Joesoef Ronodipoero: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Pranala luar: clean up, removed stub tag
Bintang Palagan (bicara | kontrib)
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{refimprove}}
{{Infobox Person
|name = Joesoef Ronodipoero
|image = Yusuf Ronodipuro Mimbar Penerangan June 1969.jpg
|alt =
Baris 26:
 
== Latar belakang ==
Yusuf Ronodipuro lahir di [[Salatiga]], [[Jawa Tengah]] pada tanggal [[30 September]] [[1919]]. Pasangannya bernama Siti FatimaFatma Rassat (anak dari [[Sjofjan Rassat]]), dan mempunyai tiga anak: Dharmawan, Irawan, dan Fatmi. Dia meninggal dunia di [[RSPAD Gatot Subroto]] tanggal [[27 Januari]] 2008 karena penyakit komplikasi [[stroke]] dan [[kanker paru-paru]] yang disebabkan kebiasaannya sebagai pe[[rokok]] berat. Dia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]], [[Jakarta]] tanggal [[28 Januari]].
 
== Masa pendudukan Jepang ==
Baris 44:
Setelah semuanya siap, pada pukul 19.00, Yusuf Ronodipuro yang kala itu berusia 26 tahun, membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia lewat siaran manca negara ke seluruh dunia. Setelah kira-kira 20 menit, dia juga membacakan naskah tersebut dalam [[Bahasa Inggris]], sehingga radio-radio internasional seperti [[BBC]] [[London]], Radio [[Amerika]], [[Singapura]] dan lainnya bisa mengerti maksud siaran tersebut dan meneruskannya, sehingga seluruh dunia mendengar kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Aksi berani Ronodipuro ini kemudian diketahui oleh Tentara Kekaisaran Jepang, karena siaran tersebut akhirnya juga ditangkap oleh radio di negeri [[Jepang]]. Seluruh staf ''Hoso Kyoku'' yang terlibat dalam aksi ini dikenai hukuman disipliner berupa siksaan fisik oleh tentara Jepang.<ref>{{Cite web|last=Anwar|first=Ilham Choirul|title=Peran Joesoef Ronodipoero dalam Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI|url=https://tirto.id/peran-joesoef-ronodipoero-dalam-sejarah-proklamasi-kemerdekaan-ri-giFB|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-08-25}}</ref>
 
Setelah peristiwa tersebut, Ronodipuro mendirikan [[Radio Suara Indonesia]] Merdeka ( ''The Voice of Free Indonesia '') dari barang-barang elektronik bekas. Tanggal [[25 Agustus]] Soekarno dimohon untuk menyampaikan pidatonya di radio tersebut. Ini adalah pidato pertama Soekarno sebagai [[Presiden Republik Indonesia]]. [[Mohammad Hatta]] sendiri menyampaikan pidato pertamanya tanggal [[29 Agustus]].<ref>[Winarto. 2005. "M. Yusuf Ronodipuro Bapak RRI. Dipala Jepang Nganti Dheglok Marga Nggiyarake Proklamasi" ing ''[[Damar Jati]]'' 2005:4 kaca 26-27, 36.]</ref>
 
Saat itu di radio milik Tentara Jepang di daerah-daerah selain Jakarta masih banyak yang melanjutkan siaran, karena tidak dijaga seketat Jakarta. Hal ini disebabkan karena Kempetai sudah tidak dominan lagi pasca [[Penyerahan Jepang]]. Ronodipuro meminta kepada [[Abdulrahman Saleh (pahlawan)|Abdulrahman Saleh]] supaya radio-radio di daerah tadi sebaiknya mengadakan adanya kelanjutan siaran, untuk menyebarkan semangat perjuangan. Gagasan ini diterima, dan tanggal [[10 September]] 1945, pimpinan-pimpinan radio daerah, dari [[Surakarta]], [[Yogyakarta]], [[Bandung]], [[Semarang]] dan lain-lain berkumpul untuk membicarakan hal ini. Semuanya menyetujui untuk meminta pemerintah Jepang untuk memberikan stasiun radio mereka kepada Republik Indonesia. Pihak Jepang menolak permintaan ini, karena menurut perjanjian Penyerahan Jepang, Indonesia harus diserahkan kembali kepada Tentara Sekutu.
Baris 66:
| [[Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia 2012|Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia]]
| Pengabdian Seumur Hidup
| {{wonokay|Penerima}}
|}
 
Baris 98:
{{s-end}}
 
[[Kategori:Duta Besar Indonesia]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Argentina]]
[[Kategori:Tokoh Salatiga]]