(15 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
TerdapatLa Galigo merupakan epos terpanjang di dunia,epos tersebut ialah La Galigo. Eposyang tersebutdituliskan dituliske dalam aksara ''lontara''.Lontara Hal tersebutdan menjadi bukti dari penciptaan dan peradaban BugiBugis di Sulawesi Selatan yangdengan sudahcatatan ada sejakusia ratusan tahun silam. UNESCO atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui bahwasannya karya sastra tersebut sebagai ingatan kolektif sejak 20211 tempo lalu. La Galigo sebagai titik awal sekaligus akar darikecintaan dan bukti para leluhur dan juga masyarakat Sulewesi Selatan pada keberadaan sastralampau.
Karya sastra ini telah diakui oleh UNISCO dan tercatat sebagai warisan kolektif dunia pada tahun 2011. La Galigo bukan sekadar naskah kuno yang berisi cerita kehidupan manusia saja, tetapi juga berisi kalimat indah dalam bentuk puisi yang berasal dari tradisi lisan pada abad ke-14.
Keberadaan La Galigo tidak sekadar naskah kuno yang berisikan cerita kehidupan manusia dengan Saweigading yang menjadi tokoh utama dari epos tersebu. Naskah tersebut disusun diperkirakan berasal dari tradisi lisan abad ke-14 yang berisikan kalimat indah dalam bentuk puisi, di mana dalam setiap penggal frasanya terdiri dari lima suku kata. La Galigo tergolong sebagai naskah kuno atau karya sastra kuno yang berbentuk puisi. Ditulis menggunakan media ''lontar'' dalam aksara ''lontara,'' dan banyak naskah yang sudah hilang. Sebelumnya naskah ini tidak beraturan atau tercecer di berbagai tempat dalam bentuk nyanyian, mantra, doa, dan dongeng, serta lagu pengantar tidur hingga lagu suci untuk mengiri berjalannnya sebuah tradisi dan ritus. Naskah La Galigo terus di reproduksi dalam tradisi lisan guna melestarikannya dari generasi kek generasi.
Dalam penulisannya, La Galigo berbentuk sajak yang terdiri dari lima suku kata atau dapat dimasukkan ke dalam kategori naskah sastra kuno atau puisi kuno yang ditulis pada media daun lontar dalam bahasa aksara Lontara. Namun sayangnya naskah yang ditulis dengan media ini sudah banyak yang hilang.
Bentuk dari naskah La Galigo berupa nyanyian, mantra, doa, dongeng, dan lagu pengantar tidur hingga lagu yang digunakan dalam prosesi ritual dan tradisi. Sampai saat ini, karya sastra La Galigo dikembangkan dari generasi ke generasi dalam bentuk tradisi lisan.