Reog: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) |
Paragraf yang terulang Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 20:
== Tentang Reog ==
Reog merupakan salah satu seni budaya yang berasal dari [[Jawa Timur]] bagian barat-laut, dan [[Ponorogo]] dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok [[warok]] dan [[gemblak]], dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di [[Indonesia]] yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau [[mistik]] dan ilmu kebatinan yang kuat.<ref>{{Cite news|title=Monumen Reog Ponorogo, Patung Tertinggi yang Memukau Dunia|url=https://ponorogo.pikiran-rakyat.com/seputar-ponorogo/pr-3136698674/monumen-reog-ponorogo-patung-tertinggi-yang-memukau-dunia|work=[[Pikiran Rakyat]]|language=id|access-date=2023-05-22}}</ref>
Tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping. Ada dua ragam bentuk reog Ponorogo yang dikenal saat ini, yakni Reog Obyog dan Reog Festival.
Baris 33 ⟶ 31:
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "[[Singo Barong|Singa Barong]]", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Tiongkoknya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jathilan, yang diperankan oleh kelompok penari [[gemblak]] yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.{{sfn|Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta|1997|p=1-59}}<ref>Kaset video No. 24, 14/7/1991, arsip video milik Josko Petkovic.</ref> Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan [[Bhre Kertabhumi]] mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh [[warok]] dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan [[warok]]. Namun murid-murid Ki Ageng Kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu [[Klono Sewandono]], [[Dewi Songgolangit]], dan [[Sri Genthayu]].<ref name="versi-reog" />
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri [[Kerajaan Daha]], Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kerajaan Daha. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan [[Ponorogo]], Raja Klono dan Wakilnya Bujang Ganong, dikawal oleh [[warok]] (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Daha dan Kerajaan [[Ponorogo]], dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.{{sfn|Timur|1978}}<ref name="versi-reog" />
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai [[warisan budaya]] yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang [[awam]] untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan parental dan [[hukum adat]] yang masih berlaku.
Baris 39 ⟶ 37:
== Pementasan Seni Reog ==
[[Berkas:Reog Ponorogo Indonesia.jpg|jmpl|kiri|Reog Ponorogo]]
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti [[pernikahan]], [[khitanan]], dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6–8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6–8 gadis yang menaiki kuda. Pada Reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh [[gemblak]], penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari [[jaran kepang]] atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari [[kuda lumping]].
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut [[Bujang Ganong]] atau Ganongan.
Baris 45 ⟶ 43:
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.
Adegan dalam seni Reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan [[dalang]] (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni Reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah Singa Barong, di mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung [[merak]]. Berat topeng ini bisa mencapai 50–60 kg.<ref name="singo-barong">{{Cite web|url=https://www.solopos.com/reog-ponorogo-merak-reog-seberat-50-kg-pemain-harus-jalani-laku-ini-578786|title=Reog Ponorogo: Merak Reog Seberat 50 Kg, Pemain Harus Jalani Laku Ini|date=21 Februari 2015|editor=Aries Susanto|website=Solopos|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20200330082125/https://www.solopos.com/reog-ponorogo-merak-reog-seberat-50-kg-pemain-harus-jalani-laku-ini-578786|archive-date=30 Maret 2020|dead-url=no|access-date=30 Maret 2020}}</ref> Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti [[puasa]] dan [[tapa]].
|