Raden Asnawi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh 114.125.76.42 Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(16 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{hatnote|"Asnawi" Tokoh agama dari [[Jawa Tengah]] beralih ke halaman ini. Untuk Tokoh agama dari [[Banten]], lihat [[Asnawi al-Bantani]].}}
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix = Raden Asnawi Kudus
Baris 97 ⟶ 98:
|judul8 = Pendiri
|sub8 = [[Madrasah
|mulai8 = 1919
|selesai8 =
Baris 132 ⟶ 133:
<!-- -------------- -->
}}
'''Asy-Syaikh al-'Allamah Shahibul-fadhilah Haji Raden Muhammad Asnawi bin Abdullah Husnin al-Qudsi''' atau '''Raden Asnawi Kudus''' adalah seorang ulama kharismatik pendiri dan penggerak [[Nahdlatul 'Ulama]]{{sfn|Amin (2009)|p=95}} dari [[Kudus]], [[Jawa Tengah]].<ref name=":0">{{Cite news|url=http://qudsiyyah.com/2013/04/kh-raden-asnawi/|title=KH Raden Asnawi|last=Amin|first=Syaifullah|date=2013-04-15|work=|newspaper=Website Resmi Qudsiyyah|language=id-ID|access-date=2017-09-13|via=}}</ref>
Jika dirunut silsilahnya, Kiai Asnawi masih merupakan keturunan ke-14 [[Sunan Kudus]] ([[Sayyid]] Ja'far Shadiq
== Biografi ==
=== Kehidupan awal ===
Raden Asnawi lahir pada tahun 1861 di [[Damaran, Kota, Kudus|desa Damaran, Kudus]] dengan nama '''Raden Ahmad Syamsyi'''.<ref name=":1" />
Pada kisaran tahun 1876, orang tuanya pindah ke [[Tulungagung]], [[Jawa Timur]] ketika Ahmad Syamsyi menginjak usia 15 tahun. Di sana, Abdullah Husnin mengajari anaknya berdagang dari pagi hingga siang hari.<ref name=":1" />
=== Pendidikan ===
Sejak kecil, Raden Asnawi sudah terlihat kegemaran dalam belajar dan melakukan perjalanan keilmuan. Pendidikan keagamaan perdana seperti [[Tajwid|ilmu tajwid]] dan penguasaan bacaan [[al-Qur’an]] diperoleh dari ayahnya. Ketika keluarganya pindah ke [[Tulungagung]], Asnawi kemudian melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Mangunsari.<ref>{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/siapa-dia/kiai-haji-raden-asnawi-kudus-dan-beragam-karomahnya.htm|title=Kiai Haji Raden Asnawi Kudus dan Beragam Karomahnya|last=Islamindonesia.id|first=|date=2017-03-25|website=Islam Indonesia: Satu Islam untuk Semua|publisher=|access-date=2017-09-13}}</ref>
=== Pergi haji ===
Pada usia 25 tahun Raden Asnawi menunaikan ibadah haji yang pertama, Sepulang dari haji pertamanya nama Raden Ahmad Syamsi kemudian diganti menjadi Raden Haji Ilyas. Nama Ilyas ini kemudian diganti lagi dengan Raden Haji Asnawi, setelah pulang dari menunaikan ibadah haji untuk ketiga kalinya.<ref>{{Cite web|url=http://www.murianews.com/2016/06/14/85866/karomah-kh-r-asnawi-kudus-penjajah-mendadak-takut-saat-hendak-memenjarakannya.html|title=Karomah KH R Asnawi Kudus, Penjajah Mendadak Takut Saat Hendak Memenjarakannya|last=Hazami|first=Akrom|date=2016-06-14|website=www.murianews.com|publisher=Muria News|language=id-ID|access-date=2017-09-13|archive-date=2017-09-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20170913135830/http://www.murianews.com/2016/06/14/85866/karomah-kh-r-asnawi-kudus-penjajah-mendadak-takut-saat-hendak-memenjarakannya.html|dead-url=yes}}</ref>
Pada usia sekitar 30 tahun Raden Asnawi diajak oleh ayahnya untuk pergi haji yang kedua dengan niat bermukim di tanah suci, namun ayahnya wafat di saat melakukan ibadah haji. Meskipun demikian, niat bermukim tetap diteruskan selama 20 tahun (dari tahun 1891 - 1911{{sfn|Amin (2008)|p=190}}). Selama itu Raden Asnawi juga pernah pulang ke [[Kudus]] beberapa kali untuk menjenguk ibu beserta adiknya. Ibunya wafat di Kudus sewaktu Raden Asnawi telah kembali ke tanah suci.
