Judo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Walang Muda (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Menghilangkan referensi |
|||
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 24:
Pada perkembangannya, Jepang memasuki masa-masa perang di mana kaum aristokrat digeser kedudukannya oleh kaum militer. Demikian pula olahraga yang sebelumnya hanya dijadikan hiburan, oleh kaum militer dijadikan untuk latihan para tentara. Pada masa inilah teknik jujutsu dikembangkan di medan pertempuran. Para prajurit bertempur tanpa senjata atau dengan senjata pendek. Teknik menjatuhkan lawan atau melumpuhkan lawan inilah yang dikenal dengan nama jujutsu.
Pada zaman [[Edo]] (abad ke-17 hingga abad ke-19) di mana keadaan Jepang relatif aman, jujutsu dikembangkan menjadi seni bela diri untuk melatih tubuh bagi masyarakat kelas kesatria. ±Gaya-gaya jujutsu yang berbeda-beda mulai muncul, antara lain ''Takenouchi, Susumihozan, Araki, Sekiguchi, Kito, ''dan'' Tenjinshin'yo''.
=== Awal mula Judo ===
Baris 56:
Kaum perempuan pertama kali diterima sebagai judoka pada tahun [[1893]], walaupun pada saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam struktur masyarakat Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya berlangsung sebentar, karena pada hakikatnya mereka masih dijauhkan dari pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah [[Perang Dunia II]], judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan
=== Tingkatan Judo dan warna ikat pinggang ===
Baris 215:
== Judo di Indonesia ==
Judoka Indonesia bernaung di bawah [[PJSI]] (Persatuan Judo Seluruh Indonesia) yang bernaung di bawah [[KONI]] (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Tokoh-tokoh Judo Indonesia antara lain [[Ferry Sonneville]], [[bulu tangkis|pebulu tangkis]] yang aktif membidani lahirnya PJSI; [[Perry G. Pantouw]], juara SEA Games 1983; [[
Pada tahun 1970-an dan 1980-an dikenal nama-nama atlet seperti Bambang Prakasa, Ceto Cosadek, Raymond Rochili dsb.
Di bawah kepemimpinan Ir. Soehoed saat itu, Judo merintis didirikannya training center untuk pelatnas di Ciloto, Puncak, Jawa Barat. Saat itu di Jakarta sangat berkembang berbagai perguruan Judo, seperti misalnya Judo Waza di Jakarta Selatan (dipimpin oleh alm. Robert Judono/ Robert Jung), Perguruan Judo Tiang Bendera di Jakarta Utara, dan sebagainya.
== Pranala luar ==
|