Syekh Jumadil Qubro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
-> fixed subtitles; add stub |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
|children = [[Maulana Ibrahim Asmoroqondi]], [[Maulana Ishaq]], dan [[Abdullah Asy'ari]]
}}
'''Syekh Jumadil Qubro''' atau [[Jamaluddin Akbar al-Husaini]] atau '''Maulana Husain Jumadil Kubro''' berasal dari [[Samarkand]], [[Uzbekistan]], [[Asia Tengah]]. Ia diyakini sebagai keturunan Nabi [[Muhammad]] SAW.
[[Gambar:Makam Syekh Jumadil Kubro.jpg|thumb|250px|Makam Syekh Jumadil Qubro]]▼
Menurut peneliti belanda martin bruinessen bahwa Jumadil kubra ada hubungannya dengan terakat sufi kubrawi, bahwa kubra dikaitkan dengan namanya.<ref>{{Cite journal|last=Bruinessen|first=Martin|date=1994|title=Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar; Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian islam|url=http://dx.doi.org/10.1163/22134379-90003084|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|volume=150|issue=2|pages=305–329|doi=10.1163/22134379-90003084|issn=0006-2294}}</ref> syeikh jamidul kubra murid sayid Ali Hamadani shafi kubrawi.
Menurut wain bahwa kubrawi-hamadani adalah pendiri islam di java, Semua walisongo berdakwah di bawah bimbingan Mir Sayyid Ali Hamadani kubrawi dari asia tengah ke indonesia dalam waktu yang berbeda, berbeda garis dan tahapan yang berjenar.<ref>{{Cite book|last=Wain|first=Alexander|date=2017-04-01|url=http://dx.doi.org/10.3366/edinburgh/9781474417129.003.0021|title=China and the Rise of Islam on Java|publisher=Edinburgh University Press|isbn=978-1-4744-1712-9|pages=419–443}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Wain|first=Alexander|date=2021-01-02|title=The Kubrawī and early Javanese Islam|url=http://dx.doi.org/10.1080/13639811.2021.1875658|journal=Indonesia and the Malay World|volume=49|issue=143|pages=42–62|doi=10.1080/13639811.2021.1875658|issn=1363-9811}}</ref>
== Riwayat ==
Berdasarkan silsilah keluarga Anggawi al-Hasani yang hijrah ke Nusantara maka nama asli dari Syekh Jumadil Kubro kemungkinan besar adalah Muhammad.▼
Syekh Jumadil Qubro tiba di Nusantara bersamaan dengan ekspedisi Cheng Ho yang membawa komoditas perdagangan. Cheng Ho sendiri melakukan ekspedisi dagang dari Tiongkok hingga Kota Mekah.
Di tiap-tiap daerah pelabuhan Cheng Ho menunjuk pemimpin-pemimpin Islam sebagai Syahbandar yaitu [[Maulana Ibrohim Asmoroqondi]] di Tuban dan Syarif Abdul Aziz di Peurlak Aceh.
