dari kabupaten [[Kabupaten Ogan Komering Ilir|Ogan Komering Ilir]], provinsi [[Sumatera Selatan]]. Komunitas suku ini umumnya
▲terjaga hingga kini ialah Adat Lamaran dan Tari Penguton Kayuagung. Suku Kayuagung adalah salah satu bagian dari kelompok etnik/subsuku etnis Komering.
== Asal usul & sejarah ==
Asal usul dan sejarah masyarakat Kayuagung tidak terlepas dari kelompok masyarakat/suku-suku disekitarnya. Tidak ada bukti sejarah yang jelas dan kuat, tetapi beberapa literatur menyatakan bahwa terbentuknya masyarakat Komering Kayuagung karena percampuran antar suku asli Sumatera Selatan yang mendiami sepanjang sungai Komering bagian hilir (suku Komering) dengan suku Lampung Abung/marga Abung (Abung Bunga Mayang) yang datang dari Lampung. Masyarakat Abung (Abung Siwo Mego) yang berasal dari provinsi Lampung tiba di Sumatera Selatan lalu menempati wilayah sungai Komering bagian hilir (tepatnya disekitar Kayuagung sekarang) dan bercampur dengan suku Komering yang telah mendiami wilayah tersebut. Karena adanya interaksi/komunikasi antar suku, asimilasi dan akulturasi budaya muncul pengaruh dari masyarakat Lampung Abung pada masyarakat Komering. Kayuagung Morge Siwe/Kayuagung Marga Sembilan kemungkinan berasal dari masyarakat Abung Siwo Mego yang memiliki sembilan marga juga. Ada juga yang menyatakan bahwa penduduk di sekitar sungai Komering bagian hilir (saat ini sekitar Kayuagung) itu ialah masyarakat keturunan Abung Bunga Mayang dari provinsi Lampung yang sudah lama bermigrasi ke daratan Sumatera Selatan dan menetap di sekitar sungai Komering (wilayah masyarakat Komering Kayuagung saat ini). Terlepas dari hal itu, pengaruh dari suku-suku lain disekitarnya juga cukup kuat. Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Kayuagung cukup kuat dipengaruhi adat budaya Melayu dan Islam. Hal ini dapat dilihat dari kebudayaan dan adat-istiadat Kayuagung memiliki kemiripan/pengaruh budaya Melayu (terutama Palembang). Dari segi bahasa, logat intonasi masyarakat Kayuagung terdengar seperti logat Ogan tetapi lebih mendayu-mendayu. Pengaruh bahasa Melayu Palembang juga cukup kental dalam kosakata bahasa Komering dialek Kayuagung karena dapat ditemukan banyak kosakata yang sama. Dialek Kayuagung juga terdengar seperti dialek Pegagan dengan ciri khas "e" yang berbunyi seperti pada pengucapan kata "proses" (E talling/E tinggi). Meskipun begitu, adat-istiadat dan kebudayaan Kayuagung tidak berbeda jauh dengan masyarakat Komering lainnya tetapi tetap memiliki beberapa perbedaan dengan ciri khas masing-masing/keunikan tersendiri.
== Adat Istiadat & Kebudayaan ==
Suku Kayuagung menganut garis keturunan "Bilateral" dimana garis keturunannya bisa dari pihak bapak atau bisa juga dari pihak ibu.<ref name=KAYUAGUNG/> Adat dan budaya yang masih terjaga di suku Kayuagung ialah adat lamaran pernikahan dan tari penguton.
=== Adat Lamaran ===
Salah satu adat istiadat suku Kayuagung yang masih dijaga hingga saat ini adalah adat lamaran pernikahan. Adat yang yang sudah ada sejak abad 15 ini, bisebarkan dari Lampung, hingga akhirnya diadopsi oleh suku Kayuagung. Seorang tetua adat dan mantan sekretaris adat suku Kayuagung, Yusrizal, mengatakan bahwa proses pernikahan dalam suku Kayuagung terbilang lama.<ref name=NIKAH>{{cite web|url=http://palembang.tribunnews.com/amp/2016/11/27/adat-lamaran-kayuagung-hingga-kini-masih-eksis|title=Adat Lamaran Kayuagung Hingga Kini Masih Eksis|last=|first=|website=www.palembang.tribunnews.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Pertama yang dilakukan ialah ''Nyelabang'' dimana pihak laki-laki akan mengutus setidaknya dua orang (
==== Sitinong-tinong ====
Istilah Sitinong-tinong ini diartikan sebagai lamaran yang tidak perlu memakai adat. Proses lamaran pernikahan hingga Ijab pernikahan dilakukan secara sederhana dan cepat. Hal ini dilakukan biasanya untuk menjaga nama baik kedua belah pihak. Kasus kehamilan sebelum pernikahan, bisa menjadi salah satu penyebab diadakan adat lamaran Sitinong-tinong. Selain itu, alasan calon mempelai laki-laki dalam masa tugas pekerjaan yang mendesak, bisa juga mengadakan adat lamaran Sitinong-tinong.<ref name=NIKAH/>
==== Sipinong-pinong ====
Kategori kedua ialah Sipinong-pinong. Untuk kategori kedua ini kebanyakan diadakan dimalam hari, dan prosesnya membutuhkan waktu selama empat hari. Dimulai dengan Ijab Kabul yang diadakan di rumah pihak laki-laki. Setelah selesai ijab, pengantin perempuan akan dihantarkan kembali ke rumah orang tuanya oleh pihak laki-laki. Setelah itu, si istri akan menginap di rumah orangtuanya selama empat hari lamanya (disebut juga ''Anan Tuwui''), sedangkan sang suami harus kembali ke rumahnya. Namun, selama proses ini, sang suami harus menghantarkan makanan dan lauk-pauk setiap pagi hari selama empat hari.<ref name=NIKAH/>
Setelah masa empat hari selesai, pihak suami akan mengutus dua ibu-ibu (''bai-bai'') untuk menjemput si istri ke rumah orangtuanya dan juga si suami ditemani seorang pemuda (''pukal bengiyam''). Kepulangan si istri ke rumah mertuanya disebut ''Maju mulang anan tumui''. Disaat si istri akan pergi menuju rumah mertuanya atau suaminya, dia akan membawa berbagai peralatan rumah tangga, dan beberapa barang-barang pesangon dari keluarganya yang akan diberikan kepada mertuanya (disebut ''pedatong'').<ref name=NIKAH/> Demikian proses ini berlangsung, mereka telah bisa untuk hidup bersama sebagai suami istri yang sah.
