Ali Mughayat Syah dari Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(13 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
|name
|title
|image =
|caption
|
|reign = January 1495 – 6 Aguntus 1530
|
|successor = [[Salahuddin dari Aceh|Salahuddin]]
▲|predecessor =
|
|
|
|
}}
Sultan '''<nowiki/>'Ali Alaidin Mughayat Syah''' ([[Jawi]] : علي الدين محياة شيخ) adalah pendiri dan [[sultan]] pertama [[Kesultanan Aceh]] yang bertakhta dari tahun [[1495]] sampai meninggal tahun [[1530]].
Mulai tahun [[1520]], ia memulai kampanye militer untuk menguasai bagian utara [[Sumatra]].
▲|royal house = Meukuta Alam
Kampanye pertamanya adalah [[Kerajaan Daya|Daya]], di sebelah [[barat laut]] yang menurut [[Tomé Pires]] belum mengenal [[Islam]].
Selanjutnya pasukan melebarkan sayap sampai ke pantai [[timur]] yang terkenal kaya akan [[rempah-rempah]] dan [[emas]].
▲|death_place =[[Banda Aceh]]
▲|place of burial = Banda Aceh
▲|}}Sultan '''<nowiki/>'Ali Alaidin Mughayat Syah''' ([[Jawi]] : علي الدين محياة شيخ) adalah pendiri dan [[sultan]] pertama [[Kesultanan Aceh]] yang bertakhta dari tahun [[1514]] sampai meninggal tahun [[1530]]. Mulai tahun [[1520]], ia memulai kampanye militer untuk menguasai bagian utara [[Sumatra]]. Kampanye pertamanya adalah [[Kerajaan Daya|Daya]], di sebelah [[barat laut]] yang menurut [[Tomé Pires]] belum mengenal [[Islam]]. Selanjutnya pasukan melebarkan sayap sampai ke pantai [[timur]] yang terkenal kaya akan [[rempah-rempah]] dan [[emas]]. Untuk memperkuat perekonomian rakyat dan kekuatan [[militer]] laut, maka didirikanlah banyak [[pelabuhan]].<ref>{{Cite web|url=https://www.ajnn.net/news/warisan-mashur-sultan-ali-mughayat-syah-sang-pendiri-kerajaan-aceh-darussalam/index.html|title=Warisan Mashur Sultan Ali Mughayat Syah, Sang Pendiri Kerajaan Aceh Darussalam|last=Network|first=AJNN net-Aceh Journal National|website=AJNN.net|language=id-ID|access-date=2019-11-11}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.kompasiana.com/faelj/5d70b0cc097f36093d304083/karena-beliau-kesultanan-aceh-mencapai-puncak-kejayaan|title=Karena Beliau, Kesultanan Aceh Mencapai Puncak Kejayaan|last=Kompasiana.com|website=KOMPASIANA|language=id|access-date=2019-11-11}}</ref>
== Awal Kebangkitan Aceh ==
[[Kota Banda Aceh|Bandar Aceh Darussalam]] sebagai ibukota [[Kesultanan
Justru di tanah Sumatera, Portugis diburu kemanapun jua ia bertapak. di [[Kerajaan Daya|Daya]], [[Kerajaan Pedir|Pedir]], [[Samudera Pasai]], [[Kerajaan Aru|Aru]], hingga [[Kesultanan Melaka|Malaka]], kolonialis Portugis dihentikan ambisinya oleh
Dari kedua manusia mulia inilah
== Warisan Budaya ==
Tinggalan warisan budaya lainnya adalah berbagai benda rampasan perang dari pasukan Kolonialis Portugis yang diperoleh melalui peperangan, seperti kekalahan pasukan Portugis yang dipimpin [[Gaspar da Costa|Gaspar De Costa]] (1519) di Kuala Aceh; kekalahan armada Portugis di perairan Aceh di pimpin Jorge de Brito (1521); kekalahan pasukan Portugis di Daya, Pedir dan Samudera Pasai. Benda rampasan ini seperti meriam, senapan, pedang,; ada juga struktur seperti benteng yang ada di sisi kanan Krueng Pasee; bahkan lonceng Cakra Donya yang saat ini ada di [[Museum Negeri Aceh|Museum Ace]]<nowiki/>h adalah peninggalan rampasan perang era awal kebangkitan