Menurut cerita, petilasan makamnya ada di beberapa tempat. Yaitu di [[Kota Semarang|Semarang]],Kecamatan Turi, [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Namun makam sebenarnya Syekh Jumadil Kubro dimakamkan di Desa Sentonorejo,Trowulan ,Kabupaten Mojokerto<ref>{{Cite web|title=Mengenal Syekh Jumadil Kubro beserta Kisah Perjalananya Menyebarkan Ajaran Islam|url=https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-syekh-jumadil-kubro-beserta-kisah-perjalananya-menyebarkan-ajaran-islam-1z5RFhVi6is|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2024-09-08}}</ref>▼
Salah satu (untuk tak mengatakan satu-satunya) bukti ilmiah keberadaan Syekh Jumadil Qubro berada di Trowulan ,Kabupaten Mojokerto Tepatnya di Desa [[Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto|Sentonorejo]] ,kecamatan [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]], [[Kabupaten Mojokerto]] ,Jawa Timur. Ini sesuai catatan ilmiah [[Abdurrahman Wahid|KH Abdurrohman Wahid]] dalam buku The Passing Over (1998), analisis ilmiah [[Agus Sunyoto|KH Agus Sunyoto]] dalam buku Atlas Wali Songo (2012), dan catatan ilmiah [[Thomas Stamford Raffles|Thomas Raffles]] dalam magnum opusnya, [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/The_History_of_Java History of Java (1817)] yang secara empiris menyebut Syekh Jumadil Qubro menetap di Trowulan ,Mojokerto, <ref>{{Cite web|title=Pengajian Haul Syekh Jumadil Kubro ke-644 Tahun 2019 Ngaji Sejarah Punjer Wali Songo|url=https://mojokertokab.go.id/detail-berita/pengajian-haul-syekh-jumadil-kubro-ke-644-tahun-2019-ngaji-sejarah-punjer-wali-songo|website=mojokertokab.go.id|language=en|access-date=2024-09-08}}</ref>beserta jejak dakwahnya. ▼
Namun, Syekh Jumadil Qubro yang ditulis The Passing Over (1998), Atlas Wali Songo (2012), dan History of Java (1817) adalah ayah dari Maulana Ibrohim Asmoroqondi. Maulana Ibrohim Asmoroqondi dimakamkan di Tuban. Nama Asmoroqondi diyakini berasal dari kata Samarkand . ▼
▲Syekh Jumadil Qubro tiba di Nusantara bersamaan dengan ekspedisi Cheng Ho yang membawa komoditas perdagangan. Cheng Ho sendiri melakukan ekspedisi dagang dari Tiongkok hingga Kota Mekah. Di tiap-tiap daerah pelabuhan Cheng Ho menunjuk pemimpin-pemimpin Islam sebagai Syahbandar yaitu [[Maulana Ibrohim Asmoroqondi]] di Tuban dan Syarif Abdul Aziz di Peurlak Aceh. Maulana Ibrohim Asmoroqondi menurunkan Sunan Ampel yang menjadi Syahbandar Surabaya sementara Syarif Abdul Aziz menurunkan Syarif Abdullah yang menjadi Syahbandar Malaka. Di pusat ibukota Majapahit, Syekh Jumadil Kubro berdakwah di bekas Kotaraja [[Majapahit]] di [[Trowulan, Mojokerto|trowulan]].
Ketika Malaka ditaklukkan oleh Portugis, keturunan Syarif Abdullah mundur ke Pulau Jawa dan mendirikan kesyahbandaran baru di Sunda Kelapa dan Banten. Keturunan Syarif Abdul Aziz yang lain yaitu Ali Mughayat Syah kemudian mendirikan Kesultanan Aceh Darusalam. Pendirian Kesultanan Aceh Darusalam sekaligus menandai berakhirnya Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.
Baris 24 ⟶ 21:
Meskipun Kesultanan Samudera Pasai telah runtuh, anak keturunannya tetap melanjutkan pemerintahan di Jawa. Sunan Giri yang dikenal sebagai Joko Samudro mendirikan Giri Kedaton di Gresik.
Silsilah Syekh Jumadil Kubro memiliki banyak versi :
{{reflist}}▼
=== Versi Bani Cendana ===
Versi ini menyebutkan bahwa nama asli Syekh Jumadil Kubro adalah Syekh Jamaludin Akbar al-Huseini. Syekh Jamaludin Akbar al-Huseini adalah putra dari Ahmad Syah Jalaludin (Penguasa Malabar).
Versi ini juga telah dikaji Oleh Raden Ayu Linawati, yang menurutnya memang tersambung ke Uzbekistan... karena leluhur Walisongo tercatat rapi disana.
=== Versi Bani Anggawi ===
Versi ini menyebutkan jika Syekh Jumadil Kubro adalah putra Syarif Mekah Muhammad Ibnu Utayfa dan kata Jumadil Kubro itu menunjukkan urutan keturunan keenam dari pendiri kesyarifan klan Qatadiyah. Adapun nasab beliau adalah :
* Syekh Jumadil Qubro bin
* [[:en:Muhammad_ibn_Utayfah|Muhammad Ibn Utayfa]] bin
* [[:en:Utayfah_ibn_Abi_Numayy|Utayfa Ibn Abi Numayy]] bin
* [[:en:Abu_Numayy_I|Abu Numayy Ibn Hasan]] bin
* [[:en:Abu_Sa'd_al-Hasan|Hasan Ibn Ali]] bin
* Abu al-Hasan Ibn [[:en:Qatada_ibn_Idris|Qatadah bin Syarif Qatadah]] (berkuasa 1201-1220 M).