==== Pinang Dibelah Dua ====
Adat yang ketiga adalah adat Pinang Dibelah Dua. Ini merupakan istilah sederhana bagi suku Kayuagung, yang artinya ialah perbagian sama rata, dan dimaknai sebagai persedekahan dalam waktu bersamaan. Adat yang satu ini dilakukan atas kesepakatan bersama dimana pihak laki-laki (''upaian'') dan pihak perempuan sama-sama mengundang sanak saudara masing-masing dan melangsungkan pernikahan di rumah pengantin laki-laki.<ref name=NIKAH/>
Pihak pengantin laki-laki mengundang tetangga dan sanak saudaranya untuk menyaksikan ijab kabul pernikahan puteranya dan sekaligus mengundang keluarga pihak perempuan, namun jumlahnya dibatasi, sesuai jumlah hidangan yang disediakan pihak laki-laki. Pihak perempuan yang diundang maksudanya adalah undangan khusus hanya untuk kaum bapak-bapak, selain dari sanak famili perempuan yang diundang untuk datang.<ref name=NIKAH/> Rombongan kaum bapak-bapak dari pihak perempuan ini disebut " ''rombongan ungaiyan'' ", dimana mereka akan menghantarkan ayah atau wali perempuan untuk menyaksikan serangkaian adat pernikahan dari pihak laki-laki dan gelar apa yang akan diberikan kepada mempelai tersebut.<ref name=NIKAH/>
==== Mabang Handak ====
Yang terakhir adalah adat Mabang Handak. Arti dari Mabang Handak adalah "burung putih", ini merupakan simbol kekayaan atau orang ningrat. Adat yang keempat bisa diartikan sebagai adat persedekahan yang umumnya hanya bisa diadakan oleh orang kaya atau bangsawan. Lamanya adat ini bisa memakan waktu selama tujuh hari.<ref name=NIKAH/>
Adat ini termasuk dalam adat lamaran suku Kayuagung paling lengkap. Mulai dari dilakukan ritual penimbangan mempelai (disebut ''manjow kahwein''), kemudian akan digelar tarian Cang-cang oleh besan berbesan. Selain itu, kereta hias pengantin (disebut ''juli'') akan membawa kedua mempelai mengelilingi perkampungan, dan serangkaian adat pernikahan berdasarkan suku Kayuagung.<ref name=NIKAH/>
Setidaknya ada dua ekor sapi atau kerbau yang disediakan untuk merayakan pernikahan ini. Selain itu, mempelai laki-laki juga akan memberikan pakaian khusus kepada pihak keluarga perempuan.<ref name=NIKAH/> Sehingga, adat persedekahan Mabang Handak ini bisa diadakan selama seminggu. Pihak pengurus adat Kayuagung mengarapkan bahwa adat lamaran ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh generasi suku Kayuagung ditengah-tengah pengaruh perkembangan zaman.<ref name=NIKAH/>
=== Tari Penguton ===
Tari Penguton berasal dari kata "Uton" yang dalam bahasa Kayuagung artinya ialah Penyambutan.<ref name=UTON>{{cite web|url=http://etnikom.com/tari-penguton-kayuagung/|title=Tari Penguton Kayuagung|last=|first=|website=www.etnikom.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Tari Penguton adalah sebuah tarian khas suku Kayuagung dalam menyambut tamu yang datang ke Kota Kayuagung. Tarian ini umumnya dilakukan oleh sembilan orang yang dalam bahasa Kayuagung disebut "Horge Siwe". Diyakni bahwa tarian ini adalah cikal bakal lahirnya [[Tari Gending Sriwijaya]].<ref name=UTON/> Pada umumnya dibawakan oleh kaum perempuan saja.▼
▲Tari Penguton berasal dari kata "Uton" yang dalam bahasa Kayuagung artinya ialah Penyambutan.<ref name=UTON>{{cite web|url=http://etnikom.com/tari-penguton-kayuagung/|title=Tari Penguton Kayuagung|last=|first=|website=www.etnikom.com|accessdate=6 April 2019|archive-date=2019-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20190407093531/http://etnikom.com/tari-penguton-kayuagung/|dead-url=yes}}</ref> Tari Penguton adalah sebuah tarian khas suku Kayuagung dalam menyambut tamu yang datang ke Kota Kayuagung. Tarian ini umumnya dilakukan oleh sembilan orang yang dalam bahasa Kayuagung disebut "
