Orientasi pelajar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k RaFaDa20631 memindahkan halaman Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ke Orientasi pelajar |
k Mengembalikan suntingan oleh 36.85.35.200 (bicara) ke revisi terakhir oleh Hysocc Tag: Pengembalian |
||
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 31:
=== Indonesia ===
[[Perpeloncoan]] umumnya menjadi aspek utama dalam penyambutan pelajar baru di Indonesia. Pekan orientasi di negara ini biasa disebut ''Ospek'' (singkatan dari '''Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus''') untuk tingkat universitas dan ''MOS/MOPD'' (singkatan dari '''Masa Orientasi Siswa/Masa Orientasi Peserta Didik''') untuk tingkat sekolah menengah. Orientasi pada umumnya melibatkan penghinaan secara verbal dan proses inisiasi (penyambutan) yang berujung pada tindakan yang memalukan. Ospek pada umumnya berlangsung selama tiga sampai lima hari dan kadang-kadang mencakup perjalanan ke daerah terpencil. Ospek diselenggarakan oleh mahasiswa senior, bukan dewan pengajar. Pekan orientasi di Indonesia berbeda ketimbang negara-negara lain karena para pelajar baru disyaratkan memakai aksesori yang tidak lazim (misalnya diminta mengenakan topi yang terbuat dari sarang burung, [[dasi]] kertas, dan membawa kantong plastik alih-alih tas punggung).
Hukuman fisik yang keras sering dijumpai pada masa pemerintahan [[Soeharto]] dan media massa terus melaporkan aktivitas yang tidak manusiawi selama pekan orientasi yang berujung pada kematian pelajar baru. Pasca era Soeharto, orientasi agak lebih toleran karena penyiksaan fisik sudah dilarang. Meski begitu, praktik ini masih dikritik oleh banyak psikolog dan masyarakat karena penghinaan verbal yang berlebihan seperti berteriak ke pelajar junior dan mengenakan aksesori yang tidak lazim masih dilakukan di tingkat SMP dan SMA. Pekan orientasi juga dikritik sebagian besar orang tua karena menghabiskan banyak biaya. Sejumlah psikolog berpendapat bahwa Ospek sering dipakai sebagai media pembalasan oleh panitia penyelenggara atas apa yang pernah mereka alami sewaktu masih berstatus pelajar baru.<ref>{{Cite web |url=http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/13/ospek-hal-terbodoh-dalam-dunia-pendidikan/ |title=Ospek: Hal Terbodoh dalam Dunia Pendidikan<!-- Bot generated title --> |access-date=2013-07-16 |archive-date=2010-08-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100827154144/http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/13/ospek-hal-terbodoh-dalam-dunia-pendidikan |dead-url=yes }}</ref> Karena itu banyak orang menganggap praktik semacam ini tidak perlu dilakukan.<ref>[http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Masih+Perlukah+OSPEK%3F&dn=20100422001753 Masih Perlukah OSPEK? | HOKI | Harian Online KabarIndonesia<!-- Bot generated title -->]</ref><ref>[http://www.detiknews.com/read/2010/07/13/052824/1397930/10/mos-tidak-perlu-jika-hanya-jadi-ajang-perploncoan detikNews: MOS Tidak Perlu Jika Hanya Jadi Ajang Perploncoan<!-- Bot generated title -->]</ref> Tingkat kekerasan Ospek dan MOS bervariasi di setiap universitas dan sekolah di Indonesia.<ref>{{Cite web |url=http://www.indrani.net/index.php?q=2007%2F04%2Fplonco_ospek_hazing |title=Plonco, Ospek, Hazing {{!}} www.indrani.net<!-- Bot generated title --> |access-date=2021-05-16 |archive-date=2017-09-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170905010303/http://www.indrani.net/index.php?q=2007%2F04%2Fplonco_ospek_hazing |dead-url=yes }}</ref>
|