Situs Ndalem Pojok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes |
gambar |
||
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Situs Ndalem
'''Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri''' atau dikenal dengan Situs Bung Karno Kediri merupakan tempat bersejarah yang menjadi saksi perjalanan hidup [[Soekarno|Ir. Sukarno]], sejak sebelum lahir hingga menjadi [[Presiden Indonesia|Presiden RI]] yang pertama. Situs ini berupa lahan dengan rumah Jawa tua yang berlokasi di Dusun Krapyak, [[Pojok, Wates, Kediri|Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri]].
== Asal-usul ==
[[Berkas:Situs Ndalem Pojok.jpg|jmpl|320x320px|Foto ruang tamu Ndalem Pojok, Wates. Saksi tempat diskusinya Ir. Sukarno dengan para pejuang bangsa.]]
Kurang lebih 20 km dari pusat [[Kota Kediri]], terletak rumah tua yang biasa disebut Ndalem Pojok oleh masyarakat sekitar. Rumah ini dibangun oleh Raden Mas Panji Soemohatmodjo sekitar tahun 1850. RMP Seomohatmodjo merupakan Patih Ndalem [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Kasunanan Surakarta Hadiningrat]] era [[Pakubuwana IX|Pakubuwono IX]]. RMP Soemohatodjo dilahirkan dengan nama Raden Soeroto dari pasangan R. Ronodirdjo yang merupakan keturunan Haryo Matahun dan RA. Sajimah, cucu [[Mangkunegara I]]. Usai berakhirnya [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] yang dipimpin [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]], RMP Soemohatmodjo yang oleh keluarga lebih akrab disapa dengan Eyang Panji hijrah dari keraton ke wilayah lereng Gunung Kelud dan mendirikan rumah yang sampai saat ini dikenal sebagai Ndalem Pojok.<ref>http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/bd9a548ed500106e7f00217bd8a4b977.pdf</ref>
Baris 12 ⟶ 13:
Di Ndalem Pojok yang berada di lereng Gunung Kelud inilah, Koesno kecil dirawat dan diganti namanya menjadi Sukarno. Pergantian nama itu ditadadi dengan upacara kenduri bubur merah-putih. Eyang Pandji mendoakan bahwa anak tersebut akan menjadi kebanggan dunia sambil mengusap kepala Sukarno kecil. Seiring dengan kehadirannya dan menjadi anggota keluarga Ndalem Pojok, perkembangan Sukarno semakin lincah. Sukarno senang bermain dan berlarian di halaman Ndalem Pojok yang luas. Karena terjatuh saat bermain, dahi kirinya pun luka dan sampai menjadi presiden, lukanya tersebut masih membekas. Oleh karena itulah, Bung Karno memakai peci miring ke kiri untuk menutupi bekas luka saat jatuh di Ndalem Pojok tersebut.<ref>https://www.merdeka.com/jatim/menilik-masa-kecil-bung-karno-sakit-sakitan-hingga-alasan-pakai-peci-miring.html</ref> Dia pun senang memakan jagung bakar dan ketela bakar khas pedesaan, serta berhasil menaiki kerbau liar bernama Kebo Buda yang menandakan telah muncul pada diri Sukarno kecil bibit-bibit keberanian dan kepemimpinan.
Meskipun telah dewasa, Sukarno masih sering mengunjungi Ndalem Pojok dan bersilaturahmi dengan ayah angkatnya, RM. Soemosewojo. Sukarno yang dididik oleh [[Oemar Said Tjokroaminoto|HOS. Tjokroaminoto]] ketika indekos di [[Kota Surabaya|Surabaya]] telah berkembang menjadi pemuda aktivis. Tak jarang, dia mengajak rekan-rekannya ke Ndalem Pojok. Ruang tamu Ndalem Pojok adalah saksi tempat berdiskusinya Sukarno dengan dr. [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Cipto Mangunkusumo]], RMP. [[Sosrokartono]], dan HOS. Tjokroaminoto tentang nasib bangsa ke depannya. Beringin tua yang berukuran raksasa di halaman Ndalem Pojok juga dijadikan tempat latihan pidato atau orasi Sukarno didampingi gurunya, HOS. Tjokroaminoto.
RM Soemosewojo sebagai ayah angkat Bung Karno mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap dirinya. RM Soemosewojo sering mengunjunginya, baik saat tinggal di Jombang, Mojokerto, Indekos Pak Tjokro Surabaya, maupun ketika berkuliah di THS, Bandung (kini [[Institut Teknologi Bandung|ITB]]). Bahkan, RM Seomosewojo menjadi wali Sukarno ketika menikah dengan [[Inggit Garnasih]], karena ayahnya tidak berkenan hadir. Pak Umo, sebutan akrab RM Soemosewojo, juga mendampingi Bung Karno ketika membacakan pidato yang terkenal yakni [[Indonesia Menggugat]] saat persidangan ''Landraad.'' Peran RM Soemosewojo dan keluarga Ndalem Pojok ini dicatat juga dalam buku karangan Reni Nuryani yang berjudul ''Perempuan dalam Hidup Soekarno, Biografi Inggit Garnasih.''<ref>https://kumparan.com/tugumalang/mengunjungi-ndalem-pojok-rumah-kedua-sukarno-di-kediri-1rDox2ANQq0/3</ref>
== Penghargaan ==
Sejak dibuka oleh Yayasan Bung Karno pada 28 Oktober 2015, pengurus Ndalem Pojok aktif melakukan kegiatan kebangsaan demi melestarikan sejarah dan meneruskan perjuangan Bung Karno. Berbagai kegiatan tersebut, antara lain upacara peringatan proklamasi 17 Agustus, upacara hari berdirinya negara, upacara sumpah pemuda, upacara hari lahir pancasila, perayaan bulan Bung Karno, dan hari Kartini. Setiap upacara tersebut diselenggarakan dengan meriah dan dihadiri oleh tokoh lintas agama. Uniknya, pasti terdapat penampilan kesenian atau budaya lokal, misalnya wayang, seni tari, dan macapatan. Karena aktif melakukan kegiatan peringatan nasional dan pembinaan wawasan kebangsaan kepada pengunjung, Desa Pojok, desa di mana situs ini berada, dijadikan Kampung Adat Kebangsaan Kabupaten Kediri dan termasuk dalam 10 besar Desa Adat Jawa Timur.
Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno juga pernah mendapatkan penghargaan dari Kapolri atas keberhasilan melaksanakan Binlat Karakter Bangsa yang Dijiwai Jatidiri Bangsa Indonesia untuk putra asli Papua.
<ref>{{Cite web |url=https://rri.co.id/humaniora/wisata/651719/situs-dalem-pojok-kediri-masuk-10-besar-desa-adat-se-jatim |title=Salinan arsip |access-date=2021-09-06 |archive-date=2021-09-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210906142412/https://rri.co.id/humaniora/wisata/651719/situs-dalem-pojok-kediri-masuk-10-besar-desa-adat-se-jatim |dead-url=yes }}</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Soekarno]]
|