Tari Penguton muncul pada tahun 1889, yang kemudian pada tahun 1920, tari ini disempurnakan kembali oleh keluarga Pangeran Bakri untuk menyambut kedatangan Gubernur Hindia-Belanda yakni '''Gouveneur General Limberg Van Stirem Bets''' ke kawasan Kayuagung.<ref name=UTON/> Sejak masa itu pula, tari Penguton menjadi tari khas Kayuagung dan dijadikan sebagai ''Tari Sekapur Sirih Kayuagung''.<ref name=UTON/>▼
▲Tari Penguton muncul pada tahun 1889, yang kemudian pada tahun 1920, tari ini disempurnakan kembali oleh keluarga Pangeran Bakri untuk menyambut kedatangan Gubernur Hindia-Belanda yakni '''Gouveneur General Limberg Van Stirem Bets''' ke kawasan Kayuagung.<ref name=UTON/> Sejak masa itu pula, tari Penguton menjadi
Diperankan oleh 9 orang sebagai simbol perwakilan dari sembilan marga yang ada di suku Kayuagung. Kesembilan marga tersebut adalah Kayuagung asli, Kotaraya, Perigi, Jua-jua, Kedaton, Mangunjaya, Sidakersa, Sukadana dan Paku. Untuk menarikan tarian, akan diiringi oleh musik perkusis berupa [[gamelan]], [[gong]] dan [[gendang]].<ref name=UTON/>▼
▲Diperankan oleh 9 orang sebagai simbol perwakilan dari sembilan
== Bahasa ==
Suku Kayuagung memiliki bahasa sendiri yakni bahasa Kayuagung, secara khusus di Kayuagung bahasa ini digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini masih sangat mirip dengan bahasa Melayu Palembang dengan intonasi yang sedikit mendayu-dayu dan banyak kata diakhiri dengan huruf vokal "O". Selain bahasa Kayuagung itu sendiri, beberapa etnis Kayuagung menggunakan bahasa lain di beberapa daerah, seperti di desa Tanjung Rancing dan desa Celikah, masyarakat suku Kayuagung menggunakan bahasa Pegagan.<ref name=BAHASA>{{cite web|url=https://okikab.bps.go.id/statictable/2016/03/21/22/nama-nama-suku-bahasa-yang-digunakan-dan-lokasi-tempat-tinggal-di-kabupaten-ogan-komering-ilir.html|title=Nama-nama Suku Bahasa yang Digunakan dan Lokasi Tempat Tinggal di Kabupaten OKI|last=|first=|website=www.okikab.bps.go.id|accesadate=6 April 2019}}</ref>▼
Suku Kayuagung memiliki bahasa sendiri yakni bahasa Kayuagung, secara khusus di Kayuagung bahasa ini digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini termasuk salah satu varian/dialek dari [[bahasa Komering]]. Kosakata bahasa ini mempunyai kemiripan dan beberapa persamaan dengan bahasa Melayu Palembang. Logat dari bahasa ini memiliki kemiripan dengan logat Ogan. Selain itu, dialek Kayuagung juga terdengar seperti dialek/bahasa lainnya di Sumatera Selatan seperti Musi dan Pegagan dengan ciri khas akhiran kata diakhiri huruf "E" dengan pengucapan seperti "ember" (e talling)<ref name=BAHASA2>{{cite web|url=https://lifestyle.okezone.com/amp/2017/03/14/406/1642096/yuk-kenali-suku-suku-di-sumatera-selatan-part-1?page=2|title=Yuk, Kenali Suku-suku di Sumatera Selatan|last=|first=|website=www.lifestyle.okezone.com|accessdate=6 April 2019}}</ref>.
▲
== Agama ==
Bisa dikatakan bahwa hampir semua
== Pekerjaan ==
Kebanyakan masyarakat suku Kayuagung bekerja sebagai petani, namun menggarap pertanian lebih dilakukan pada musim penghujan karena kawasan Ogan Komering Ilir dan secara khusus kawasan [[Kota Kayu Agung, Ogan Komering Ilir|Kota Kayu Agung]] berupa rawa. Beberapa warga juga menjadi pedagang khususnya di kota Kayu Agung, dan ada juga yang membuat gerabah.<ref name=KAYUAGUNG/>
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Sumatra Selatan]]▼
▲[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia]]
[[Kategori:
|