Baris 156 ⟶ 157:
== Aktivitas ==
=== Mengajar ===
Sejak berusia 25 tahun, Raden Asnawi sudah mulai mengajar pada setiap Jumat Pahing sesudah [[salat Jumat]]. Raden Asnawi mengajar Tauhid di [[:jv:Masjid Sunan Muria Kudus|Masjid Sunan Muria]] yang berjarak sekitar 18 kilometer dari [[Kota, Kudus|kota Kudus]], dan jalan pegunungan yang menanjak tersebut ditempuhnya dengan berjalan kaki. Raden Asnawi juga selalu berkeliling mengajar dari masjid ke masjid sekitar kota saat salat Subuh.<ref name=":1" />
Secara khusus Raden Asnawi juga mengadakan pengajian rutin, seperti Khataman [[Tafsir al-Jalalain]] setiap bulan Ramadan di Pondok Pesantren Bendan Kudus, Khataman kitab Bidayatul Hidayah dan al-Hikam setiap bulan Ramadan di ''Tajuk'' Makam [[Sunan Kudus]], Membaca kitab [[Hadist]] [[Bukhari]] yang dilakukan sesudah berjamaah subuh selama bulan Ramadan di [[Masjid Menara Kudus|Masjid Al Aqsha Manarat Qudus]].<ref name=":0" />
Selain itu, selama mukim di [[Mekkah]] Raden Asnawi juga pernah mengajar di [[Masjidil Haram]] dan di rumahnya, di antara yang ikut belajar padanya antara lain adalah [[Abdul Wahab Hasbullah|Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah]] ([[Jombang]]), [[Bisri Syansuri|Kiai Haji Bisri Sansuri]] ([[Pati]]/Jombang), Kiai Haji Dahlan ([[Pekalongan]]), KH. Shaleh ([[Tayu, Pati]]), Kiai Haji Chambali ([[Kudus]]), Kiai Haji Mufid (Kudus), dan Kiai Haji Ahmad Mukhit ([[Sidoarjo]]).<ref name=":NU" />
=== Mendirkan madrasah dan pesantren ===
Pada tahun 1919, Raden Asnawi resmi mendirikan [[Madrasah
Raden Asnawi juga mendirikan sebuah pondok pesantren bernama Raudlatuth Tholibin pada tahun 1927. Pesantren tersebut didirikan di atas tanah wakaf dari bapak mertuanya yang bernama Kiai Haji Abdullah Faqih di dukuh Bendan, [[Kerjasan, Kota, Kudus|kelurahan Kerjasan]], [[Kota, Kudus|kota Kudus]]. Pendirian pondok tersebut didukungan para saudagar dan para dermawan Muslim di Kudus, yang saat itu masih dalam [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|masa penjajahan Belanda]].<ref>{{cite web|last=seputarkudus.com|first=|url=http://seputarkudus.com/2016/06/ponpes-raudlatuth-tholibin-kudus-didirikan-khr-asnawi.html|date=2016-06-06|title=Raudlatuth Tholibin, Ponpes yang Didirikan KHR Asnawi pada Masa Penjajahan Belanda|website=Seputar Kudus|language=id|access-date=2017-09-19|archive-date=2017-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20170919234207/http://seputarkudus.com/2016/06/ponpes-raudlatuth-tholibin-kudus-didirikan-khr-asnawi.html|dead-url=yes}}</ref>
=== Organisasi ===
==== Sarekat Islam ====
Pada masa sebelum kemerdekaan, Raden Asnawi pernah bergabung dengan pergerakan [[Sarekat Islam]] sebagai komisaris di [[Makkah]]. Raden Asnawi dekat dengan beberapa aktifis pergerakan, di antaranya [[Agus Salim]], [[Oemar Said Tjokroaminoto]], dan beberapa tokoh lainnya{{sfn|Tholibin (2008)|p=3}}. Sepulang dari Makkah, Raden Asnawi dipercaya sebagai penasihat Sarekat Islam cabang Kudus pada 1918.<ref>{{cite web|last=Ektanabe|first=|url=http://www.ektanabe.id/spiritualitas-dan-mentalitas-gusjigang-dalam-sarekat-islam-refleksi-historis-gerakan-sarekat-islam-cabang-kudus-1912-1918/|date=2017-04-29|title=Spiritualitas dan Mentalitas Gusjigang dalam Sarekat Islam: Refleksi Historis Gerakan Sarekat Islam Cabang Kudus (1912-1918)|website=ektanabe.id|language=id|access-date=2017-09-19|archive-date=2017-09-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20170923053933/http://www.ektanabe.id/spiritualitas-dan-mentalitas-gusjigang-dalam-sarekat-islam-refleksi-historis-gerakan-sarekat-islam-cabang-kudus-1912-1918/|dead-url=yes}}</ref>
==== Nahdlatul Ulama ====
Baris 177 ⟶ 178:
== Pemikiran ==
=== Akidah ===
Raden Asnawi menulis mengenai akidah (tauhid) dalam kitabnya yang berjudul ''Jawab Sualipun Mu'taqad Seked Miwah Sakdalilipun Saha Ringkesipun Pindah Ngangge Dalil Ijmali 'Aqli Karanganipun Kiyahi Raden Asnawi Kampung Bendan Kudus'' atau yang lebih dikenal di kalangan santri dengan sebutan ''Mu'taqad seket''.<ref name=":kitab" />
Dengan merujuk pada pendapat [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi al-Bantani]], Raden Asnawi menyebutkan bahwa terdapat empat tanda orang yang memiliki agama: ''Pertama'', menjalankan ibadah dengan niat dan ikhlas. ''Kedua'', menjalankan perintah yang wajib (fardu). ''Ketiga'', menjauhi barang yang diharamkan, dan ''keempat'', percaya sepenuhnya dengan akidah [[Sunni|ahlussunnah wal jama'ah]] sesuai yang dijalankan oleh [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Imam Asy'ari]] dan [[Abu Mansur Al Maturidi|Imam Maturidi]]{{sfn|Amaruli (2012)|p=180}}.