▲Berdasarkan silsilah keluarga Anggawi al-Hasani yang hijrah ke Nusantara maka nama asli dari Syekh Jumadil Kubro kemungkinan besar adalah Muhammad.
== Turunan ==
Bila demikian, beberapa [[Walisongo]], yaitu [[Sunan Ampel]] (Raden Rahmat) dan [[Sunan Giri]] (Raden Paku) adalah cucunya. [[Sunan Bonang]] dan [[Sunan Drajad]] adalah buyutnya. [[Sunan Kudus]] adalah cicitnya (keturunan keempat). Jadi bisa dikatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis [[Uzbek]].{{Bio muslim butuh rujukan}}
== Hubungan dengan Laksamana Cheng Ho ==
Menurut catatan di Goa Batu, Semarang, tujuh dari sembilan para Walisongo adalah keluarga dan rekan Panglima [[Cheng Ho]] yang juga berasal Xin Kiang ([[Xinjiang]]), sekarang berada di wilayah [[Tiongkok]].{{Bio muslim butuh rujukan}}
== Wafat ==
[[Gambar:BATU NISAN SYEKH JUMADIL QUBRO DI TROWULAN.jpg|thumb|250px|Nisan Syekh Jumadil Qubro]]
▲[[Gambar:Makam Syekh Jumadil Kubro.jpg|thumb|250px|Makam Syekh Jumadil Qubro]]
▲Menurut cerita, petilasan makamnya ada di beberapa tempat. Yaitu di [[Kota Semarang|Semarang]],Kecamatan Turi, [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Namun makam sebenarnya Syekh Jumadil Kubro dimakamkan di Desa Sentonorejo,Trowulan ,Kabupaten Mojokerto<ref>{{Cite web|title=Mengenal Syekh Jumadil Kubro beserta Kisah Perjalananya Menyebarkan Ajaran Islam|url=https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-syekh-jumadil-kubro-beserta-kisah-perjalananya-menyebarkan-ajaran-islam-1z5RFhVi6is|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2024-09-08}}</ref>
▲Salah satu (untuk tak mengatakan satu-satunya) bukti ilmiah keberadaan Syekh Jumadil Qubro berada di Trowulan ,Kabupaten Mojokerto Tepatnya di Desa [[Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto|Sentonorejo]] ,kecamatan [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]], [[Kabupaten Mojokerto]] ,Jawa Timur. Ini sesuai catatan ilmiah [[Abdurrahman Wahid|KH Abdurrohman Wahid]] dalam buku The Passing Over (1998), analisis ilmiah [[Agus Sunyoto|KH Agus Sunyoto]] dalam buku Atlas Wali Songo (2012), dan catatan ilmiah [[Thomas Stamford Raffles|Thomas Raffles]] dalam magnum opusnya, [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/The_History_of_Java History of Java (1817)] yang secara empiris menyebut Syekh Jumadil Qubro menetap di Trowulan ,Mojokerto, <ref>{{Cite web|title=Pengajian Haul Syekh Jumadil Kubro ke-644 Tahun 2019 Ngaji Sejarah Punjer Wali Songo|url=https://mojokertokab.go.id/detail-berita/pengajian-haul-syekh-jumadil-kubro-ke-644-tahun-2019-ngaji-sejarah-punjer-wali-songo|website=mojokertokab.go.id|language=en|access-date=2024-09-08}}</ref>beserta jejak dakwahnya.
▲Namun, Syekh Jumadil Qubro yang ditulis The Passing Over (1998), Atlas Wali Songo (2012), dan History of Java (1817) adalah ayah dari Maulana Ibrohim Asmoroqondi. Maulana Ibrohim Asmoroqondi dimakamkan di Tuban. Nama Asmoroqondi diyakini berasal dari kata Samarkand
== Referensi ==
▲{{reflist}}
{{Islam-stub}}
|