Hal yang lebih menarik dari catatan sejarah di atas adalah fakta kekuatan militer Ali Mughayat Syah bersumber dari minimum menjadi maksimum yang diperoleh melalui peperangan. Hebatnya lagi, prajurit-prajurit perangnya tersebut tidak disebutkan dari bangsa lain melainkan mereka anak-anak bangsa Achem yang ternyata sangat mahir berperang. Tetapi yang paling menakjubkan lagi dari peristiwa sejarah di atas, yaitu adanya kekuatan spritual dikalbu seorang Ali Mughayat Syah dan Raja Ibrahim (panglima sekaligus saudara kandung), cita-cita tertingginya untuk menghilangkan penjajah yang mengancam kedaulatan bangsanya dengan menggunakan ideologi Islam. Alhasil, Aceh terbebaskan dari kolonialisme Portugis dan warisan kemerdekaan itu dilanjutkan generasi selanjutnya setahap demi setahap.<ref>Ajidar Matsyah, ''Jatuh Bangun Kerajaan Islam di Aceh'', Banda Aceh, 2013</ref>
Baris 49 ⟶ 43:
Penyerangan ke [[Kesultanan Deli|Deli]] dan [[Kerajaan Aru|Aru]] adalah perluasan daerah terakhir yang dilakukannya. Di [[Kesultanan Deli|Deli]] meliputi [[Pedir]] (Pidie) dan [[Pasai]], pasukannya mampu mengusir [[garnisun]] [[Portugis]] dari daerah itu. Dalam penyerangan tahun 1524 terhadap Aru, tentaranya dapat dikalahkan oleh armada [[Portugis]]. Aksi militer ini ternyata juga mengancam [[Kesultanan Johor|Johor]], selain [[Portugis]] sebagai kekuatan militer laut di kawasan itu. Setelah meninggal tahun [[1530]], ia digantikan oleh [[Sultan Salahuddin (Aceh)|Sultan Salahuddin]] yang merupakan putranya sendiri.
Sultan ‘Ali Mughayat Syah adalah pemimpin
== Catatan luar ==
Sebuah catatan oleh seorang ulama besar dunia Islam dalam abad ke-10 Hijriah (ke-16 Masehi) yaitu Syaikh Ahmad Zainuddin Asy-Syafi'i Al-Malibari (Al-Makhdum Ash-Shaghir) dari [[Kerala]], murid Al-Imam [[Ibnu Hajar al-Haitami]], dan pengarang [[Fathul Mu'in]] yang terkenal. Dalam karya sejarah berjudul ''Tuhfatul Mujahidin fi Ba'dhi Akhbar Al-Burtukaliyyin'' (Koleksi Tandon bagi Para Mujahidin tentang Berita Orang-orang Portugis), Syaikh [[Zainuddin Al-Malibari]] yang wafat 1579 menulis:
''Dan mereka (orang-orang Potugis)-semoga Allah mengalahkan mereka-mendatangkan berbagai barang dari negeri-negeri yang jauh. Mereka menjadi ramai dan bertambah banyak di berbagai kawasan. Para penguasa berbagai pelabuhan menuruti kehendak mereka sehingga mereka sepenuhnya memegang tali kendali atas pelabuhan-pelabuhan tersebut. Pelayaran hanya dapat dilakukan dengan jaminan keamanan dari mereka. Perdagangan dan kapal-kapal mereka bertambah banyak, dan sebaliknya, perdagangan muslimin di luar kapal-kapal dan benteng-benteng yang mereka bangun semakin merosot. Tidak ada seorang pun yang dapat merebut kota-kota pelabuhan itu selain sultan yang mujahid, 'Ali Al-Asyi (dari Aceh), semoga Allah menerangi kuburnya. Dialah yang telah menaklukkan Sumatra dan menjadikannya sebagai negeri Islam, semoga Allah membalas kebaikannya kepada Muslimin dengan sebaik-baik balasan''<ref>{{Cite web|title=Sultan 'Ali Mughayat Syah|url=https://www.mapesaaceh.com/2018/04/sultan-ali-mughayat-syah.html|access-date=2022-08-12}}</ref>
== Referensi ==
Baris 94 ⟶ 93:
[[Kategori:Tokoh dari Aceh]]
[[Kategori:Tokoh dari Banda Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
|