Baris 184 ⟶ 185:
=== Fikih ===
Berkaitan dengan bidang fikih, Raden Asnawi menganut [[Mazhab Syafi'i]] dan kemudian menulis kitab Fashalatan. Kitab kecil tersebut memuat tuntutan praktis salat secara lengkap dengan bahasa Jawa dan aksara [[Pegon]].<ref name=":kitab" />
Pada akhir 1930-an, Raden Asnawi terpaksa dihadapkan ke depan pengadilan atas tuduhan menghina orang yang tidak melakukan salat dengan menganggapnya sebagai kafir atau orang gila{{sfn|Amaruli (2012)|p=184}}. Oleh karena sang hakim merasa kasihan melihat Raden Asnawi yang sudah tua dan sangat berpengaruh dalam masyarakat Kudus, secara persuasif ia berusaha membujuknya agar mau mencabut kata-kata yang pernah dilontarkan dalam pidatonya. Akan tetapi, Raden Asnawi menolak dengan tegas bujukan hakim tersebut. Menurutnya, ia hanya sekadar menyampaikan apa yang ada dalam kitab fikih, yakni ''fala tajibu 'ala kafirin ashliyin wa shabiyin wa majnunin'' (shalat tidak wajib bagi orang kafir, kanak-kanak, dan orang gila). Dengan demikian, orang yang merasa tidak dibebani kewajiban salat berarti telah menyamakan dirinya sendiri dengan gila.<ref>{{cite web|url=http://historia.id/agama/sebut-kafir-kiai-diadili|title=Sebut Kafir, Kiai Diadili|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=2017-02-18|website=historia.id|publisher=|language=id|access-date=2017-09-20}}</ref>
=== Tasawuf ===
Baris 195 ⟶ 196:
== Karya ==
* Syari'atul Islam Lit Ta'limin Nisa' wal Ghulam (1934)
* Kitab Fashalatan (1954)<ref name=":kitab">{{cite web|last=seputarkudus.com|first=|url=http://seputarkudus.com/2016/08/kitab-fasholatan-khr-asnawi-hingga-kini.html|date=2016-08-03|title=Kitab Fasholatan KHR Asnawi Hingga Kini Masih Dimalkan Masyarakat di Indonesia|website=Seputar Kudus|language=id|access-date=2017-09-19|archive-date=2017-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20170919234440/http://seputarkudus.com/2016/08/kitab-fasholatan-khr-asnawi-hingga-kini.html|dead-url=yes}}</ref>
* Kitab Soal Jawab Mu'takad Seket
* Syair Nasionalisme Relijius
* Shalawat Asnawiyah
* Srengenge Nyata
* Syiir Sekar Melathi
* Syiir Nashihat
== Wafat ==
Raden Asnawi wafat pada tanggal 25 [[Jumadil Akhir|Jumadilakhir]] 1378 [[Hijriyah|Hijriah]], bertepatan dengan [[26 Desember]] 1959 [[Masehi]]. Raden Asnawi meninggal dunia dalam usia 98 tahun, dengan meninggalkan 3 orang istri, 5 orang putera, 23 cucu dan 18 cicit (buyut). Kabar wafatnya Raden Asnawi disiarkan di [[Radio Republik Indonesia]] [[Jakarta]] lewat berita pagi pukul 06.00 WIB. Penyiaran itu atas inisiataif Menteri Agama RI [[Abdul Wahab Hasbullah]].<ref name=":0" />
Sampai saat ini, wafatnya Raden Asnawi selalu diperingati pada tanggal 24 atau 25 [[Jumadil Akhir]] setiap tahunnya di Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, Kudus.<ref>{{cite web|last=Adib|first=Qomarul|url=http://www.nu.or.id/post/read/37958/haul-kh-r-asnawi-diperingati|date=2012-05-16|title=Haul KH R. Asnawi Diperingati|language=id|website=NU Online|access-date=2017-09-20}}</ref><ref>{{cite web|last=Sofiyanto|first=Aris|url=http://isknews.com/ulama-santri-kudus-gelar-tahlil-umum-peringati-haul-kh-raden-asnawi-ke-59/|date=2017-03-24|title=Ulama & Santri Gelar Tahlil Umum Peringati Haul Pendiri NU KH. Raden Asnawi Ke – 59|website=isknews.com|language=id|access-date=2017-09-20}}</ref>
== Referensi ==
|