(19 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
La Galigo, yang merupakan epos terpanjang di dunia,ditulisyang menggunakandituliskan ke dalam aksara Lontara dan menjadi bukti penting tentangdari penciptaan sertadan peradaban masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan sejakdengan ratusancatatan tahunusia lalu. Karya sastra ini diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan tercatat sebagai bagian dari warisan kolektif dunia padaratusan tahun 2011. La Galigo tidak hanya menjadi tonggak awal kecintaan Sulawesi Selatan terhadap sastra, tetapi juga menjadi akar tradisi sastra daerah tersebutlampau.
Karya sastra ini telah diakui oleh UNISCO dan tercatat sebagai warisan kolektif dunia pada tahun 2011. La Galigo bukan sekadar naskah kuno yang berisi cerita kehidupan manusia saja, tetapi juga berisi kalimat indah dalam bentuk puisi yang berasal dari tradisi lisan pada abad ke-14.
La Galigo lebih dari sekadar naskah kuno yang mengisahkan kehidupan manusia dengan Sawerigading sebagai tokoh utamanya. Naskah yang diduga berasal dari tradisi lisan abad ke-14 ini juga mengandung kalimat-kalimat indah dalam bentuk puisi, di mana setiap frasa terdiri dari lima suku kata. Dengan demikian, La Galigo bisa dianggap sebagai naskah sastra kuno atau puisi lama yang berbentuk sajak bersuku lima. Ditulis pada media daun lontar menggunakan aksara Lontara, banyak naskah tersebut yang telah hilang. Dahulu, naskah ini tersebar dalam berbagai bentuk, seperti nyanyian, mantra, doa, dongeng, lagu pengantar tidur, hingga lagu yang digunakan dalam sejumlah ritual dan tradisi. Karya ini terus diwariskan melalui tradisi lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam penulisannya, La Galigo berbentuk sajak yang terdiri dari lima suku kata atau dapat dimasukkan ke dalam kategori naskah sastra kuno atau puisi kuno yang ditulis pada media daun lontar dalam bahasa aksara Lontara. Namun sayangnya naskah yang ditulis dengan media ini sudah banyak yang hilang.
Bentuk dari naskah La Galigo berupa nyanyian, mantra, doa, dongeng, dan lagu pengantar tidur hingga lagu yang digunakan dalam prosesi ritual dan tradisi. Sampai saat ini, karya sastra La Galigo dikembangkan dari generasi ke generasi dalam bentuk tradisi lisan.